Orang seperti Bastian Naraka yang kebanyakan menghabiskan waktu masa kecilnya untuk berlatih bela diri di Dojo¹, tidak pernah sekalipun merasakan yang namanya jatuh cinta pandangan pertama. Dia bahkan tidak pernah mengenal apa itu cinta monyet. Ketika melihat anak perempuan, dia sama sekali tidak tertarik kepada mereka.
Baru pertama kali bertemu Ranza saja, Bastian langsung memberikan kesan yang buruk untuk gadis itu dengan meremehkannya mentang-mentang merupakan murid perempuan pertama di Black Panther.
"Anak-anak, mulai hari ini dia akan menjadi bagian dari perguruan bela diri kita," kata Kakek dengan intonasi tegas dan gurat wajahnya yang berwibawa.
Saat itu, nama dojo belum sebesar yang sekarang. Bangunannya terbilang kecil dan sangat sederhana. Murid-murid di sana masih berjumlah segelintir orang dan itu pun terdiri dari anak laki-laki semua dengan berbagai usia.
"Hai, semuanya. Nama saya Ranza. Salam kenal." Ranza memperkenalkan diri dengan sopan, menundukkan kepala sambil mengaitkan kedua tangan di depan perut.
Rambutnya yang hitam panjang dikuncir dua, lengkap dengan poni yang rapi menutupi keningnya. Sama seperti murid yang lain, dia telah mengenakan gi² hitam di tubuhnya.
"Kakek ngapain nerima murid cewek? Dia pasti nggak akan bisa bertahan di sini," ujar Bastian, bersidekap dada menatap remeh Ranza. "Cewek itu makhluk yang suka nangis, kan? Kena pukul dikit, mereka bakal langsung ngadu ke bapaknya."
Bastian mendengkus kasar.
"Kakek," panggil Ranza, lalu mengangkat jari telunjuknya mengarah tepat pada Bastian yang duduk bersila di barisan paling depan. "Siapa anak yang sombong itu? Berani banget dia menilai orang lain padahal nggak tau apa-apa."
Kakek tertawa mendengar Ranza yang telah berani mengatai cucunya sombong secara blak-blakan. "Dia cucu kebanggaan Kakek, Ranza. Bastian Naraka. Kalian bertemanlah dengan baik."
"Aku? Berteman sama dia?" Ranza sedikit memiringkan kepala. Dia menggeleng pertanda enggan. "Nggak bisa, Kek. Mana mungkin aku berteman sama anak yang suka meremehkan kemampuan orang lain?"
"Hah? Apa lo bilang? Emang siapa juga yang mau berteman sama lo?" Bastian jelas tersinggung. Dengan dahi berkerut, dia bangkit dari posisinya dan berhadapan dengan Ranza.
Dalam ruangan itu, keduanya saling bertukar tatapan sengit disaksikan semua orang, termasuk Kakek.
"Sepertinya kalian nggak berniat akrab, ya?"
"NGGAK!"
Jawaban spontan tersebut terdengar kompak dari mulut mereka saat menyahuti pertanyaan Kakek.
"Kalau gitu, gimana kalau kalian menjadi rival saja?" Sudut bibir Kakek terangkat samar. Pertanyaannya kali ini membuat Ranza dan Bastian bergeming tak mengerti.
"Bastian, kamu tau, kan, kalau Kakek nggak sembarangan menerima murid di dojo ini? Semua anak yang lolos ujian dari Kakek sudah dipastikan memiliki potensi dalam diri mereka. Kalau kamu ngerasa kurang yakin sama Ranza, kenapa nggak coba buktikan sendiri kemampuannya?"
"Hah?"
Kakek beralih pada Ranza tanpa menggubris Bastian. "Dan kamu, Ranza. Kamu nggak suka diremehkan, kan? Walaupun saya bilang Bastian adalah cucu kebanggaan, tapi dia juga termasuk murid di sini. Jadi, coba tunjukkan seberapa besar kemampuan kamu padanya, supaya kamu berhenti dipandang sebelah mata."
Hening. Butuh waktu beberapa saat bagi mereka untuk mencerna perkataan Kakek yang berbelit-belit.
"Anak kayak dia jadi rival Bas? Gak mungkin, Kek. Semua murid di sini juga tau kalo aku yang paling jago. Kakek juga yang bilang kalo aku paling jenius dan ahli bela diri di antara mereka. Nggak ada yang bisa nandingin aku, dan Kakek malah pengin aku ngelawan dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
AcciónGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...