Warung seblak langganan Ranza masih seramai biasanya. Banyak cewek-cewek yang mengantri dan bahkan memenuhi meja-meja dalam warung tersebut untuk menunggu pesanan mereka tiba.
Ranza juga termasuk cewek yang berada di sana. Untunglah dia datang lebih awal sehingga bisa kebagian meja dan berniat menyantap seblaknya di tempat.
Dari sekian banyak cewek, hanya Ranza yang datang sendirian. Gadis-gadis lainnya tampak membawa teman sesirkel dan bestie mereka sehingga asik berbincang-bincang.
Sayangnya, Ranza tak punya teman seperti itu untuk diajak nyeblak bareng. Teman satu-satunya yang ia miliki sedari orok cuma Bastian, dan cowok itu tidak menyukai seblak sama sekali.
Alasan yang sederhana mengapa Ranza tak mempunyai teman perempuan adalah karena dia tidak tahu caranya memulai pertemanan dengan mereka. Ayahnya tak pernah mengajari tentang hal seperti itu.
Yang Ranza pelajari dari ayah hanyalah bagaimana cara menjadi tangguh, bekerja keras dan berbagai hal lainnya yang tidak berhubungan sama sekali dengan perempuan.
Kendati demikian, Ranza tidak menjadi gadis yang tomboy. Dia berada di antara tengah-tengah. Terkesan biasa saja. Kalau wajahnya yang hanya memakai sabun cuci muka dan sunscreen untuk perawatan terlihat cantik, itu memang keberuntungan baginya sebab terlahir good looking.
Ranza bisa kelihatan cantik dan ganteng di waktu bersamaan lantaran gen ayahnya menurun pada gadis itu.
Didikan sang ayah memang bisa dibilang keras untuk anak perempuan seperti dirinya. Namun, Ranza tahu kalau Ayah hanya menginginkan yang terbaik baginya. Lalu seperti sekarang, Ranza bisa tumbuh dengan baik menjadi pribadi yang tahan banting dan tidak cengeng.
"Ini seblaknya, Mbak." Seorang wanita kepala tiga meletakkan semangkok seblak panas di meja Ranza sambil tersenyum ramah.
"Oh, makasih, Bu," balas Ranza.
Handphone yang tadinya ia mainkan karena tak ada teman mengobrol kini diletakkan. Dia tersenyum sumringah menatap seblak yang membuatnya langsung ngiler itu.
"Belum gue makan tapi udah kerasa duluan enaknya."
Bola mata Ranza berbinar-binar. Hidungnya menghirup aroma seblak level 20 itu dengan nikmat.
"Gilaaa, bau cabenya nyengat banget di hidung."
Ranza jadi tidak sabar menyantap seblak itu. Tangannya sudah tergerak meraih sendok yang tersedia.
"Lambung, are you ready?"
Kebetulan sekali, perut Ranza benar-benar menyahut. Bunyi keroncongan terdengar di telinganya bersamaan dengan perut yang bergetar. Refleks saja Ranza terkekeh pelan.
Tapi begitu sadar apa yang dilakukannya, dia segera menoleh ke sekitar, khawatir ada yang memergokinya saat sedang bicara pada diri sendiri dan malah dianggap sebagai cewek gila.
Untunglah tidak ada. Semua orang sibuk sendiri. Ranza pun meneruskan niatnya untuk mulai melahap dumpling keju yang menjadi topping utama favoritnya.
Sial sekali, belum juga masuk ke mulut, handphone Ranza tiba-tiba berbunyi. Sebuah notifikasi chat masuk dari kontak bernama Pandu.
Pandu:
di mana? ke basecamp sekarang. ada rapat dadakan.Ranza menepuk jidat. Dia langsung menggeretakkan giginya lantaran kesal. "Ck, baru juga mau menikmati hidup. Ada aja gangguannya," gerutu gadis itu.
Anda:
rapat apaan, bjir?
gue masih mau makan dulu🙁🙁Pandu:
bungkus aja makanan lo. bawa sini😒
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...