[ 1O ] ARC 3 : D'MONSTER NO COUNTER!

2.6K 199 5
                                    

Bastian memiliki begitu banyak hobi untuk menghabiskan waktu luang. Dimulai dari surfing, main skateboard, bolling, billiard, balapan, mancing, workout, latihan karate, hingga mendengarkan musik.

Dia benar-benar seorang pemuda yang menikmati masa mudanya dengan berbagai kegiatan berfaedah dan menghibur diri. Selain itu, ia juga mempunyai sebuah rutinitas tiap sore hari, yakni memberi makan kucing jalanan.

Sempat atau tidak, Bastian pasti akan selalu berusaha meluangkan waktunya melakukan hal itu. Karena bagi seorang cat lovers sepertinya, memberi makan kucing adalah suatu kebahagiaan yang menjadi mood booster tersendiri.

Seperti hari ini sepulang dari basecamp, Bastian mampir dulu ke pet shop membeli makanan kucing dan pergi ke sebuah gang tempat berkumpulnya para kucing jalanan demi melakukan rutinitasnya.

Kucing-kucing itu mengeong beramai-ramai mengetahui kedatangan Bastian. Mereka langsung bergerombol mengerubunginya untuk menagih jatah makan.

Para kucing senang babu mereka akhirnya datang.

"Pelan-pelan, guys, jangan keroyokan. Pasti kebagian semua, kok," kata Bastian seraya berjongkok dan mulai memberi makan mereka.

Seperti biasa, kucing-kucing itu makan dengan lahap. Sesekali Bastian mengusap kepala mereka sambil tersenyum lebar. Meski sudah punya Roger di rumah, tapi dia menyukai semua kucing yang ditemuinya.

"Lo nggak mau bantuin ngasih makan mereka, Ran?" tanya Bastian, menoleh ke belakangnya untuk menatap Ranza.

Gadis itu melangkah lebih dekat mengikis jarak, lalu ikutan berjongkok di samping Bastian. "Katanya lo pengin bangun rumah kucing? Udah kekumpul berapa duit?"

"Hm. Lumayan banyak, sih. Tapi gue rasa belum cukup," jawab Bastian. Ia memisahkan dua ekor kucing yang hampir saja adu mekanik.

"Kalo misal impian gue ini beneran terwujud, lo mau, kan, jadi sukarelawan? Kita bisa jadi bapak dan ibu kucing di situ. Kan seru. Entar tempat itu kita kasih nama Rumah Kucing Bastara."

"Bastara? Apaan tuh?"

"Bastian cinta Ranza."

Ranza tak bisa menahan tawa. Dia terbahak sejadi-jadinya. Merasa geli mendengar kepanjangan dari singkatan tersebut.

Apa-apaan nama itu? Seperti nama singkatan yang dibuat bocah SD.

"Kenapa ketawa?" Bastian kurang suka respons Ranza. Ekspresinya berubah datar, begitu juga dengan sorot matanya yang menajam.

Bungkus makanan kucing di tangannya dia letakkan begitu saja hanya untuk bergerak mendekat pada Ranza hingga membuat cewek itu refleks mundur dengan bibir terkunci rapat.

"Apa yang lucu?" tanya Bastian sekali lagi. Suaranya menjadi serak dan dalam, bikin Ranza auto salah tingkah.

"Lo alay," ceplos Ranza, melarikan tatapannya ke arah lain asal bukan wajah tampan Bastian.

Di dalam rongga dada, jantungnya sudah berdentum tak karuan. Wajahnya juga terasa panas. Dia harap, pipinya tidak memerah.

Saat itulah bokong Ranza jatuh ke tanah. Punggungnya terantuk ke tembok gang. Ia terpojok. Tak menyia-nyiakan peluang, Bastian dengan cepat mengulurkan kedua lengan untuk mengungkungnya di sana.

Cowok itu mendekatkan wajahnya sampai jarak di antara mereka hanya tersisa dua inci.

"Alay? Coba ngomong lagi." Bastian berbisik pelan.

Momen tersebut membuat Ranza merinding bukan main. Namun, bukan dalam konteks horor atau menjijikkan. Lebih ke ... perasaan yang berdebar-debar.

Ini aneh baginya.

The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang