"Puas banget gua, anjing! Akhirnya kita punya kesempatan buat ngelampiasin emosi ke mereka," ujar pemuda berseragam gi putih dengan intonasi menggebu, diakhiri tawa terbahak.
Dalam ruangan bernuansa putih tersebut, tak hanya ada dua tiga orang saja yang berkumpul, melainkan lima puluh orang murid dojo White Leopard. Mereka semua kompak terlibat dalam aksi penyerangan dojo Black Panther yang terjadi beberapa saat lalu.
Beragam jenis senjata seperti linggis, kapak, balok kayu, tongkat golf, dan tongkat bisbol digunakan dalam aksi anarkis mereka. Kini orang-orang itu sedang merayakan 'kemenangan' dengan merokok dan minum-minum alkohol.
"Haha, mampus! Pasti sekarang mereka lagi kelimpungan ngeberesin tempat itu," sahut pemuda lainnya yang mulai sempoyongan karena teler akibat kebanyakan minum.
Temannya melirik dia sekilas, lalu tersenyum miring membenarkan. "Hh, untung si Kakek Peyot beneran nggak ada. Jadi kita aman-aman aja."
"Aman apanya? Kita cuma punya waktu sebentar sampe mereka berdua tau." Cowok berkepala botak menyangkal sambil mendengus pelan. "Kakek Peyot emang nggak ada. Tapi ... masih ada dua orang itu, kan?"
Pernyataan si Botak yang ada benarnya membuat mereka terdiam massal. Suasana berubah dilingkupi keheningan. Hanya ada suara embusan asap rokok yang mengepul ke udara.
Setidaknya, sampai terdengar bunyi debaman dahsyat yang berasal dari pintu utama dojo White Leopard.
BRAK!
Semua orang di sana sontak terperanjat saking terkejutnya.
Tanpa banyak bergeming, mereka segera berderap ke luar ruangan untuk memeriksa keadaan, tapi betapa syoknya mereka begitu melihat pintu dojo yang engselnya sudah lepas alias ambyar.
Di ambang pintu yang terbuka lebar itu, terdapat seorang cowok dan cewek yang berdiri menatap nyalang mereka.
"Kita ke sini buat nuntut balas perbuatan kalian, tikus-tikus pecundang!"
Cowok berambut violet yang baru saja menjadi bahan pembicaraan mereka. Peraih sabuk karate warna hitam ketika usianya baru beranjak empat belas tahun. Mendapat banyak medali dan piagam penghargaan dalam berbagai ajang kompetisi martial art dengan keahlian bela dirinya.
"Jangan pikir lo semua bisa lolos setelah bikin keributan di dojo kami, bajingan!"
Serta cewek badas pemilik julukan Strong Girl dikarenakan kemampuan dan jiwa semangat juangnya yang luar biasa tanpa pernah kenal menyerah. Murid perempuan pertama di Dojo Black Panther yang menjadi orang nomor dua peraih sabuk hitam pada saat usianya masih lima belas tahun.
Mereka itulah pilar kehidupan Dojo Macan Kumbang saat ini.
"Duo Puncak Black Panther?!"
Para murid White Leopard tak bisa tidak tercengang melihat kehadiran mereka. Padahal baru saja dibahas. Siapa sangka ternyata panjang umur?
Bastian dan Ranza datang bukan sebagai Kapten Divisi Kedua maupun Divisi Ketiga TAURUS GANG. Melainkan sebagai Duo Puncak Black Panther yang mengemban nama dojo mereka.
"Kenapa kaget? Nggak expect kita bakal dateng secepat ini ke kandang kalian?"
Bastian melangkah maju sambil merogoh sehelai hand wrap¹ putih yang disimpannya di saku celana, lalu mulai membalutkannya ke tangan.
"Gue rasa mereka ketar-ketir, deh, ngeliat kita," sahut Ranza, tersenyum miring dengan tatapan merendahkan.
Cewek itu menggigit karet gelang berwarna ungu. Kemudian dengan tangan yang masih berbalut sarung tangan hitam setengah jari, dia menguncir rambut panjangnya menggunakan karet gelang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...