"Kita bakal bertarung tiga lawan tiga sama mereka, Kai. Lo masih bisa, kan?" tanya Pandu, memastikan kondisi Ranza.
Gadis itu mengangguk mantap. "Iya, cuma lecet dikit doang, kok."
"Bagus. Kalo gitu, gue yang bakal lawan petarung Red Devil itu." Pandu menajamkan pandangan ke arah Andrei sambil memutar lehernya untuk peregangan.
"Orang yang sok cool itu serahin aja ke gue." Hiro yang sudah kembali ke ekspresi datarnya menimpali dengan tatapan yang membidik figur Eren.
Begitulah ketika dua kutub es dipertemukan. Hiro langsung mengincar Eren sebagai lawannya dalam pertarungan tanpa banyak berpikir lagi.
"Oke, sisanya biar gue yang urus," sambut Ranza sembari mengepalkan buku-buku jemarinya.
"Widih, the power of friendship, nih?" Orion tertawa jenaka. "Kocak! Lo pikir tiga lawan tiga itu udah sepadan? Ngelawan Andrei yang sendirian aja belum cukup. Apalagi ditambah kami berdua," katanya, meremehkan.
"Bacot. Omongan lo ketinggian," sambar Hiro, mulai geram.
Mentang-mentang dicap sebagai geng legend, para bajingan dari Red Devil itu seenaknya menyombongkan diri dan merendahkan kemampuan orang lain.
"Biasanya yang banyak omong itu cuman tong kosong nyaring bunyinya," sahut Pandu, disertai sorot sinisnya yang mematikan. "Alias NOL BESAR."
Ranza tersenyum puas saat teman-temannya ini tak berdiam diri saja tatkala direndahkan. Mereka bisa membalas dan bahkan membalikkan penghinaan orang lain.
Lihat saja di sana, Orion benar-benar terpancing emosi dan tak lagi menampilkan tampang santai. Rahang cowok itu berubah mengeras dengan urat-urat pelipis yang menonjol.
"Udahlah, anjing, jangan pada basa-basi lagi. Gue muak adu bacot, mendingan sekarang kita mulai aja adu jotosnya!" Andrei menyela, kini menyiapkan ancang-ancang untuk menyerang Pandu.
Segera setelahnya, Eren dan Orion sigap melakukan hal yang sama. Mereka tidak boleh membuang-buang lebih banyak waktu lagi menghadapi bocah-bocah ingusan itu.
Bagi mereka, waktu adalah uang. Makin banyak waktu mereka yang terbuang, makin banyak pula uang yang mereka sia-siakan.
Sialnya, belum juga maju menerjang dan saling baku hantam, bunyi klakson panjang yang terdengar dari ujung jembatan disusul kedatangan sebuah mobil jeep, sontak menginterupsi pertarungan mereka.
Mobil itu menderum sangar bak auman binatang buas yang kelaparan, menghancurkan kesunyian malam di atas sungai Amarine dengan kecepatannya yang menggila.
Jeep hitam tersebut banting setir dan mengerem tepat di tengah-tengah keenam orang itu setelah sempat nge-drift terlebih dahulu. Menyebabkan Ranza, Hiro dan Pandu terkejut sehingga refleks mundur beberapa langkah agar tidak tertabrak.
Pengemudinya yang ternyata seorang cewek berambut pendek kuncir dua membuka pintu dan melompat keluar dari sana disusul keempat berandal lainnya.
Baik Ranza, Pandu, maupun Hiro sama-sama membulatkan mata dengan tubuh membeku sempurna bak dikutuk jadi patung es lantaran orang-orang yang datang itu rupanya sekumpulan berandal Red Devil yang lain.
Lengkapnya komplotan mereka semakin memperkeruh keadaan. Walaupun hanya terdiri dari sembilan orang, tapi semua anggota Red Devil adalah iblis yang ahli dalam pertempuran.
Tidak ada kroco, apalagi orang yang menjadi beban. Mereka unggul dengan kemampuannya masing-masing tanpa perlu saling bergantung satu sama lain.
"Lagi war dadakan, nih? Kok nggak ngajak-ngajak, sih?" Moni Princia, satu-satunya cewek yang menjadi anggota Red Devil, melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya seraya memamerkan senyum tengil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...