[ 2O ] ARC 2 : RED DEVIL IS BACK!

3.1K 229 3
                                    

Saat tak sadarkan diri selama tujuh hari, Ranza sempat memimpikan hal yang aneh.

Dia yang masih kecil datang ke sebuah pesta ulang tahun mengenakan gaun merah dan mencuri seluruh perhatian anak-anak di sana. Mereka terpukau melihat Ranza yang begitu cantik jelita.

"Cantiknyaaa."

Bahkan anak yang berulang tahun pun tak luput memuji kecantikan Ranza dengan pupil yang berbinar cerah karena terkesima.

Dia memiliki mata merah dan berambut hitam legam. Akan tetapi, hanya itu yang bisa dilihat oleh Ranza. Selain dari itu, wajah si anak tampak blur dan tidak jelas.

"Terima kasih. Kamu juga ganteng, kok." Anehnya, Ranza malah balas memuji demikian.

"Pokoknya kamu milikku. Nggak akan aku biarin kamu dimiliki siapa pun selain aku."

"Kalau kamu mau milikin aku, berarti kamu harus nikahin aku suatu saat nanti."

Ranza tak begitu mengerti maksud dari mimpi itu. Karena dalam sekejap mata, mimpinya berubah-ubah. Seperti potongan-potongan puzzle.

Ranza bermimpi pindah sekolah dasar dan berteman dengan dua anak laki-laki. Satunya adalah anak yang berulang tahun tersebut, sementara yang satu lagi merupakan saudaranya.

"Jadi kamu pindah ke sini, ya? Ayo duduk sama aku aja."

"Tapi gimana sama saudara kamu?"

"Alah, biarin aja dia duduk di belakang kita."

Mereka bertiga menjadi teman sepermainan. Namun suatu ketika, si mata merah tiba-tiba menusuk mata kiri saudaranya dengan pulpen. Ranza yang menjadi saksi atas kejadian itu langsung trauma dan menghindari dia.

"Aneh nggak, sih, menurut lo?"

Ranza tak tahan untuk memendamnya sendirian sehingga menceritakan mimpi itu pada Bastian.

"Apanya yang aneh? Namanya juga mimpi. Bunga tidur, Ran. Apa pun bisa terjadi," balas Bastian yang sedang sibuk mengupas jeruk untuk Ranza.

"Tapi tiap kali gue nginget mimpi itu, kepala gue jadi sakit, Bas. Makanya gue bilang aneh." Ranza menerima buah jeruk yang sudah dikupas, memakannya satu demi satu.

"Udah, ah, jangan mikirin yang macem-macem." Bastian mengelap tangannya menggunakan tisu. Sekilas dia mengerling ke arah Ranza. "Lo baru aja sembuh. Nggak usah mikir hal yang gak penting."

Bunyi pintu yang diketuk menginterupsi pembicaraan mereka. Kenop diputar dari luar, disusul masuknya seorang cowok ganteng yang tak lain adalah Rein.

"Pandu udah siap, Bas. Ini sekarang kita udah mau jalan," ungkap cowok itu.

Hari ini, tepatnya setelah satu bulan berlalu, Pandu dibolehkan pulang oleh dokter. Dia belum menemukan donor mata yang cocok. Tapi pihak rumah sakit berjanji akan segera mencarikan untuknya.

"Oh, oke." Bastian beranjak dari kursinya sambil menyambar jaket yang tersampir di sandaran kursi. "Lo beneran nggak apa-apa gue tinggal sendirian kan, Ran?"

"Tenang aja, Kiran nggak bakal sendirian, Bas. Shaki katanya mau nemenin, tapi sekarang masih ke kantin rumah sakit buat beli makanan," kata Rein, sebelum Ranza sempat menjawab ucapan Bastian.

"Oh, gitu? Bagus, deh." Bastian memanggut-manggut. Jaketnya selesai dipakai. "Gue pergi dulu, ya. Inget pesan gue. Nggak usah pikirin mimpi lo itu. Banyakin istirahat. Abis nganter Pandu pulang, gue langsung balik."

"Iya, iya. Bawel amat, sih, lo." Ranza mendengkus saat Bastian mengacak pelan puncak kepalanya. Hampir saja membuat poni anti badai yang selalu dijaganya berantakan.

The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang