Joanne menatap kesal ke arah Danny yang sibuk dengan filmnya.
Ia tau pria itu sangat sangat suka sekali dengan Marvel, tapi haruskah mengabaikannya seperti ini?
Ia bahkan memanggil pria itu berkali-kali tapi tak ada sahutan sama sekali.
"Ganteng noleh dong."
Masih tak ada sahutan membuat kekesalannya naik ke ubun-ubun, kalau saja ia tak ingat pria di depannya ini adalah kekasihnya sudah di pastikan berbagai action figure Marvel itu melayang ke kepalanya.
"Dan lo ga jawab gue pulang."
Masih tak ada sahutan membuat Joanne semakin kesal sekaligus frustasi.
Biasanya disaat ia menggunakan Lo-gue pria itu akan langsung menuruti semua kemauannya karena menganggap ia sedang marah.
Mengapa sekarang berbeda?
Bayangkan sudah dua jam lamanya pria itu mengabaikannya.
Bahkan ketika bel pulang tadi pria itu yang biasanya menunggu di depan kelasnya justru malah menunggu di mobil dan tidak banyak bicara.
Berbagai asumsi hinggap di kepalanya tapi apa daya ia malas berpikir, ia tak tau apa yang menyebabkan pria itu menjadi seperti ini.
"Dan kenapa sih?"
Kali ini Joanne menyerah, tak ingin marah marah ia pun meletakkan dagunya di bahu pria itu.
"Ganteng."
Cup
Joanne mengecup sekilas pipi Danny, namun pria itu tak kunjung menoleh bahkan tak menganggap ada dirinya.
Dari sini Joanne sadar, pria itu bukan mengabaikannya karena kecintaannya terhadap Marvel sehingga tak ingin ketinggalan setiap adegannya tapi pria itu mengabaikannya karena ia marah.
"Dan? Aku ada salah?"
Barulah kali ini Danny melirik dirinya tanpa sepatah kata pun yang ia yakini adalah jawaban dari 'iya'
"Kenapa coba jelasin sini aku ada salah apa?"
"Renungin." Akhirnya Danny membuka suara.
"Aku ga tau, aku ga inget atau mungkin aku ga sadar udah bikin salah. Apapun itu aku minta maaf ya?"
"Minta maaf sama orangnya langsung jangan sama aku."
"Orangnya langsung? Maksud kamu?"
"Coba ingat ingat."
Joanne pun kembali mengingat ngingat, ia tak sadar pernah melakukan kesalahan kecuali-- AH IA INGAT.
"Juna ya?" Tanyanya dengan berhati-hati.
Danny menjauhkan kepala Joanne dari bajunya dan beralih menghadap gadis itu.
"Aku tau maksud kamu ngelakuin itu karena kamu ga mau Bina di sakitin lagi sama Juna tapi aku kenal Juna udah lama jauh sebelum aku kenal sama kamu, Juna itu udah aku anggap kayak adek aku sendiri aku tau dia gimana orangnya Bina bukan orang pertama yang ditolak sama dia tapi cuma Bina yang bertahan sejauh ini, 5 tahun aku kenal Juna 5 tahun itu pula aku ga pernah liat dia deket sama cewek apalagi sampe rela relain beli roti sama susu Juna bukan orang yang kayak gitu dan cuma sama Bina dia ngelakuin itu dari situ aku simpulin dia bener-bener serius mau berubah tapi liat kelakuan kamu tadi Jo. Semua orang berhak dapat kesempatan kedua gitu juga sama Juna, kalo pun nanti Bina ga ngasih Juna kesempatan ya itu hak dia karena emang ini urusannya mereka berdua. Kita ga usah ikut campur."
"Tapi aku juga kenal Bina jauh sebelum aku kenal kamu, dia bukan orang yang berpendirian kuat apalagi kalo urusannya sama Arjuna aku cuma takut dia ngasih kesempatan tanpa mikir panjang dan berakhir kecewa lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 𝗟𝗜𝗠𝗘𝗥𝗘𝗡𝗖𝗘 ➕ Junkyu - Lia ✔️
Fanfiction[ Treasure series Book 01 ] Lim·er·ence /ˈlimərəns/ The state of being infatuated or obsessed with another person, typically experienced involuntarily and characterized by a strong desire for reciprocation of one's feelings but not primarily for a s...