Permintaan Rein biasanya tidak pernah mendapat penolakan dari teman-temannya selama masih masuk akal. Namun, kali ini berbeda. Bastian tak basa-basi langsung menolaknya ketika dia meminta nomor WA Ranza.
"Gue, kan, cuman minta kontaknya doang, bego! Kok lu pelit banget, sih, nggak mau ngasih? Kiran bukan siapa-siapa lo." Rein mengoceh kesal. Ditatapnya Bastian dengan alis menukik tajam.
"Dulu lo pernah bilang kalo dia cuman sebatas rival, dan ga mungkin juga lo mau pacaran sama dia. Nggak inget sama omongan lo sendiri?" serang Rein.
"Siapa? Cewek herkules ini? Bukanlah, gila! Ya kali gue pacaran sama dia."
Bastian mengingatnya. Tapi dia bersikap bodo amat meski terlanjur menelan ludah sendiri.
"Ya itu dulu. Sekarang beda lagi." Cowok itu memeletkan lidahnya pada Rein.
"Gue bakal nganggep dia calon ibu dari anak-anak gue di masa depan. Dan lo nggak boleh berharap bisa dapetin cintanya dia. Gue tau, sekarang lo minta kontak Ranza karena pengin PDKT-an sama dia, kan? Hh, udah kebaca banget."
"Sinting! Lo tuh terlalu kepedean, njir! Emang lo pikir Kiran mau sama lo?" sergah Rein sambil menggebrak meja menggunakan kepalan tangannya.
Perdebatan semakin sengit. Entah sejak kapan atmosfer ikut memanas. Tidak ada dari anggota inti lainnya yang berniat menyela, hanya menonton perdebatan unfaedah tersebut dalam diam dengan berbagai reaksi. Ada yang menampilkan raut datar, bingung, terheran-heran, dan sekaligus tercengang.
"Pasti mau, lah. Karena selain tampan, gue ini pria sejati idaman cewek-cewek. Gue tipe cowok yang gentle, perhatian, pengertian, penyayang, setia, rajin, pinter, jago beladiri, bertanggungjawab, rendah hati dan tidak sombong."
Bastian menjabarkan tentang dirinya dengan bangga dan penuh percaya diri. Kemudian tatapannya berubah menajam saat dia bersungut-sungut.
"Lagian, berhenti panggil dia Kiran, anjrit! Gue nggak suka dengernya! Nama dia Ranza. RANZA."
Rein berdecih sinis. Komuknya jadi mirip Pandu sekarang.
"Suka-suka gue, lah. Dia udah ngizinin gue manggil pake nama itu. Kenapa lo sewot? Cemburu, ya, karena nggak bisa manggil dia dengan nama itu juga?"
"Sialan," maki Bastian, makin terprovokasi seolah ingin menelan Rein hidup-hidup.
"Jadi lo serius mau deketin Ranza?" Ia melipat kedua lengannya di depan dada. "Berarti mulai sekarang lo bakal jadi saingan sekaligus musuh besar gue."
Tertawa sarkas, Rein bangkit dari duduknya dan mengarahkan telunjuk tepat ke wajah Bastian.
"Lo pikir gue takut sama lo? Kiran bakal jadi milik gue. Gak akan gue biarin lo dapetin dia."
"Brengsek. Ranza gue bukan barang! Jangan sekali-kali lo ngomong kayak gitu tentang dia!" ceplos Bastian berapi-api.
Meja yang mereka tempati masih sama. Namun hawanya menjadi sangat berbeda. Karena nyatanya, perdebatan di antara dua cogan itu kini berujung serius sampai-sampai membuat teman-teman mereka saling senggol lantaran situasi yang menegangkan.
"Siapa pun buruan pisahin mereka sebelum dunia ini diratain, bjir!" kata Skara dengan suara pelan.
"Gak berani, cok. Takut ikutan kena semprot," balas Simon yang segera memainkan ponselnya guna berpura-pura sibuk.
Gama mengguncang-guncang bahu Aran yang sedang tertidur, berharap cowok itu bisa diandalkan dalam situasi ini berhubung dia merupakan salah satu anggota pendiri TAURUS sekaligus teman dekat Rein.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...