~HAPPY READING~
Suasana ruang makan pagi ini terlihat sangat ramai karena semua keluarga sedang berkumpul di rumah Ayah Ferdi. Kak Kinan serta Bang Revan memutuskan untuk menginap di sana karena pesta pernikahan Kiara dan Pak Taeha baru selesai larut malam, dan dia tidak mau mengambil resiko karena menyetir dalam kondisi yang mengantuk.
Tapi pasangan pengantin baru yang mereka tunggu-tunggu masih belum terlihat dari tadi. Padahal biasanya, pagi-pagi sekali Kiara sudah bangun dan merecoki Bunda Hanum yang sedang memasak. Meskipun akhirnya dia tidur lagi, tapi setidaknya Bunda Hanum tau jika anaknya itu sudah bangun dan sholat subuh.
Berbeda halnya dengan hari ini. Jangankan melihat Kiara, mendengar suaranya saja tidak. Awalnya Bunda Hanum berniat ingin membangunkan Kiara tadi. Tapi setelah dia fikir kembali, pasti Pak Taeha sudah membangunkan anaknya itu dan sekarang mereka kembali tidur karena lelah setelah kegiatannya semalam. Akhirnya Bunda Hanum pun memutuskan untuk berlalu meninggalkan kamar Kiara dan berjalan menuju dapur untuk memasak.
"Kiara sama Taeha belum bangun, bun?" Tanya Kak Kinan.
"Nggak tau. Bunda juga belum denger suara mereka dari tadi"
"Apa mungkin Kiara nggak bisa jalan ya, bun?"
Bunda Hanum yang awalnya sedang asik menikmati makanannya langsung saja mendongak menatap Kak Kinan "Maksud kamu?" Tanyanya.
"Bunda kaya nggak pernah ngerasain aja. Kan kalo pertama itu sakitnya naudzubillah, bun. Aku aja dulu sampe diem di kasur terus karena nggak bisa ngapa-ngapain"
"Kamu itu ngomong apa sih, Kinan? Bisa-bisanya lagi makan malah bahas kaya gituan"
"Bener kata Kinan, bun. Kiara pasti nggak bisa jalan itu. Kan bunda dulu juga gitu" sahut Ayah Ferdi.
Bunda Hanum langsung menatap Ayah Ferdi tajam. Bisa-bisanya suaminya itu membongkar aib yang sedari tadi sudah ia tutup rapat-rapat.
"Ayah Diem! Nggak usah ikut-ikut Kinan!" Ujar Bunda Hanum galak.
"Kan emang bener bun-"
"Shuut"
Ucapan Ayah Ferdi langsung terhenti karena dia mendapat kode dari Bunda Hanum supaya menghadap ke arah tangga. Dan bukan hanya Ayah Ferdi, Kak Kinan dan Bang Revan juga menolehkan kepalanya menghadap tangga. Di sana terlihat Kiara yang sedang berjalan dengan kaki yang sedikit pincang. Tangannya juga terus bertumpu pada pinggiran tangga. Jangan lupakan Pak Taeha yang juga berjalan di belakang gadis itu.
Ke empat orang yang ada di bawah seketika menahan senyumnya sembari tetap melihat ke arah Kiara dan Pak Taeha. Yang membuat dugaan mereka menjadi lebih kuat adalah saat melihat rambut Kiara juga Pak Taeha terlihat sama-sama basah, seperti orang yang habis keramas. Padahal setau mereka, Kiara adalah tipe orang yang anti dengan keramas di pagi hari.
Kiara dan Pak Taeha sudah sampai di di meja makan. Kiara menatap semua orang bingung. Bagaimana tidak, orang-orang itu menatap Kiara dan Pak Taeha dengan tatapan seakan-akan mereka berdua telah melakukan hal yang memalukan. Kiara yang tidak terima di tatap seperti itu langsung saja membuka suara.
"Ngapain pada natap kaya gitu?" Tanya Kiara ketus.
"Baru bangun, Ki?" Goda Bunda Hanum.
"Iya"
"Tumben siang banget bangunnya? Biasanya subuh udah bangun. Ya meskipun akhirnya tetep tidur lagi"
Kiara yang baru saja duduk langsung menatap Bunda Hanum malas. Apakah bundanya itu tidak tau jika dirinya sangat lelah setelah duduk selama sehari penuh? Selain itu, alasan Kiara bangun telat ialah karena tadi malam dia kurang nyenyak tidur sebab kakinya terkilir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Humor"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...