Dua motor melaju pelan memasuki area basecamp. Di antara motor-motor para anggota yang berjejer rapi, Ranza dan Bastian memarkirkan motor mereka. Kedua remaja itu lalu membuka helm dan melenggang beriringan masuk ke dalam basecamp.
Keramaian langsung menyambut mereka di dalam sana. Suara obrolan dan bincang-bincang anggota lebih dominan daripada biasanya.
"Kok mereka pada rame gini, guys? Ada apaan? Gue ketinggalan info?" tanya Bastian, beradu tos dengan teman-temannya setibanya di meja anggota inti.
Kaleng minuman, bungkus snack, cup kopi dan cup mie tampak memenuhi meja tersebut. Serta ada pula hape, charger-an, powerbank, dan headset yang tergeletak begitu saja di sana.
Aran yang sedang anteng menonton keributan tak berfaedah antara Skara dan Simon lantas menoleh, menyahut, "Emang lo nggak buka grup? Rein bilang bakal ada entitas baru yang join TAURUS."
"Anjir, entitas." Bastian spontan tergelak. "Siapa, kocak? Rein-nya mana?"
"Gak tau. Si Reinkarbasi ngga sebut nama. Tuh makhluk juga belum nongol dari tadi," jawab Aran.
Ranza menjatuhkan diri di sofa dekat meja kumpul. Ia menumpukan kakinya di atas paha. Kepalanya mendongak ke atas dengan tatapan datar yang mengarah pada langit-langit.
"Bjirlah, gerah banget kayak lagi dikukus," celetuk Ranza, mengipas dirinya dengan tangan.
Cuaca di luar memang cukup terik. Matahari bertengger tepat di petala langit. Bangunan basecamp yang separuh dindingnya terbuat dari seng tentu saja membuat suasana di dalam terasa sangat gerah.
"Kok tau rasanya dikukus, njir? Emangnya lo pernah ngerasain?" ceplos Skara.
Ranza meliriknya sekilas, menghembuskan napas panjang. "Roti kukus yang bilang sama gue. Katanya kalo dia dikukus, gerahnya kayak gini."
Meja mereka sontak diliputi tawa mendengar jokes Ranza.
"Sa ae lu, Mbak," ujar Gama.
"Kayaknya kita kudu nambah kipas lagi, dah. Dua doang kagak cukup buat ngadem. Apalagi kipas-kipasnya, kan, udah pada uzur. Itu kipas berapa abad nggak diganti?"
Ranza berubah menegakkan badan. Yang lain pun otomatis mengikuti arah pandangnya yang tertuju ke kipas.
Baling-baling benda itu berputar sangat lambat. Anginnya bahkan tidak terasa. Hanya suaranya saja yang terdengar dan menimbulkan kebisingan di telinga.
"Boleh, tuh. Kan sekarang lu kapten divisi keuangan. Tinggal urus aja, Ran. Laporannya nanti ke si Rein, kalo udah selesai beli." Nicko dengan cepat menyetujui.
Baru saja disebut namanya, orang yang bersangkutan langsung muncul. Tanpa perlu bersuara, orang-orang di sana seakan sudah bisa merasakan kehadirannya hanya dari auranya yang dominan. Terlebih lagi, mereka juga mendengar suara knalpot motornya yang familier barusan.
"Udah pada baca pemberitahuan di grup, kan? Hari ini bakal ada new member yang join ke TAURUS. Bukan cuman satu orang, tapi satu geng," ungkap Rein tanpa basa-basi, masih terpaku di ambang pintu dengan kedua tangan menelusup di saku celana. Dia tersenyum tipis melihat seluruh anggota yang terpusat kepadanya.
Ruangan itu dipenuhi suara kasak-kusuk penasaran. Kalimat terakhir Rein cukup untuk membuat mereka tercengang dan saling bertanya-tanya satu sama lain.
"Bro, buruan masuk."
Suasana kembali senyap. Tiga orang cowok melangkah masuk sesuai perintah dan berdiri tepat di belakang Rein.
"Lah, itu kan ... petinggi geng MANIAC?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...