~HAPPY READING~
Pagi ini Kiara terpaksa tidak pergi ke kampus karena demam Pak Taeha yang tak kunjung turun. Semalam Pak Taeha sering terbangun dan mengeluh pusing kepada Kiara, menjadikan Kiara juga ikut terjaga untuk memijat pelipis Pak Taeha.
Tadi Kiara sudah memasak bubur untuk Pak Taeha. Setelah selesai dia menyajikan bubur itu dan membawanya kembali ke dalam kamar.
Ketika Kiara baru membuka pintu, terlihat pemandangan dimana Pak Taeha yang sedang tidur dengan bantal guling di dekapannya. Kiara sengaja mengganti posisi dirinya dengan bantal guling. Karena jika tidak, Pak Taeha akan kembali terbangun dan memintanya untuk tetap di sana.
Kiara membuka sedikit tirai jendela kamarnya supaya cahaya matahari bisa masuk. Setelah itu dia menghampiri Pak Taeha dan meletakkan tangannya pada dahi laki-laki itu. Ternyata demamnya masih sama seperti semalam.
"Pak Taeha. Bangun dulu" ujar Kiara sembari mengusap bahu Pak Taeha.
Pak Taeha membuka matanya perlahan. Matanya menyipit karena mungkin merasa silau dengan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya.
"Ayo makan. Habis itu minum obat"
Pak Taeha menggelengkan kepalanya "Nggak mau, Ki. Mulut saya pahit" jawabnya pelan.
"Dipaksa. Biar perutnya nggak kosong"
"Nggak mau"
Kiara menghela nafasnya pelan. Andai saja Pak Taeha tidak sakit, mungkin Kiara sudah melempar laki-laki itu dari atap rumah sekarang juga.
"Saya udah bela-belain masak bubur ini buat Pak Taeha, loh. Masa Pak Taeha nggak kasian sama saya?" Tanya Kiara dengan wajah melasnya.
Pak Taeha menatap Kiara sekilas, kemudian beralih menatap semangkuk bubur yang ada di tangan istrinya itu.
"Saya nggak mau makan bubur"
"Yaudah. Mau makan apa?" Ujar Kiara yang sedang berusaha untuk mengontrol emosinya.
"Rendang"
"Nggak usah ngadi-ngadi deh, pak. Idul Adha masih lama. Jadi sekarang belum ada yang bikin rendang" ucap Kiara yang mulai emosi karena kelakuan suaminya.
"Saya nggak mau makan kalo nggak sama rendang"
Kiara berfikir dimana kira-kira ada orang yang menjual rendang sepagi ini. Sekarang masih jam 6 pagi. Tapi suaminya itu sudah meminta yang aneh-aneh. Dan setelah Kiara mencoba untuk berfikir, akhirnya dia menemukan sebuah ide.
"Pak Taeha"
"Hm"
"Sekarang kan masih pagi, dan orang yang jualan rendang juga pasti belum buka. Gimana kalo bapak saya bikinin mie yang rasa rendang aja?" Tawar Kiara.
Pak Taeha menatap Kiara datar "No. Saya mau rendang yang asli, bukan yang imitasi" jawabnya.
"Dikira emas kali, imitasi"
Pak Taeha kembali memejamkan matanya sembari memeluk erat bantal guling yang ada di dekapannya. Dia seperti tidak perduli sedikitpun dengan Kiara yang ada di depannya saat ini.
"Pak Taeha"
"Hm"
"Kalo bapak mau makan, nanti saya kasih hadiah"
Pak Taeha membuka matanya perlahan. Kemudian dia menatap Kiara yang juga sedang menatapnya.
"Hadiah apa?" Tanya Pak Taeha.
"Terserah bapak mau hadiah apa"
Pak Taeha terlihat berfikir sebentar, kemudian dia menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Hài hước"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...