Sakura-Bunda Bastian-tahu Ranza dan putra tunggalnya kerap kali terlibat persaingan. Mereka rival sejak kecil. Beradu mulut dan tinju bukan lagi hal yang mengejutkan. Namun tetap saja, Sakura akan selalu mengomeli Bastian ketika dia ketahuan berduel lagi dengan Ranza.
Seperti yang sedang wanita itu lakukan saat ini. Ia mengobati luka-luka dan lecet di tubuh maupun wajah Ranza sambil tak hentinya menceramahi Bastian. Dua remaja itu kembali melakukan duel di tempat latihan tanpa pengawasan dari Kakek. Parahnya, Bastian tak hanya mengalahkan Ranza, tapi juga membuatnya pingsan.
"Aduh, Bun, Ranza udah nggak pingsan. Dia lagi tidur sekarang. Coba Bunda kelitikin perutnya, deh. Pasti nanti ketawa!" Bastian berkelit membela diri.
Tetapi mau sampai mulutnya berbusa sekalipun, pembelaan diri Bastian tak didengarkan. Sakura tetap tak percaya dan menghukum Bastian push up di lantai hingga Ranza bangun nanti.
"Mampus." Bastian tercengang. "Mana bisa, Bun? Bunda lagi bercanda, ya? Atau Bunda mau bunuh Bastian mumpung Ayah lagi di luar negeri? Tuh anak bakal sengaja gak bangun-bangun kalo gitu aturannya."
Sakura menjitak kepala Bastian dengan alis yang menyatu marah. "Pria sejati nggak mengeluh sama keadaan! Cepat lakukan apa yang Bunda suruh biar kamu nggak Bunda cap sebagai anak durhaka!"
Hukuman Sakura memang tidak mengenal toleransi. Bastian tak bisa protes lebih banyak. Terlebih lagi kalau sudah membawa embel-embel anak durhaka. Bastian tak berkutik. Dengan ogah-ogahan, ia pun mulai melakukan push up.
Tatkala Sakura meninggalkan ruangan itu sesaat untuk mengambil air minum, kesempatan tersebut digunakan Bastian untuk melirik ke atas kasur, berusaha membangunkan Ranza dengan suara bisikannya.
"Ran, bangun, woi! Lo ngga lagi pingsan. Gue tau lo denger omongan Bunda barusan, kan?"
Ranza mencoba menahan tawa dan terus berpura-pura tertidur sampai Sakura datang. Awalnya dia memang benar-benar tidur, tapi mulai terjaga saat mendengar omelan Sakura barusan. Bastian langsung mengadukan kecurangan yang Ranza lakukan. Gadis itu tidak tidur. Tadi dia terkekeh senang mengetahui Bastian dihukum.
"Masa, sih? Kamu jangan suka bohong lah, Bas. Kasian Ranza babak belur gini gara-gara kamu." Sakura menghela napas lelah. "Udahlah, kamu jaga Ranza, ya. Bunda mau berangkat ketemu temen meeting. Awas kalo sampe kamu kerjain dia lagi."
Sakura kembali meninggalkan kamar tamu itu, membiarkan Bastian hanya berdua dengan Ranza. Setelah memastikan kepergian ibunya, Bastian mengambil kesempatan itu untuk melompat ke tempat tidur dan menggelitik pinggang Ranza dengan brutal.
Gadis itu sontak memekik dan terbahak-bahak sebab merasa geli sekaligus sakit di waktu bersamaan. Bastian menggelitik perutnya yang terdapat ruam biru. Ranza spontan meringis saat rasa sakit menyerangnya.
"IH, IH, AWAS! PERUT GUE SAKIT, TAU!" Ranza berubah menangis. Ia mengerang sambil memegangi perutnya yang benar-benar nyeri.
Bastian seketika berhenti. Dia meminta maaf dan ikut mengusapi perut gadis itu, tapi langsung ditepis kasar. "Sumpah maaf, Ran. Gue lupa lo lagi sakit."
"GARA-GARA LO!" balas Ranza galak. Tak mau mengalah, ia memukuli bahu Bastian berkali-kali.
"Iya, iya, gara-gara gue." Bastian yang memilih mengalah kali ini. "Lo laper, nggak? Mau makan apa? Gue tawarin, nih, mumpung lagi baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...