Part 19

8.2K 296 0
                                    

~HAPPY READING~

"Kamu suka sama Pak Andra?"

*Degg

Kiara langsung membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka jika Pak Taeha akan menanyakan hal itu sekarang. Kiara bingung dengan jawaban apa yang harus dia berikan kepada Pak Taeha. Kiara memang menyukai Pak Andra, tapi bukankah terlihat sangat jahat jika mengatakan bahwa dirinya mencintai orang lain di depan suaminya sendiri?

"K-kenapa Pak Taeha tiba-tiba tanya gitu?" Ujar Kiara dengan tatapan lurus ke depan.

"Nggak papa. Saya cuma tanya"

Pak Taeha kembali memfokuskan matanya pada layar televisi. Tapi yang ia fikiran saat ini bukanlah pertandingan di depannya, melainkan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan kepada Kiara. Pak Taeha seperti tidak sadar jika mulutnya mengatakan hal itu. Rasanya seperti ada dorongan otomatis dari dalam hatinya.

Kiara melirik Pak Taeha menggunakan ujung matanya. Suaminya itu terlihat menatap lurus ke depan dengan wajah datarnya. Kiara menjadi sedikit canggung karena pertanyaan Pak Taeha tadi. Dia takut jika suatu saat nanti Pak Taeha mengetahui bahwa dirinya benar-benar menyukai Pak Andra. Kiara juga takut Pak Taeha tidak terima dan dia akan mencampakkan Kiara nantinya.

"Tapi kenapa gue harus takut? Pak Taeha juga nggak mungkin cinta sama gue. Secara gue nikah sama dia kan cuma karena perjodohan, bukan karena saling cinta. Jadi mana mungkin dia marah sama gue" batin Kiara.

Kiara merasakan pergerakan pada tempat tidurnya. Kemudian terlihat Pak Taeha yang sudah berdiri dan berjalan ke arah sofa yang ada di kamar itu. Kiara mengambil nafas dalam-dalam kemudian dia memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Pak Taeha.

"P-pak Taeha mau ngapain?"

"Ngerjain laporan"

"Pak Taeha marah sama saya?"

Pak Taeha mengerutkan keningnya "Emang kamu habis bikin salah, sampai-sampai saya harus marah sama kamu?" Tanyanya.

"Ya enggak, sih. Tapi kenapa Pak Taeha diem aja dari tadi? Kan saya jadi ngira kalo Pak Taeha marah sama saya"

"Terus kamu maunya saya ngapain? Manjat tebing?"

"Manjat gunung aja sekalian" gumam Kiara.

Pak Taeha melirik Kiara sekilas, kemudian dia meletakkan laptop miliknya di atas meja dan mulai mengerjakan pekerjaannya.

"Deadline untuk tugas farmakologi kamu besok jam 8 pagi. Kalo kamu nggak ngumpulkan, jangan salahin saya kalo kamu dapat nilai D" ucap Pak Taeha yang sedang mengetikkan sesuatu pada keyboard laptopnya.

Kiara yang awalnya sedang menatap handphone langsung saja mendongakkan kepalanya. Dia baru ingat jika tugas itu belum tersentuh sedikitpun. Kiara memang satu kelompok dengan Dira. Tapi Kiara yakin jika Dira juga pasti lupa dengan tugas ini. Secara mereka berdua itu sama-sama ceroboh dan pelupa.

"Nggak bisa dinego nih, pak?"

"Enggak"

"Masa sama istrinya sendiri tega?"

Pak Taeha menatap Kiara datar "Kamu jadi istri saya waktu di rumah. Tapi kalo sudah di kampus, kamu kembali menjadi mahasiswi saya" jawabnya.

"Nah. Mumpung sekarang saya masih menjabat sebagai istrinya Pak Taeha, jadi nggak ada salahnya kalo bapak bantuin saya buat selesaiin tugasnya"
..........

07.00

Kiara terlambat bangun karena tadi malam dia harus terjaga untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Pak Taeha benar-benar tidak mau membantu Kiara dengan alasan masih banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan. Padahal Pak Taeha membuka laptopnya hanya sebagai alibi untuk mengelabui Kiara. Yang sebenarnya terjadi adalah Pak Taeha sedang mengawasi dan memastikan jika istrinya itu benar-benar mengerjakan tugas yang ia berikan minggu lalu.

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang