Part 9

9K 356 0
                                    

~HAPPY READING~

"Kenapa masih tanya tentang calon istri saya? Bukankah kamu sudah tau, siapa yang akan saya nikahi nanti?"

Kiara langsung membelalakkan matanya. Dia benar-benar yakin kalau Pak Taeha memang mempunyai mata-mata di kampus ini.

"Gini ya, pak. Pak Taeha memang sudah resmi di jodohin sama saya. Tapi iya kalo saya emang beneran jodoh bapak. La kalo bukan, gimana?" Kata Kiara.

"Kalo saya maunya berjodoh sama kamu, juga gimana?" Tanya Pak Taeha sembari menatap Kiara dalam.

"Ya saya bakal kabur ke luar negeri, biar nggak jadi berjodoh sama Pak Taeha" jawab Kiara asal.

Pak Taeha menaikkan sebelah bibirnya "Mau kamu lari ke ujung dunia sekalipun, kalo jodoh kamu adalah saya, kamu bisa apa?" Tanyanya.

"Saya menerima siapapun menjadi jodoh saya, asalkan bukan dosen galak seperti bapak"

"Saya galak karena kamu bikin ulah. Coba kalo kamu nggak pecicilan, pasti saya bisa jadi dosen yang baik"

Kiara hanya menatap Pak Taeha datar. Kemudian dia melirik handphonenya yang tergeletak di atas meja Pak Taeha. Di sana terlihat ada pesan masuk dari Dira. Kiara kembali melirik Pak Taeha sekilas. Ternyata dosennya itu juga menatap ke arah handphonenya.

Kiara langsung mengambil handphonenya dari atas meja Pak Taeha. Kemudian dia menatap dosennya itu tajam "Ngapain bapak lihatin handphone saya?" Tanya Kiara galak.

"Mau ke mana kamu?"

"Saya mau ke manapun itu bukan urusan Pak Taeha"

"Kamu mau ke mana?" Tanya Pak Taeha penuh penekanan.

"Saya mau ke mall. Puas?!"

"Enggak. Ayo pulang sama saya!"

Kiara menatap Pak Taeha malas "Dih. Emang bapak siapa berani ngatur-ngatur hidup saya?" Ujarnya.

"Saya calon suami kamu"

"Masih calon. Belum suami"

"Nggak usah jawab terus, bisa?"

Kiara langsung terdiam. Dia sangat dongkol dengan Pak Taeha. Belum menikah saja dia sudah banyak mengatur seperti ini. Apalagi nanti setelah menikah. Kiara tidak suka hidup di bawah tekanan. Tapi mau membantah pun juga percuma. Pasti nanti tetap Pak Taeha yang jadi pemenangnya.

"Ayo dong, pak. Injinin saya main sama Dira sebentaaar aja. Saya udah lama nggak main gara-gara tugas kampus yang menumpuk" ujar Kiara memelas.

"Saya bilang enggak ya enggak! Sekarang ayo pulang, karena mama sudah ada di rumah kamu" jawab Pak Taeha sambil berdiri dari duduknya.

"Ngapain Tante Karin di rumah saya?" Tanya Kiara.

"Nggak tau"

"Yaudah. Saya pergi sama Dira sebentar, habis itu saya langsung pulang"

Pak Taeha yang sudah sampai di depan pintu langsung menolehkan kepalanya "Terserah kamu. Tapi jangan salahkan saya kalo pernikahannya nanti di percepat" ujar Pak Taeha.

Kiara langsung membulatkan matanya. Jika pernikahannya benar-benar di percepat, pasti nanti dia semakin tidak bebas karena harus bersama Pak Taeha setiap saat. Karena Kiara tidak mau mengambil resiko, jadi dia terpaksa mengiyakan ucapan Pak Taeha.

"Kamu mau duduk di situ apa ikut saya pulang?" Tanya Pak Taeha yang sudah memegang kunci ruangannya.

Kiara mendengus sebal, kemudian dia berdiri dari duduknya. Kiara berjalan menuju pintu dan berhenti tepat di sebelah Pak Taeha. Pak Taeha menundukkan kepalanya karena tinggi badan Kiara hanya sebatas bahunya. Kiara yang merasa sedang di tatap langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Pak Taeha tajam.

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang