Bastian mendudukkan diri di kursi samping ranjang tempat Ranza terbaring sakit. Ditatapnya wajah pucat gadis itu dengan kelopak mata layu, sarat akan kesenduan.
Sudah satu minggu berlalu, tapi Ranza belum kunjung sadar meski telah melewati masa kritisnya semenjak tragedi di jembatan sungai Amarine.
Dia mengalami cedera yang cukup fatal di beberapa bagian tubuhnya, terutama kepalanya yang kini dililit dengan perban. Lengan kanannya digips, dan ada juga sebagian tulangnya yang patah.
Bastian meraih tangan Ranza yang bebas dari selang infus untuk dia genggam.
"Ran, sampe kapan lo mau tidur kayak gini? Buruan bangun. Gue nungguin lo di sini," ucap Bastian, mengajak Ranza bicara walau tahu tak akan mendapat respon.
"Lo nggak kangen makan seblak? Nggak pengin latihan di Dojo lagi? Kalo lo tidur terus, nanti lo juga bakal ketinggalan banyak pelajaran di sekolah."
Hening.
Hanya terdengar suara detak jarum jam yang menyahuti omongan Bastian.
Sejujurnya, dia merasa kecewa pada Ranza karena telah mengingkari janjinya. Apalagi, sejak awal dia juga sudah mewanti-wanti gadis itu berulang kali agar jangan bertindak gegabah.
Namun, Bastian lebih benci situasi ini. Ia khawatir Ranza tidak akan bangun lagi. Ia tak siap untuk kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.
"Gue udah ngomong sama anak-anak tentang identitas lo yang asli, Ran. Lo nggak perlu nyamar lagi setelah ini. Jadilah diri lo sendiri. Jalani kehidupan lo dengan normal," kata Bastian lagi.
Seluruh anggota inti memang telah mengetahui rahasia Ranza usai Bastian mengungkapnya. Mereka tentu tak menyangka dan merasa ditipu.
Hiro bahkan sempat menyimpulkan kalau tujuan Ranza bergabung dengan TAURUS semata-mata hanya untuk menggunakan mereka sebagai alat balas dendam pada Red Devil.
Tetapi, Bastian menepis tudingan itu sebab semua yang terjadi memang sebuah kebetulan.
"Ranza juga nggak nyangka kali, Ro, dia bakal diincer sama Griffin setelah diangkat jadi wakil kapten Divisi Tiga," tampik Bastian.
"Lo nggak usah asal ceplas-ceplos gitu. Ranza nggak sepicik yang lo pikir. Dia gabung sama geng kita cuman pengin tau aja gimana rasanya jadi anggota geng motor."
Hiro mengangkat sebelah alisnya. Ia masih melontarkan bantahan, "Terus kenapa harus nyamar segala? Dia, kan, punya kemampuan beladiri yang mumpuni. Tanpa menyamar jadi cowok pun, harusnya dia pede sama kemampuannya itu."
"Gue yang ngelarang dia jadi anak geng. Makanya dia nekat nyamar jadi Kairi," jelas Bastian.
"Kalo gitu, kenapa dia bisa berurusan sama Red Devil, Bas?" tanya Rein yang belum mengetahui dengan jelas kronologinya.
"Kakaknya Ranza, Kaisar Rintaro, dulu pernah jadi anggota Red Devil. Dia itu si misterius pemilik julukan Red Shadow. Kalian pasti tau, kan?" Bastian menatap temannya satu per satu.
Sebagai berandalan, mustahil mereka tak mengetahui nama yang terdengar tidak asing itu.
"Jadi Red Shadow itu kakaknya Ranza?" Nicko terlihat speechless.
"Iya." Bastian mengangguk. "Dia meninggal gara-gara digebukin sama anak-anak Red Devil karena nggak mau balik lagi jadi anggota. Itu penyebab Ranza mau balas dendam. Biarpun Kak Kaisar juga sempet ngelarang Ranza buat nggak nyari mereka, tapi tuh anak emang keras kepala."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...