~HAPPY READING~
Kiara sedang duduk diam di depan jendela kamar sembari menatap lurus ke depan. Dia memikirkan bagaimana masa depannya jika menikah dengan Pak Taeha nanti. Setelah orang tuanya dan orang tua Pak Taeha berunding tadi, mereka sepakat bahwa Kiara dan Pak Taeha akan menikah 2 bulan lagi.
Awalnya Kiara menolak perjodohan yang di lakukan orang tuanya itu. Tapi setelah mendapat beberapa nasihat dari Bunda Hanum, Kiara akhirnya menerima untuk di jodohkan dengan Pak Taeha, walaupun terpaksa.
Kiara akui Pak Taeha memang sangat tampan. Tapi sikapnya yang menyebalkan serta dingin seperti kulkas berjalan membuat Kiara merasa muak dengan dosennya itu.
"Gimana nasib gue kalo jadi istrinya Pak Taeha nanti. Gue nggak akan gila kan, gara-gara di omelin sama dia tiap hari?" Ujar Kiara.
"Kenapa Bunda nggak jodohin gue sama Pak Andra aja, sih? Kan gue nggak perlu repot-repot galau kaya gini jadinya"
"Ya Allah. Kalo Pak Andra bukan jodoh Kiara, ya masa dia bukan jodoh saya, sih. Kan saya maunya sama dia. Kalo bisa, saya mau nukerin Pak Taeha sama Pak Andra aja Ya Allah"
Dan secara tiba-tiba, jendela kamar Kiara tertutup karena tiupan angin kencang. Kiara yang sedang menenggelamkan wajahnya di tangan langsung terkejut karena suara itu.
"Bahkan alam pun tidak merestui kalo gue berjodoh sama Pak Andra" gumam Kiara.
Kiara berdiri kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan menggosok gigi supaya bisa tidur dengan nyenyak. Kiara menatap dirinya pada pantulan cermin. Wajahnya terlihat sangat kusam karena dia belum mandi sedari tadi.
"Pak Taeha suka sama gue dari segi apanya, sih? Yakali orang spek Pak Taeha suka sama remahan rengginang kaya gue"
"Dia nggak rabun dekat, kan?"
"Kamu itu ngapain sih, Ki? Bunda dengerin kok ngomong sendiri dari tadi. Kamu nggak sedang dalam gejala awal, kan?"
Kiara langsung menolehkan kepalanya ke belakang. Dan terlihat Bunda Hanum yang sedang berdiri di tengah pintu sembari menatapnya aneh.
"Bunda ngapain di situ?" Tanya Kiara.
"Bunda tadi mau ngasih ini. Terus bunda denger kamu lagi ngobrol. Bunda kira ada temen kamu di sini, nggak taunya ngobrol sama cermin" jawab Bunda Hanum.
Kiara menatap bingkisan yang ada di tangan Bunda Hanum "Itu apa, bun?" Tanyanya.
"Tadi Taeha nganter ini ke sini. Katanya Tante Karin ngirim ini buat calon mantunya, gitu" goda Bunda Hanum.
Kiara menatap bundanya malas. Dia sangat jengah mendengar nama Pak Taeha di sebutkan. Telinganya seakan tidak suka jika nama itu keluar dari mulut seseorang.
"Buat bunda aja, deh" ujar Kiara sambil menuangkan sabun pencuci wajah di tangannya.
"Kalo buat bunda, nanti malah bunda yang jadi menantunya Tante Karin"
"Kalo bunda mau ya silahkan"
"Enak aja. Ayah kamu nanti ngereog kalo bunda nikah lagi. Udah, ya. Ini bunda taruh di meja rias kamu. Bunda mau nyiapin makan malam buat ayah" ujar Bunda Hanum sebelum keluar dari kamar mandi.
"Hmmm"
10 menit kemudian, Kiara sudah keluar dari kamar mandi, lengkap dengan piyama pink yang membalut tubuh mungilnya. Tubuhnya terasa lebih segar setelah dia mandi tadi. Dan kini tatapannya tertuju pada meja rias yang terdapat papper bag dengan motif bunga-bunga serta pita putih di atasnya. Kiara langsung mengambil bingkisan itu kemudian membawanya menuju tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr.Taeha Dirgantara [on going]
Humor"Pak" "Hm" "Jangan mau ya, di jodohin sama saya" ujar Kiara memelas. "Kenapa harus nggak mau?" Tanya Pak Taeha dengan tatapan lurus ke depan. "Kan saya ngeselin. Nanti Pak Taeha pasti cape kalo punya istri yang nggak bisa di atur kaya saya" Pak Tae...