Di luar hujan deras. Para berandalan TAURUS berlindung dalam basecamp mereka. Di meja pojok terdapat Ale yang meringis saat merasakan perih dari obat merah yang mengenai lukanya. Meskipun Shakina sudah menekan kapas itu dengan lembut dan hati-hati, tapi tetap saja membuat Ale kesakitan.
"Ck, makanya kalo gak mau luka-luka kayak gini jangan suka berantem, dong. Anak-anak cowok demen banget, sih, sama yang namanya tawuran. Dikira keren apa begitu? Kalian tuh kalo balik tawuran dalam keadaan lecet gini malah manggil gue buat ngobatin. Udah kayak dokter pribadi aja. Dibayar juga nggak." Gadis cantik itu mengomel dengan tangan lentik yang cekatan mengobati memar dan lecet di wajah putih Ale.
"Nah, ceramahin, Sha, ceramahin. Mereka, tuh emang baku hantam mulu kerjaannya," sahut Rein, mengompori sepupunya itu.
Shakina langsung mendelik tajam ke arahnya. "Ya kan elo sendiri ketuanya, Reinhard! Kok malah ngomong gitu, sih?! Mana lo sendiri dapet luka yang paling parah! Itu gimana ceritanya? Biasanya nggak separah itu. Mau diobatin pertama, tapi lo malah nyuruh Ale yang duluan. Aneh lo!"
Para anggota inti tidak bisa menahan tawa mereka mendengar omelan Shakina. Gadis itu memang sangat cerewet. Kalau ada orang yang berkata padanya sepatah dua patah kalimat, maka dia akan membalasnya dengan ucapan panjang lebar. Contohnya seperti sekarang ini.
Di saat teman-temannya yang lain sibuk menggoda Shakina, Ale justru salah fokus melihat Ranza yang sedang berbincang asik dengan Bastian di sofa. Mereka tampak sangat akrab, sesekali saling pukul dan tertawa bersama setelahnya. Sampai kini pun, kata-kata Ranza pada Ale sewaktu di lokasi tawuran masih membekas di otaknya. Ranza berhasil membuat Ale terkesan pada 'cowok' itu.
"Udah, Le. Sekarang giliran si Rein," kata Shakina sembari mengusir Ale karena berganti Rein yang akan diobati. "Buruan sini lo, Rein! Kesel bat gue liat muka lo."
"Ya elah, sabar napa, Sha. Gak ada harga dirinya banget gue di depan lo," balas Rein dengan tampang melas.
Shakina itu memang galak, judes, dan terkesan ketus. Namun aslinya dia gadis yang berhati hello kitty. Penampilan Shakina yang girly tidak bisa berbohong. Apalagi mengingat dirinya pemuja outfit coquette.
"Sha, gue juga perlu diobatin, loh. Luka gue lebih parah dari si Rein!" Dari tempatnya duduk, Nicko berujar dengan raut yang menahan kesakitan.
"Kenapa lo?" Shakina lantas menatap Nicko dengan sebelah alis yang meninggi.
"Ini, hati gue sakit karena ditolak mulu sama lo," ucap Nicko sambil memegangi dadanya dengan lagak dramatis, sontak membuat teman-temannya tertawa terpingkal-pingkal. Beda halnya dengan Shakina yang langsung memutar bola mata lantaran sudah menduga kalau itu hanya akal-akalan Nicko saja.
"Etdah, Bang Nicko cool-nya kalo di hadapan musuh doang, ye. Giliran depan Neng Shaki langsung ilang tuh harga dirinya," celetuk Skara.
"Ya elah, namanya juga cinta, njir. Bucin teroooosss!" Megi menyahut.
"Bener juga. Bahkan berandalan beringas pun akan tunduk di depan gadis yang dicintai," timpal Gama sok dramatis.
"Eh, Nick. Lo kalo mau ngambil hatinya Shaki kudu tobat dulu, jir. Shaki alergi cowok berandal." Aran tertawa mengejek.
"Kurang ajar lo, Ar. Tidur lagi aja sana, gak usah nyeletuk," balas Nicko sewot.
"Tersinggung dia tuh, Ar. Omongan lo fakta soalnya," kata Pandu, kemudian tertawa bersama Aran.
"Ya terus lu pada mau apa, huh? Gue nggak mau tobat, tapi gue tetep bakal berjuang buat dapetin cinta Shaki!" cetus Nicko menggebu-gebu.
"Iyain aja, guys. Kasian," ucap Hiro yang baru saja meneguk sekaleng kopi hingga tandas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...