Part 37

8.1K 294 5
                                    

~HAPPY READING~

Jam kuliah Kiara sudah berakhir dari 30 menit yang lalu. Dan kini gadis itu telah kembali ke rumah dengan diantar oleh Dira tadi. Sebelum pulang, Kiara menyempatkan dirinya untuk membeli obat di apotek. Meskipun dia tau jika nantinya pasti banyak drama agar Pak Taeha mau meminumnya.

Kiara masuk ke dalam rumah, dan menemukan Pak Taeha yang sedang duduk membelakanginya di sofa ruang tengah. Kiara merasa sangat jengah dengan suaminya itu. Dia sedang sakit, tapi bukannya beristirahat malah duduk di sana.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab Pak Taeha tanpa mengalihkan pandangannya.

Kiara berjalan menghampiri Pak Taeha kemudian duduk di sebelah suaminya itu "Ngapain malah duduk di sini? Bukannya istirahat di kamar" katanya.

Pak Taeha menolehkan kepalanya menghadap Kiara. Seketika mata Kiara membulat sempurna karena melihat wajah Pak Taeha yang sangat pucat.

"Pak Taeha kenapa pucet banget?" Tanya Kiara sembari menyentuh dahi laki-laki itu. Dan benar saja, demamnya semakin tinggi.

Pak Taeha hanya diam. Dia malah menyandarkan kepalanya pada bahu Kiara.

"Kepala saya pusing sekali, Ki" jawab Pak Taeha pelan.

"Kenapa nggak telfon? Kan saya bisa pulang dari tadi"

"HP nya di kamar. Saya nggak kuat mau balik ke sana lagi"

"Yaudah. Ayo saya bantu naik ke ke atas"

Kiara memapah Pak Taeha untuk kembali ke dalam kamar. Entah apa yang akan di lakukan oleh laki-laki itu sehingga dia turun ke lantai bawah.

Sampai di kamar, Kiara langsung menidurkan Pak Taeha di atas ranjang. Baru saja Kiara akan keluar untuk mengambil air kompresan, tapi Pak Taeha sudah memegang tangannya terlebih dahulu. Kiara seketika menolehkan kepalanya kemudian kembali duduk di sebelah Pak Taeha.

"Kenapa? Mau apa?" Tanya Kiara.

"Kamu mau kemana?"

"Saya ambilin kompresan dulu, biar demamnya Pak Taeha cepet turun"

"Di sini aja. Jangan kemana-mana" ujar Pak Taeha pelan.

Tanpa menunggu lama, Kiara langsung naik ke sebelah Pak Taeha dan mendudukkan tubuhnya di sana. Melihat Kiara yang sudah berada di sebelahnya membuat Pak Taeha segera memindahkan kepalanya ke paha perempuan itu. Entah kenapa kepalanya terasa sangat pusing jika tubuhnya bergerak sedikit saja.

"Mau saya pijitin?"

Pak Taeha hanya menganggukkan kepalanya, membuat Kiara langsung mendaratkan tangannya pada kepala Pak Taeha.

"Tadi ngapain ke bawah kalo masih pusing?"

"Minum"

Kiara menolehkan kepalanya ke arah nakas yang ada di sebelah tempat tidur. Ternyata memang benar, gelas yang ada di sana sudah kosong. Kiara memerutuki dirinya sendiri. Kenapa bisa dia lupa mengambilkan minum untuk Pak Taeha tadi pagi.

"Kenapa nggak nunggu saya dulu? Kan bisa saya ambilin"

"Kamu lama. Saya sudah nunggu kamu dari tadi"

"Telfon kan bisa"

"Males"

Kiara hanya menatap Pak Taeha datar. Tapi dalam hatinya perempuan itu sedang mati-matian menahan diri untuk tidak menjambak rambut orang yang ada di pangkuannya sekarang.

Setelah beberapa saat kemudian, Pak Taeha terlihat memejamkan matanya. Nafasnya juga sudah mulai teratur seperti orang yang tengah tertidur pulas.

Kiara sedikit mengangkat kepala Pak Taeha untuk dipindahkan ke bantal, tapi laki-laki itu malah semakin erat memeluk pinggang Kiara. Kiara seperti tidak yakin jika yang ada di depannya saat ini adalah Pak Taeha yang sangat menyebalkan.

Mr.Taeha Dirgantara [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang