[ 1O ] ARC 1 : WE ARE MANIAC!

7.7K 596 5
                                    

Semua orang bertarung dengan sepenuh jiwa mengerahkan kekuatan yang mereka miliki untuk bisa menaklukkan lawannya. Di mana-mana, yang tertangkap oleh gendang telinga hanyalah bunyi gebukan dan pukulan dari para berandal yang sedang memperjuangkan kemenangan gengnya masing-masing.

Pertempuran dengan geng MANIAC itu dimanfaatkan Ranza untuk mengetes kekuatan beladirinya. Dia sudah belajar banyak hal sejak bertahun-tahun lamanya di Dojo Black Panther, dan ini adalah kali kedua gadis itu terjun langsung ke lapangan melakukan pertarungan.

Mungkin mengalahkan Bastian memang cukup sulit bagi Ranza karena kejeniusan cowok itu dalam ilmu beladiri. Namun, tidak mungkin Ranza akan kalah juga dari berandal pecundang yang sedang menjadi lawannya saat ini. Berandal berkepala botak dengan sudut bibir yang dijahit itu sama sekali bukan tandingannya.

Ranza dengan mudah menjadikannya samsak tinju ketika anggota Divisi Tiga yang lain justru merasa sedikit kewalahan menghadapi anak-anak MANIAC. Satu hal dari berandal botak itu yang membuat Ranza kesal adalah karena dia sangat keras kepala dan selalu mencoba bangkit walau berkali-kali tumbang.

Berandal itu seolah tak ingin Ranza menghilang dari pandangannya sehingga tak membiarkan dia pergi ke mana pun selain harus terus berhadapan dengannya. Menggunakan beragam cara. Meski kepala botaknya yang kinclong sudah tergores, lecet, dan mendapat berbagai memar lainnya, orang itu tetap bersikukuh menahan Ranza.

"Woi, lo zombie, kah?! Kok nggak pingsan-pingsan, sih, dari tadi? Gue udah jadiin lo samsak tinju padahal!" ujar Ranza dengan alis yang menukik sebal. Tinjunya dilayangkan menghantam pipi si berandal botak, tapi dia tetap maju lagi setelahnya.

"Ck, apa-apaan, sih! Ngeselin banget!" Ranza merasa semakin geram. Lama-lama stok kesabarannya semakin menipis. Si botak ini benar-benar menjengkelkan!

"Gak akan gue biarin!" Dia berseru dengan suara parau sambil mencoba menyentuh Ranza menggunakan tangannya yang telah lunglai. Jalannya pun sempoyongan. "Lo nggak boleh pergi ke mana pun. Gue harus nahan lo sampe ketua lo itu habis di tangan ketua gue ... uhuk!"

"Hah?" Ranza berjengit heran. Ia sempat menendang leher si botak sebelum memalingkan wajah ke tengah arena tawuran untuk melihat keadaan Rein akibat mendengar perkataannya tersebut. "Itu Rein?!"

Namun, dia sontak tercengang begitu mengetahui kondisi cowok itu yang kini telah dilumpuhkan. Posisi tubuh Rein tertelungkup ke tanah dan punggungnya ditindih dari atas oleh Zhico juga Elgar. Rein tidak berdaya untuk melakukan perlawanan dengan kedua tangan dan kakinya yang diborgol.

"Gimana, Rein? Sanggup, nggak, ngelawan gue?" Di situ, Ale tertawa bagai iblis. Sebatang tongkat bisbol yang dipegangnya ia gunakan untuk memukuli tubuh Rein dengan brutal.

Tak ada yang melihat pemandangan tersebut selain Ranza karena setiap orang masih sibuk berkelahi dengan lawan masing-masing. Lalu, gadis itu segera sadar dari keterpakuannya tatkala si botak bangkit sekali lagi dan masih belum menyerah.

"Lo ini keras kepala banget, sih! Kalo emang lo maksa, ya udah gue bakal ngehabisin lo sekarang juga!" ancam Ranza.

Kata-katanya langsung dia buktikan dengan cara menyerang titik vital si botak dengan sebuah pukulan yang cukup berakibat fatal hingga berakhir membuat pecundang itu tumbang tak sadarkan diri.

Atas kemenangan kecil itu, Ranza akhirnya bisa menghela napas lega. Orang yang menjengkelkan itu kini terkapar di tanah. Ia pun kembali mengarahkan pandangan kepada Rein yang masih terus digebuki Ale dan dua antek-anteknya.

Jelas saja Ranza tak akan tinggal diam setelah melihatnya. Dia paling anti terhadap orang-orang yang suka bertindak curang dan kotor seperti Ale.

"Tuh albino berulah mulu perasaan," seloroh Ranza seraya mengambil kerah belakang jaket si botak untuk dicengkeram. Berikutnya, ia menyeret tubuh kurus kering berandalan itu dan melenggang menuju posisi mereka berada.

The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang