Part 16

9.4K 307 1
                                    

~HAPPY READING~

Kiara sedang mengemasi barang-barang yang akan ia bawa untuk pindah ke tempat tinggal barunya. Ke mana dia akan pindah? Jawabannya adalah ke rumah Mama Karin. Sebenarnya Pak Taeha sudah membeli sebuah rumah yang rencananya akan langsung ia tempati jika sudah menikah nanti. Tapi ternyata Mama Karin meminta supaya anak dan menantunya itu tinggal di rumahnya untuk sementara waktu. Bukan karena apa-apa. Hanya saja Mama Karin ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki anak perempuan, walaupun itu hanya seorang menantu baginya.

Bagaimana dengan Bunda Hanum dan Ayah Ferdi setelah di tinggal Kiara? Apakah mereka akan tinggal sendiri? Tidak. Karena setelah Kiara pindah dari sana, Mbak Dinda dan Bang Revan juga akan pindah dari rumahnya untuk tinggal bersama orang tua Kiara.

Sedari tadi Kiara terlihat mengemasi barang-barang miliknya seorang diri. Lain halnya dengan Pak Taeha. Dia malah duduk diam di atas tempat tidur sembari menatap Kiara yang sedang kesusahan untuk memasukkan beberapa barang ke dalam koper.

Sebenarnya Pak Taeha ingin membantu Kiara. Hanya saja dia mengetes seberapa besar rasa gengsi Kiara untuk meminta pertolongan kepadanya.

Kiara yang merasa di tatap oleh seseorang langsung menolehkan kepalanya. Dan benar saja, suaminya itu ternyata sedang menatapnya datar dengan tangan yang tertekuk di depan dada.

"Daripada Pak Taeha diem di situ, mending bantuin saya masukin barang-barang ini biar saya cepet selesai terus juga nggak berantakan kaya gini" ujar Kiara sambil menunjuk barang-barang yang masih berserakan di depannya.

"Kalo minta tolong itu ngomong yang bener. Nggak usah nyindir-nyindir"

"Saya nggak nyindir. Lagian masa bapak tega lihat saya ngeberesin barang sebanyak ini sendirian?"

"Kenapa harus nggak tega?"

Kiara langsung melebarkan matanya. Suaminya itu memang benar-benar menjengkelkan. Kiara heran, apakah Pak Taeha tidak punya rasa kasihan sedikitpun kepadanya? Jika bisa, Kiara akan menukarkan Pak Taeha dengan orang lain saja sekarang.

"Nggak usah ngedumel dalam hati. Kalo mau ngatain saya ngomong aja langsung"

Kiara kembali melebarkan matanya. Kecurigaannya jika Pak Taeha bisa membaca fikiran seseorang semakin menjadi-jadi. Kiara berfikir apakah suaminya itu mempunyai indera ke enam? Sehingga bisa melakukan sesuatu di luar nalar seperti ini.

"Pak Taeha" panggil Kiara.

"Hm"

"Pak Taeha bisa baca pikiran saya?"

"Enggak"

"Tapi tiap Pak Taeha ngomong sesuatu kenapa selalu pas sama isi hati saya, ya?"

Pak Taeha tidak menjawab ucapan Kiara. Dia langsung turun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri Kiara. Setelah sampai tepat di depan Kiara, Pak Taeha berjongkok kemudian menatap wajah istrinya itu lekat.

"Muka kamu sudah menjelaskan semuanya. Jadi saya nggak perlu repot-repot menganalisa isi hati kamu lagi"

Kiara yang di tatap sedekat itu hanya bisa diam dengan jantung yang berdegup kencang. Rasanya dia sangat gugup, takut, dan juga gerogi sekarang. Meskipun Pak Taeha adalah suaminya, tapi tetap saja Kiara gugup karena dia tidak pernah di tatap sedekat ini oleh seorang laki-laki.

"Kia- astaghfirullah. L-lanjutin aja. Maaf kalo Mbak Dinda ganggu"

Kiara dan Pak Taeha langsung menolehkan kepalanya saat mendengar suara pintu terbuka. Ternyata di tengah pintu sudah ada Mbak Dinda yang berdiri membelakangi mereka. Kiara merasa sangat jengkel dengan kakaknya itu. Apakah dia tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk?

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang