0.7 ➖ Aluna

1.2K 212 12
                                    

Galen menatap kesal punggung sempit di depannya.

Ia disuruh menemani kakaknya itu seharian, mulai dari shopping, terus ke salon dan masih banyak lagi.

Katanya itu hukuman untuknya.

"Teteh...udah ya. Kita pulang aja... Belanjaan teteh  udah se berat dosa."

"Siapa yang suruh lo bikin dare dare begitu?"

Awalnya ia biasa saja ketika tau dirinya dijadikan bahan dare, karena ia mengira akan selesai sampai disitu saja.

Namun faktanya, Lino bahkan hampir setiap jam mengiriminya pesan.

"Atuh teh, gue kan cuma suruh dia dapetin nomor telepon teteh. Gue ga suruh dia ngechat kok."

"Sama aja, kalo lo ga ngasih dare itu dia ga mungkin ngechat gue, dan gue ga bakal kenal dia."

"Teh move on atuh move on, teteh suka sama abang yang mirip koala itu kan."

"Hah?"

"Gausah pura-pura bego gitu teh, teteh kan begonya natural jangan dibuat buat gitu deh Galen ga suka."

Ctaakk

"Aww.."

"Ngaku teh, teteh suka sama abang yang mirip koala itu kan?"

"Mirip koala apa sih?"

"Itu loh yang fotonya nyelip di binder teteh. Yang kapten basket sekolah. Siapa sih namanya...."

"Ngaco lo ya."

"Ngaku aja teh, udah ketauan juga. Daripada teteh jadi sadgirl mending sama bang Lino."

"Diem deh lo, gue masih kesel gara-gara dare itu."

"Yaudah siniin kartu teteh mau gue buang biar bang Lino ga ngechat lagi."

"Ya ga gitu, gue males kalo harus ngechat temen gue satu satu kalo ganti nomor. Pokoknya ini semua salah lo."

Galen hanya bisa menghela nafas pasrah mengikuti langkah sang kakak yang sudah lebih dulu berjalan.
.
.
.
Ketika dijalan keluar ia melihat gadis kecil yang hampir tertabrak mobil.

Bina membulatkan matanya, dengan cekatan ia berlari ke arah gadis itu dan membawanya ke pelukannya.

"Kamu gapapa kan?"

"Ndaa." Jawabnya dengan gelengan kecil.

"Kamu kenapa lari lari di tengah jalan sayang?"

"Tadi Una liat ada eskrim, Una mau eskrim."

"Ya ampun dek, mama nya mana?" Ucapnya mengusap lembut surai gadis itu.

"Mama di rumah."

"Terus kamu kesini sama siapa?"

"Sama abang."

"Terus abangnya mana?"

"Nda tau."

Bina menganggukkan kepalanya. "Nama kamu siapa? Kamu tinggal dimana? Ayo kakak anter pulang."

"Nama aku Aluna, Una tinggal dirumah." Jawabnya polos membuat Bina mengusak gemas surainya.

"Luna." Ucap suara dibelakang Bina.

"Abangg..." Gadis kecil itu berlari ke pelukan orang yang ia panggil 'abang' itu.

Bina merasa tidak asing dengan suara itu. Ia mendongak.

"Kamu kemana tadi?"

"Una mau eskrim, tadi ada mobil jahat yang mau nabrak Una. Untung ada kakak cantik."

[1] 𝗟𝗜𝗠𝗘𝗥𝗘𝗡𝗖𝗘 ➕ Junkyu - Lia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang