Dipencet dulu bintangnya, baru lanjut baca. Oke?
~HAPPY READING~
Pak Taeha berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang terlihat sepi dengan beberapa brangkar dan kursi roda tak terpakai yang tergeletak di setiap tepiannya. Mungkin suasana seperti itu terasa begitu menyeramkan bagi orang lain, namun tidak untuk Pak Taeha. Karena dia sudah sering ke sana, menjadikan suasana tersebut seperti sudah bersahabat dengan dirinya.
Pak Taeha memasuki sebuah ruangan, dimana ada seorang laki-laki yang terbaring lemah dengan banyak alat pernafasan yang terpasang di tubuhnya. Di sana juga ada seorang dokter perempuan yang terlihat sedang mengotak atik layar monitor di sebelah brankar.
"Permisi, dok"
Dokter cantik dengan name tag Dr.Ghaida itu pun menolehkan kepalanya kemudian tersenyum kepada Pak Taeha "Silahkan masuk, Tae" ujarnya.
Dokter Ghaida merupakan teman dari kakaknya Pak Taeha. Jadi dokter itu sudah lumayan akrab dengan keluarga Pak Taeha.
Pak Taeha melangkahkan kakinya menuju Dokter Ghaida, kemudian dia berdiri tepat di sebelah dokter cantik itu "Bagaimana kondisi kakak saya, dok?" Tanya Pak Taeha sembari menatap kakaknya sendu.
"Tadi kakak kamu ngedrop lagi. Tapi setelah dikasih suntikan, Alhamdulillah jantungnya bisa berdetak normal kembali "
"Kira-kira kapan kakak saya bisa sadar, dok?"
Dokter Ghaida menghela nafasnya berat "Aku nggak bisa mastiin hal itu, Tae. Kamu berdo'a aja sama tuhan. Minta yang terbaik untuk kakak kamu" ujarnya.
Pak Taeha hanya diam sembari menatap tubuh ringkih laki-laki di depannya saat ini.
"Kalo gitu aku keluar dulu ya, Tae. Nanti kalo kamu butuh apa-apa, aku ada di ruang sebelah"
Pak Taeha menganggukkan kepalanya "Baik, dok. Terima kasih" jawabnya.
Setelah Dokter Ghaida keluar dari ruangan, Pak Taeha mendudukkan tubuhnya di kursi. Dia menggenggam tangan dingin kakaknya sembari menceritakan banyak hal yang sudah ia alami selama seharian ini. Meskipun kakaknya tidak bisa merespon, tapi Pak Taeha yakin jika kakaknya pasti mendengar apa yang ia ucapkan sedari tadi.
"Kalo kakak bangun, nanti Taeha kenalin sama perempuan yang selalu Taeha ceritain selama ini"
🐻🐻🐻
Di lain tempat, Kiara dan Pak Andra sedang duduk di sebuah taman kota yang letaknya lumayan jauh dari gedung Universitas Dewantara. Pak Andra sengaja mengajak Kiara ke sana karena tempat itu merupakan tempat favorit Pak Andra ketika sedang bersantai seperti ini.
Ketika mereka berdua sedang asik berbincang-bincang, tiba-tiba saja perhatian Pak Andra beralih kepada tangan Kiara yang tergeletak di atas meja. Pak Andra merasa seperti tidak asing dengan arloji yang di gunakan oleh perempuan itu.
"Kiara"
"Iya, pak?"
"Kamu beli di mana jam tangan itu?"
Kiara menatap tangannya yang ditunjuk oleh Pak Andra. Kiara seketika membelalakkan matanya karena jam tangan yang ia pakai sekarang adalah jam tangan couple yang ia dapat dari Pak Andra sebagai hadiah atas pernikahannya kemarin. Kiara memerutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia melupakan hal yang sangat fatal seperti ini.
Kiara segera menurunkan tangannya kemudian menyembunyikan tangannya itu di bawah meja "J-jam tangan? Oh itu dibeliin ayah saya waktu saya ulang tahun kemaren, pak" jawabnya.
Pak Taeha menatap Kiara sedikit memicing. Dia merasa ragu dengan jawaban yang diberikan oleh perempuan itu.
"Emang kenapa, pak?" Tanya Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Humor"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...