[ O3 ] ARC 2 : RED DEVIL IS BACK!

4.8K 373 17
                                    

Bunyi klakson panjang yang berasal dari luar rumahnya terpaksa membangkitkan Ranza dari kasur.

Dengan badan yang masih lemas, dia mendorong jendela di samping tempat tidurnya hingga cahaya mentari pagi yang menyilaukan berlomba-lomba masuk. Mata Ranza mengerjap-ngerjap berusaha menyesuaikan cahaya.

"ASTAGA! KOK LO BELUM SIAP-SIAP, SIH, RAN?!" seru Bastian yang nangkring di atas motornya dengan mata melotot.

Ranza masih mencoba mengumpulkan nyawa. Kelopak matanya berkedip beberapa kali dengan pelan. Teriakan Bastian tidak berefek sama sekali padanya, sebab dia belum bisa memproses situasi ke dalam otaknya.

"SEKOLAH, WOI, SEKOLAH! BURUAN NANTI TELAT!" Bastian histeris. Ingin sekali menelan bumi ini melihat betapa santainya Ranza yang malah mengupil masih dengan mata sayu.

"Hah? Sekolah? Emang iya?" gumam Ranza, lalu melirik kalender yang tertempel di dinding kamar.

Ada tanggal yang sudah dilingkari dengan spidol merah di sana.

Detik itu, Ranza spontan membolakan mata. Benar juga! Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah semester dua!

"AAAA!" pekik Ranza, kelabakan menyibak selimut dan melompat dengan gaya ala Spiderman dari atas kasur.

"KOK LO NGGAK BANGUNIN GUE, BAS?! TEGA BANGET! INI, SIH, BAKALAN TELAT!"

"KLAKSON GUE UDAH SEPANJANG JALAN TOL TADI, TAPI KUPING LO AJA YANG BUDEG!" balas Bastian gereget.

Cowok itu menghela napas lelah sambil meraup wajahnya sendiri. Dia turun dari motor dan berjalan ke teras rumah Ranza. Jika dia tidak ada niatan mengantar Ranza ke sekolahnya hari ini, pasti gadis itu lupa untuk bangun pagi.

"Buruan, Ran! Kalo masih lama gue tinggal aja, ya, lo. Lagian kita, kan, beda sekolah." Bastian bolak-balik mengecek jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Sebenarnya dia sendiri tidak masalah kalau terlambat. Toh, itu sudah biasa baginya sebagai salah satu siswa pentolan sekolah yang terkenal nakal. Masalahnya, yang Bastian khawatirkan adalah Ranza sendiri. Kasihan jika gadis itu sampai terlambat.

Di sela-sela suara ribut dari dalam rumah, terdengar suara Ranza yang membalas dengan seruan,

"Jangan, dong! Tega amat lo, ah! Bentar lagi selesai, nih. Gue lagi make cangcut dulu! Gak perlu mandi!"

"Congor lo dijaga! Lo lagi ngomong sama cowok, anjir!"

Bastian tak habis pikir dengan mulut Ranza yang suka ceplas-ceplos kalau bicara dengannya. Seperti tidak ada penghalang apa pun di antara mereka yang membuat gadis itu tidak pernah segan.

"Dan lo harus mandi, gilak! Badan lo bau bangke tikus nanti!"

"Sialan! Sekate-kate banget lo!"

Bastian berdecak. "Faktanya emang gitu, bego. Dasar jorok lo!"

"Canda, anjing! Gue udah mandi ini."

Beberapa menit setelah menceletuk demikian, akhirnya Ranza muncul dengan setelan seragam sekolah yang berantakan dan tidak tertata rapi.

Dasinya belum diikat, ikat pinggangnya longgar, posisi kaos kakinya tinggi sebelah, dan tas sekolah yang dicangklong di bahu kirinya nampak sangat ringan.

Bastian sontak berdiri dan mengamati penampilannya dari bawah ke atas dengan muka kusut.

"Lo niat sekolah, kan? Berantakan amat, jir. Buku lo mana? Lo nggak bawa?" tanya Bastian.

"Alah, santai. Hari pertama masuk nggak mungkin langsung ada pelajaran. Nanti semuanya gue rapihin pas nyampe," jawab Ranza.

Dia hanya terpaku memperbaiki rambut poni yang menutupi jidatnya dengan sempurna. Rambut hitam panjangnya yang tebal dibiarkan terurai.

The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang