5.4 ➖ Penolakan

1K 179 25
                                        

Seorang gadis menyusuri jalan setapak dengan kaki telanjang, sepatunya ia tenteng di tangan kanannya.

Ingatannya kembali ke saat dimana ia dengan polosnya menyatakan cintanya pada pria yang ((menurutnya)) menyukai dirinya.

Ia tersenyum miris, ternyata selama ini ia terlalu percaya diri.

Pria itu hanya terlalu baik dan niat hatinya adalah ingin menolong gadis malang ini bukan memiliki perasaan untuknya.

Kenapa kisah cintanya selalu berakhir tragis?

Dulu, ia menyukai kakak kelasnya di SMP yang ternyata sudah memiliki kekasih, dan mirisnya lagi ia baru tau tentang hal itu setelah kakak kelasnya itu lulus.

Entah pada siapa ia akan mengadu nantinya, 'human diary' nya memutuskan untuk pergi.

Sedikit kecewa, namun tak tau harus pada siapa ia melampiaskannya.

Lama berjalan kaki, ia pun tiba di tempat bertuliskan 'Rumah sakit jiwa' Tempat yang belum pernah ia kunjungi selama satu tahun lamanya.

Setelah berbicara dengan penjaga, ia pun di bawa menuju ke salah satu sel.

Matanya menatap seorang pria yang tertidur di lantai itu dengan nanarnya, alasan ia tidak pernah mengunjungi adalah karena belum siap melihat kondisi orang yang pernah sangat amat berarti dalam hidupnya di masalalu.

Tangannya tergerak untuk menyentuh rambut pria itu membuat pria tua itu pu. terbangun dari tidurnya dan menatap tajam ke arah dirinya.

"Kamu siapa??!"

"Pa, ini Raya. Anak papa." Tepat saat ia mengatakan itu air matanya pun jatuh tanpa bisa ia cegah.

"Oh..kamu client saya ya, baik bu sini masuk kita bicarakan proyek kita selanjutnya."

Hal yang paling membuatnya terpukul setelah tau bahwa sang ayah mengidap gangguan kejiwaan paska perusahaannya bangkrut adalah karena orang yang dulu sangat ia percaya.

"Pa...Raya kesini karena Raya mau minta maaf."

Tiba-tiba saja, pria tua itu menutup telinganya menggunakan kedua tangannya kemudian ia menjambak kuat rambutnya.

"Pertama, Raya mau minta maaf karena Raya jarang ngunjungin papa, Raya belum siap ngeliat kondisi papa saat ini."

"Kedua, Raya mau minta maaf karena Raya ga bisa nepatin janji Raya untuk ngasih ini ke orang yang punya tempat kedua disini setelah papa."

Ia mengangkat gantungan kunci ketika mengucapkan 'ini' dan menepuk dadanya ketika mengucapkan 'disini'

"AARGGHH PERGI KAMU, KAMU YANG BUAT PERUSAHAAN SAYA BANGKRUUUTT...!!"

Raya tersentak mendengar suara teriakan itu, ia bahkan mundur beberapa langkah.

"Dek, waktu jenguk sudah habis. Waktunya pasien minum obat dan beristirahat." Salah satu penjaga menghampirinya

Ia menundukkan kepalanya untuk sesaat kemudian mengangguk dan melangkah perlahan meninggalkan tempat yang tak pernah ada dalam bayangannya dan tak pernah ia bayangkan akan ia kunjungi sebelumnya itu.

✧ 𝗟𝗜𝗠𝗘𝗥𝗘𝗡𝗖𝗘 ✧

Bina menghela nafas jengkel, sungguh ia sudah lelah harus seperti apa lagi ia mengatakan pada pria itu.

"Jun, udah. Stop ga usah beliin gue roti sama susu lagi gue bisa sarapan sendiri dirumah."

Penolakan ketiga dalam minggu ini, namun Arjuna tak menyerah begitu saja.

"Sarapan kan cuma untuk ganjel perut, atau mau gue beliin nasi?"

"Gak usah. Pokoknya sekali lagi lo ngasih apapun itu ke gue ga bakal gue makan."

[1] 𝗟𝗜𝗠𝗘𝗥𝗘𝗡𝗖𝗘 ➕ Junkyu - Lia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang