[ O8 ] ARC 1 : WE ARE MANIAC!

8.9K 722 0
                                    

Wajar jika rahasia besar Ale selama ini tersimpan dengan rapat tanpa diketahui teman-temannya. Cowok itu sangat pandai berakting dan bertopeng tebal. Tingkahnya tak pernah terlihat mencurigakan sekali saja. Dia bisa berbaur seperti biasa dengan mereka bagai serigala berbulu domba.

Setiap berada di basecamp, Ranza selalu mengamati gerak-gerik cowok albino itu secara diam-diam. Dia tak pernah berniat membongkar rahasia Ale pada siapa pun. Pilihan terbaik baginya saat ini adalah tetap tutup mulut. Karena jika dia mengadu, maka hal itu mungkin hanya akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Bisa saja, Ranza yang malah akan dicurigai sebab telah asal menuduh orang lain tanpa bukti. Apalagi, status Ale yang merupakan seorang kapten divisi.

"Woi, lo jangan bengong, dong. Giliran lo yang ngelempar kartu sekarang," ujar cowok berambut pirang bernama Justin-tapi bukan Justin Bieber-teman satu divisi Ranza.

"Siapa yang bengong, sih? Gue cuman lagi mikirin idup." Ranza melontarkan alibi sambil melempar kartu AS ke atas tumpukan kartu lainnya di meja.

"Emang kenapa sama idup lu?" tanya cowok yang memakai eyepatch di mata sebelah kirinya, bernama Zeon.

"Ya gitu. Gak punya duit sama sekali. Mana sebentar lagi udah masuk sekolah. Motor gue di bengkel lagi dibongkar pasang kayak lego," ungkap Ranza pura-pura mengeluh. Padahal hal semacam itu bukan masalah besar baginya. Tetapi demi keberlanjutan topik pembicaraan, dia berbicara apa saja yang bisa dikatakan.

"Lu, mah, masih mending. Lah, gua-"

Plak!

Ucapan Troy-si cowok berambut kribo bak brokoli-langsung terpotong ketika Justin menabok keras lengannya. Kalimat yang baru saja dia luncurkan dari bibir adalah kalimat keramat terlarang yang tidak boleh dikatakan saat teman sedang curhat.

"Orang kalo lagi ngomongin masalahnya jangan malah adu nasib, bangsat. Setiap orang tuh punya kapasitas mental yang beda buat ngadepin masalah. Jadi lo jangan sok ngadu nasib," omel Justin menggebu-gebu.

"Tau, nih. Nanti kalo giliran lo yang curhat, kita cuekin biar tau rasa lo," timpal Zeon setelah melemparkan kartu terakhir miliknya. "Oke, gue menang."

"Lah? Udah menang lagi?" Ranza sedikit cengo. Ini kelima kalinya Zeon menang berturut-turut. Meski dia sudah mengatur strategi matang-matang, tapi tetap saja berakhir kalah darinya. "Lo pake taktik apaan, jir? Jago bener main kartunya. Gak asik, ah, gue nggak dibiarin menang sekali aja."

Zeon tertawa lebar. Dia membusungkan dada dengan bangga dan percaya diri mentang-mentang baru saja dipuji. "Ya gimana, ya. Namanya juga sepuh, wajar kalo menang terus."

"Untung gak masang taruhan, cok. Kalo iya, bisa-bisa kita semua abis sama dia," sahut Justin sembari memutar bola matanya.

"Alah, gue cuman belum serius aja, sih. Sengaja gue biar si Zeon merasa paling jago. Supaya nanti pas lengah dikit, gue bisa langsung nge-ulti dia berkali-kali. HAHAHA." Troy membual. Jelas saja perkataannya hanya omong kosong belaka.

"Apalah, si pendongeng handal," cibir Justin, mendelik malas karena telah bosan dengan kebiasaan Troy yang suka mengarang cerita.

"Guys, dengerin gue." Di meja pojok basecamp, tiba-tiba Rein berdiri sambil menepuk tangannya untuk menarik atensi. Semua orang kompak mengarahkan tatapan kepadanya. Ruangan pun seketika menjadi sunyi, mereka penasaran dengan hal apa yang akan disampaikan oleh sang ketua.

"Semalem gue baru aja dapet chat dari nomor gak dikenal yang ngaku sebagai ketuanya MANIAC. Dia ngajak kita tawuran lusa nanti di deket bukit Paradise. Kalian semua siap, nggak?"

The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang