Rembulan menggantung di langit malam yang cerah. Suasana sunyi dan tenteram berhiaskan angin sepoi-sepoi yang menenangkan. Dedaunan kering dari pohon berguguran, terbawa tiupan angin, lalu jatuh di paving block kediaman keluarga Pandu.
Cowok yang sudah siap dengan setelan jas dan celana hitam itu tampak keluar dari pintu utama bersama adiknya yang mengenakan dress warna putih. Kerupawanan mereka sebagai sepasang kakak beradik kelihatan sedikit kontras.
Pandu yang tampan namun dengan sepasang mata elangnya yang menyorot sinis, sementara Pinat yang imut—bagai gadis yang keluar dari anime—dengan mata belonya yang indah. Pandu jadi terlihat seperti seorang pangeran jahat yang sedang menculik peri cantik.
"Mbak, besok dedaunan ini langsung disapu, ya. Jangan sampe berserakan gini. Papah dan Mamah bakal pulang soalnya," pesan Pandu sebelum masuk ke mobil.
"Iya, Den, siap," jawab si ART.
Kemudian, Pandu menyusul adiknya yang telah lebih dulu memasuki mobil. Tidak perlu menyetir sendiri, karena sudah ada sopir yang siaga di kursi kemudi. Sekitar setengah jam menempuh perjalanan, mereka pun tiba di SMATA.
Murid-murid perempuan maupun laki-laki terlihat hilir-mudik dengan pakaian hitam, putih, dan merah-sesuai dresscode yang ditentukan kepsek SMATA.
Sekolah yang biasanya sepi dan hampa di malam hari kini tampak meriah. Lampu-lampu menyala terang di setiap sudut, suara merdu musik mengalun dari speaker-speaker yang ada di pintu kelas, dan suasana menjadi ramai akibat suara murid-murid yang berbincang.
Banyak dari siswi SMATA yang cuci mata melihat penampakan siswa dari SWALA yang sengaja tebar pesona. Mereka yang sama-sama berasal dari sekolah khusus tentunya menggunakan kesempatan seperti ini untuk saling PDKT-an. Memangnya kapan lagi bisa bertemu dengan lawan jenis mereka di hari biasa?
Pandu sendiri tidak berminat melakukan hal semacam itu. Dia hanya mengamati pemandangan sekitar dan tanpa sengaja mendapati beberapa cewek langsung memalingkan wajah saat bersitatap sekilas dengannya. Lalu setelah dia melewati posisi gadis-gadis itu, telinganya mendengar mereka menggosipkan sesuatu.
"Abang, itu Kak Shaki dan temen-temen Abang!" Pinat kontan berseru sambil menunjuk arah depan sebelum sempat kakaknya menajamkan pendengaran demi menguping gosip mereka.
"Oh, iya, tuh," sahut Pandu. Begitu sampai di dekat teman-temannya, dia menceletuk, "Ngapain masih pada mejeng di mari? Lagi ngeghibah apaan?"
"Ngeghibahin elu," cetus Aran sembari menguap.
Dalam balutan jas dan celana yang juga berwarna hitam, dia tetap saja menggunakan bantal leher. Seolah tak ingin lepas sama sekali dari benda empuk kesayangannya itu.
"Kak Shaki! Haloo!" Pinat langsung menyapa Shakina dengan riang. Mata bulatnya berbinar melihat penampilan gadis itu.
"Wah, Kak Shaki cantik banget pake dress warna hitam. Jadi kelihatan elegan dan mempesona. Auranya mahal, mirip Nona Muda keluarga mafia di wattpad!"
Shakina tertawa renyah. "Bisa aja lo, Nat. Lo juga makin imut tuh pake dress warna putih. Kayak tuan putri dari negeri dongeng," balasnya.
Rein, Aran, Nicko, Pandu, dan Hiro kompak memberikan tatapan intens untuk kedua gadis itu.
Merasa pandangan mereka aneh, Shakina segera menyergah beringas, "Kenapa liat-liat kayak gitu?"
Mereka menggeleng pelan secara bersamaan.
"Nggak, sih. Kita cuman lagi mikir aja kenapa cewek kalo saling muji kayak gitu pantes. Sedangkan kalo cowok ..." Rein yang menjawab, tapi sengaja menggantungkan ucapannya seraya melarikan tatapan ke teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...