"Gue udah ketemu Kakek, tapi kenapa firasat gue masih nggak enak, ya?"
Dalam ruangan itu, Bastian duduk dengan hikmat mendengarkan ceramah panjang lebar kakeknya akibat mewarnai rambut tanpa seizin beliau. Meski tubuhnya berada di situ, nyatanya pikiran Bastian melayang ke mana-mana. Terutama mengingat Ranza.
Ah, benar. Gadis itu. Apa dia baik-baik saja sekarang? Apa dia sudah sampai di rumah dan menyimpan wig-nya di gudang? Jangan sampai dia kenapa-kenapa karena tidak mematuhi nasihat Bastian.
"Bastian, kamu dari tadi dengerin Kakek, kan?" tegur Kakek, membuat lamunan Bastian buyar.
"I-iya, Kek," jawab Bastian, sedikit terbata.
"Kakek niatnya beneran mau ngebotakin kepala kamu loh, Bas. Tapi nggak jadi berkat bujukan Bunda kamu. Katanya dia suka rambut kamu yang sekarang." Kakek berkata dengan ogah-ogahan sambil menyesap secangkir kopinya.
Bastian meresponnya dengan mata berbinar. "Serius, Kek?!"
Kakek mendelik. "Hm. Bilang terima kasih sama Bunda kamu."
Bastian mengepalkan tinjunya ke udara dan melompat kegirangan saking senangnya. "Yes! Siap, Kek!"
***
Aran menemani Nicko di rumah sakit. Namun, malah dia sendiri yang tertidur pulas sementara Nicko kesusahan memejamkan mata.
Berkali-kali cowok itu mengubah posisi baringnya, tapi tetap tak menemukan posisi yang nyaman untuk terlelap.
"Aranjrit malah keenakan molor. Kan gue yang sakit, kok dia yang tepar, sih?" Nicko memandang temannya itu tak habis pikir.
Aran sedang berbaring di sofa sudut ruangan dengan bantal leher yang tak pernah absen ia pakai. Sesekali, dia akan terlihat menggaruk pipinya yang gatal. Seakan lupa daratan saking nyenyaknya tidur.
"Awas aja lo, Ar. Gue kerjain entar," dumel Nicko sebal. "Rein sama yang lain juga pada ke mana, dah? Bilangnya mau nginep rame-rame di mari. Eh, yang dateng malah si kebo doang."
Ruangan itu harusnya hening di tengah malam. Namun kini sedikit berisik karena suara gerutuan pasien yang terbaring di ranjangnya.
***
Zeon baru selesai beres-beres. Adik-adiknya sudah pada tidur. Hanya dia-selaku kakak tertua di panti-yang masih terjaga.
Sekarang adalah waktunya dia bersantai. Duduk di teras sambil mengeluarkan satu bungkus rokok dan korek api untuk melepas penat.
Ketika ujung rokoknya baru menyala, Zeon yang belum sempat menyesap dan mengepulkan asap nikotin tersebut tiba-tiba mendengar suara yang familier memanggilnya.
"Zeon!" Siluet seorang cowok terlihat berdiri di luar pagar.
Zeon yang menyadari siapa itu spontan tersentak dan buru-buru mematikan rokok, lalu menyembunyikannya dengan kelabakan. Ia beranjak dari kursi untuk bergegas menghampiri cowok itu.
Begitu jarak mereka semakin menipis, Zeon bisa melihat jelas wajah si cowok. Dia terkejut. Matanya membeliak. Tak cukup percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Loh ...? Apaan, nih? Gue nggak salah liat?" Zeon tak bisa tidak terperangah. Beberapa kali ia mengucek matanya sendiri barangkali hanya salah lihat.
Namun mau mengerjap berapa kali pun, sosok di hadapannya itu masih sama. "Lo ... kembali?"
Senyum miring cowok itu mengembang mendapati reaksi Zeon.
"Iya, Yon. Ini beneran. Lo nggak salah liat, anjing. Saudara lo ... sekarang kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...