"Rein, sampe kapan lo mau tidur?! Bangun, woi! Ada si Nicko nyariin lo di luar."
Sekarang sudah memasuki pukul sepuluh pagi, tapi Rein tak kunjung bangun dari tidurnya. Itu karena semalam dia begadang sampai jam dua dini hari hanya untuk menonton live streaming video game horor dari seorang youtuber terkenal.
"Lima menit lagi, Sha," kata Rein dengan suara serak.
"Nggak. Buruan bangun, terus sarapan." Shakina tak mengindahkan permintaannya dan menyibak selimut tebal yang membalut tubuh cowok itu.
Rein pun terpaksa bangkit. Matanya mengerjap beberapa kali demi menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina. Sementara Shakina masih berada di sana untuk membuka jendela.
"Cepet, Rein! Awas aja kalo sampe tidur lagi. Gue gedik pala lo!" ujar Shakina, lalu keluar dari kamar tersebut sambil membanting pintu.
Lima belas menit berikutnya, Rein habiskan dengan berkutat di kamar mandi. Setelah itu, dia memakai pakaian santai dan menyisir rambutnya di depan cermin. Kebetulan saat itu, Nicko menerobos masuk ke kamarnya.
"Buset, Nick. Ini gawat banget," celetuk Rein tiba-tiba, dengan ekspresi serius.
Melihatnya, Nicko refleks menautkan alis. "Gawat kenapa?"
"Muka gue ..." Rein menjeda kalimatnya, membuat Nicko menunggu dengan penasaran. "... muka gue makin tambah ganteng, Nick."
"NJIR."
Nicko langsung melesatkan bantal hingga tepat mengenai kepala Rein.
Cowok itu malah terbahak-bahak sebab berhasil mengerjai sahabatnya. Tak diam saja, dia menyambar bantal yang tergeletak di lantai dan membalas perbuatan Nicko. Mereka pun berakhir main perang bantal.
"Eh, Rein, diem dulu, dah." Nicko tiba-tiba menghentikan permainan. "Lo udah liat grup belom? Bastian sama Ranza sekarang lagi first date, anjir."
"Hah? Yang bener lo?"
"Iya, Man. Coba lo cek aja sendiri di grup inti. Tapi muka Ranza-nya nggak keliatan karena ditutup pake stiker sama si Basreng."
Rein melakukan apa yang Nicko ucapkan. Ia menyalakan ponselnya dan mengecek grup inti TAURUS. Memang benar Bastian mengirimkan sebuah foto. Grup itu pun ramai dengan percakapan.
"Yah, gue ketinggalan."
"Lo molor mulu, sih. Udah ketularan virusnya Aran."
Rein tertawa renyah. "Ya gimana lagi? Semalem gue abis begadang nontonin live-nya Bang Windah, ege. Seru banget. Terus lo tau, nggak, apa yang paling seru? Nama gue diabsen sama dia, coy! Ada Reinhard, katanya. HAHAHA. Bocil replay kayak lo mana paham?"
Nicko berdecih sinis. "Gak iri, jir. Gak iri. SUMPAH GUA GAK IRI."
Tawa Rein semakin menjadi. Perkataan dan raut wajah Nicko jelas tidak sinkron.
Ia kembali menunduk menatap layar ponselnya dan memencet room chat seseorang untuk mengirimkan segelintir pesan. Ketika Nicko akan mengintip, dia menjauhkan hape itu spontan.
"Etdah, nge-chat siapa lu kok ampe segitunya sama gue?" tanya Nicko, menaikkan salah satu alisnya dengan perasaan curiga.
Rein cengengesan. "Ada, deh. Rahasia negara. Lo nggak perlu tempe."
Nicko berdecak malas. "Gak asik lo."
"Udah, ah, mending kita main PS aja ayo," ajak Rein sembari beranjak dari tempat tidur dan duduk di depan televisi dalam kamarnya itu.
Meskipun masih penasaran tentang hal tadi, namun Nicko tidak protes. Dia ikut melompat dari kasur dan duduk bersila di sebelah Rein.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...