"Duh, jadi ga enak nih pulangin tuan rumah. Sorry, ya, mana kita tadi mainnya kasar banget lagi," satir Eksaga, berniat memprovokasi.
Lato-lato di tangannya dimainkan dengan tempo pelan, sehingga ucapannya masih bisa didengar di antara kebisingan mainan itu.
Di luar gedung itu, gerombolan TAURUS dan D'Monster kembali bertemu. Setelah memperoleh kemenangan, mereka tentu berbesar kepala dan memandang rendah TAURUS.
"Ya gimana, ya. Kita cuman sengaja kalah aja. Soalnya kasian sama kalian yang udah dateng jauh-jauh ke sini," balas Skara dengan gaya petentang-petenteng.
"Haha, iya lagi. Ya kali tuan rumah pulangin tamu, kan ga sopan. Lagian kita ngalah biar nggak dikira anak FIFA." Gama menyahut sambil tersenyum miring.
Teman-teman mereka yang mendengarnya menjadi bangga. Soal urusan meninggi, Skara dan Gama tak akan pernah mau kalah. Keduanya selalu bisa mencari-cari bahan untuk dijadikan alasan.
Melihat D'Monster mati kutu, mereka tak membuang kesempatan untuk menertawakan para berandal itu.
"Sa ae lu berdua!" Rein berkata di sela tawanya.
Eksaga berdecih. Rahangnya mengeras di balik slayer bandana. Merasa kesal, dia berhenti memainkan lato-lato. "Menang meninggi, kalah terbang ke langit. Lo semua emang tengil banget ternyata."
"Kalah, mah, kalah aja. Gak usah sok-sok meninggi segala!" ujar Gavi, lelaki kekar di sebelah Eksaga.
"Udahlah, kita hajar aja mereka di sini, Icibos! Gue nggak tahan ngeliat tampang tengil mereka!" Salah satu berandal hampir saja memicu perkelahian.
Dia menerobos maju untuk mengirimkan tonjokan kuat ke rahang Skara. Namun untungnya dapat dicegah berkat kedatangan dua orang sekuriti yang bergegas membubarkan mereka.
Meski awalnya D'Monster sempat menjadikan kedua pria itu sebagai korban pelototan garang, tapi mau tak mau mereka segera beranjak pergi dari sana.
"King TAURUS dilawan. Huuu!" sorak Skara dan Gama bersamaan, lalu diikuti anggota TAURUS yang lain.
Ranza hanya menatap rombongan mereka dalam diam, lantas beralih pada Bastian sembari menadahkan tangan. "Bas, mana kunci motor lo?"
Cowok itu mengernyit sebentar karena keheranan. "Buat apaan?"
"Udah, mana sini cepet!" pinta Ranza tak sabaran. Dia baru bisa diam ketika Bastian merogoh saku celananya dan menyerahkan kunci motor tersebut untuk gadis itu.
"Guys, gue sama si Basuki pulang duluan, ya. Nih anak udah sekarat gini, gak tega gue liatnya." Ranza berujar, kemudian menatap Shakina dan Pinat. "Gue baliknya sama Basuki aja ya, girls. Thanks buat hari ini. Lo juga, Qiandra."
"Hm." Qiandra menyahut ogah-ogahan.
"Iya, Kak, hati-hati." Pinat mengangguk mengerti.
"Eh, tunggu, Ran. Ini lo sendiri yang mau bawa motor Bastian dan ngebonceng dia?" tanya Shakina, memastikan. Ia memang sudah mengetahui kalau Ranza bisa mengendarai motor custom. Tetapi ia sedikit sangsi apabila Ranza membonceng Bastian.
"Kenapa? Kan tangan si Basuki lagi terkilir. Mana bisa dia nyetir sendiri? Bisa-bisa gue dianter ke alam baka." Ranza setengah bergurau.
"Duh, Bas. Gue nggak enak banget sama lo. Gara-gara keteledoran gue, kita jadi terpaksa ikut turnamen gila ini. Padahal gue pikir itu formulir udah bener, ternyata salah," sesal Nicko dengan wajah gusar.
"Alah, santai aja, kocak. Yang penting lo semua aman, kan? Nggak ada yang cedera parah, kan?" Bastian malah balik menanyakan keadaan mereka.
Seakan pergelangan tangannya yang terkilir, wajahnya yang penuh bengkak, sudut bibirnya yang robek, serta tulang-tulangnya yang terasa remuk bukan masalah besar baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...