Bastian melenggang di koridor rumah sakit sambil menyenandungkan lagu berjudul Forever Young favoritnya. Orang-orang yang mendengar suara merdunya tak bisa begitu saja berpaling muka dari cowok itu. Bahkan beberapa cewek terang-terangan memandangnya dengan tatapan memuja.
Namun, Bastian tidak sedikitpun melirik mereka. Dia terus bernyanyi dan hanya terpikirkan untuk segera membeli bubur ayam yang diinginkan Ranza.
Sesampainya di gerobak penjual bubur ayam yang biasa mangkal di depan rumah sakit, ia langsung memesan satu porsi.
"Ya gimana gak emosi? Mereka bikin konten nggak pake otak, sih! Bisa-bisanya nyenggol para acne fighter! Mereka pikir gampang apa buat nyembuhin jerawat? Gue yang nggak jerawatan aja ikutan emosi liat konten mereka. Segala ngatain orang jerawatan redflag lah, tukang rebut cowok orang lah. Rasain aja sekarang tuh, produknya jadi diboikot banyak orang."
Bastian mendengar seorang cewek yang berdiri di trotoar tak jauh dari posisinya berada sedang misuh-misuh pada orang yang ditelpon.
Dia sebenarnya ingin mengabaikan cewek berambut pirang itu. Namun, melihat dua orang laki-laki datang dan berdiri beberapa meter dari si cewek dengan gelagat yang mencurigakan, membuat Bastian mengaktifkan mode waspada.
Bastian memang tidak bicara, tapi sorot matanya mengintai mereka diam-diam.
"Nah, iya, girls. Gue juga prihatin sama Jessica Wongso. Dia udah kehilangan golden age-nya. Di umurnya yang sekarang kalo nggak masuk penjara, pasti dia udah punya banyak relasi dan bisa kayak pengusaha-pengusaha lainnya. Mungkin dia bakal terkenal di tiktok? Atau nggak jadi owner skincare?"
Bastian menghela napas. Rupanya cewek itu handal juga dalam menggosip. Topik pembicaraannya dari tadi adalah berita yang sedang menjadi trending topic di media sosial.
"Gak tau lagi, lah. Pokoknya bulan ini full sama kasus. Ampe bingung gue mau ngurus yang mana dulu. Demo besar-besaran di gedung DPR, gempa megathrust, virus monkey-monkey itu, terus tentang Arhan yang diselingkuhin sama si Ziz—AKKH! COPET ..."
Suara Qiandra yang awalnya memekik nyaring berubah memelan saat copet yang hendak membawa lari tasnya telah lebih dulu disergap oleh Bastian. Kejadiannya terjadi begitu cepat, bahkan sebelum Qiandra sempat berkedip.
Dua copet kurang ajar itu mendapat bogem mentah dari Bastian secara bersamaan hingga terjengkang menubruk trotoar.
"Ck, makanya jangan telponan di pinggir jalan."
Bastian mendengkus pelan. Dipungutnya tas Qiandra yang terjatuh. Dia memang sudah menunggu momen ini. Ternyata dugaannya seratus persen benar.
Qiandra masih syok. Tetapi berusaha menetralkan ekspresinya. Dia menerima tas itu tanpa mengucapkan terima kasih. Yang ada, dia malah mengomel pada Bastian.
"Apaan, sih. Terserah guelah mau telponan di mana pun. Apa hak lo ngelarang-larang gue? Bapak aja bukan." Qiandra mengibaskan rambut dengan gaya angkuh. "Gue masih punya banyak duit kalo tadi beneran kecopetan!"
Gadis itu berjalan mendekati dua pencopet yang masih terkapar karena kepalanya pusing berkunang-kunang. Di luar dugaan, dia justru menyerahkan tas branded-nya pada mereka.
"Nih, Pak, ambil aja. Saya nggak keberatan kalo hari ini dicopet, daripada harus ditolong sama pahlawan kesiangan tukang ngatur-ngatur hidup orang," ucap Qiandra songong.
"Lah, kocak." Bastian tak habis pikir melihat tindakan Qiandra.
"Lo yang apa-apaan! Ditolong bukannya bilang makasih, malah ngeyel! Lagian lo udah gila, ya?! Bisa-bisanya lo mau ngasih tas lo gitu aja ke copet! Sengklek pala lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return Of Real Gangster [ Segera Terbit ]
ActionGangster sejati itu ... seperti apa? Apa mereka yang isinya berandalan gila seperti geng MANIAC? Atau seperti Red Devil yang terdiri dari manusia-manusia gila uang? Atau apakah seperti D'Monster yang dipenuhi orang-orang barbar dan brutal? Mungki...