Setibanya di rumah sakit Galen langsung berlari ke arah kamar yang sudah di beritahu Farel sebelumnya.
"Teteh dimana?"
"Masih di periksa sama dokter."
Galen mengusap wajahnya kasar, air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.
Katakanlah ia cengeng.
Memang.
Ia memang cengeng jika itu menyangkut orang yang ia sayang.
Hanif lantas membawanya untuk duduk di kursi terlebih dahulu.
"Tenang Len, kita doain yang terbaik untuk teh Bina sama bang Lino."
"Farel gimana ceritanya Bina bisa kecelakaan?" Clara yang notabenenya ibu dari Bina pun bertanya.
"Farel juga kurang tau tan, bang Lino sama teh Bina di belakang. Tau tau ada suara tabrakan dan mereka udah terkapar gitu aja."
"Astaga." Clara merasa kakinya melemas, air matanya pun sudah tak bisa ia tahan.
Ibu mana yang tak sedih putri satu-satunya berada di kondisi seperti ini.
Zea yang berada di sebelahnya pun lantas memeluknya dan mencoba menenangkannya.
"Bina anak yang kuat, dia pasti bisa ngelewatin masa kritisnya."
"Tapi teteh bilang mau ngerjain tugas." Gumam Galen bermonolog pada dirinya sendiri.
"Iya teh Bina juga bilang gitu tapi kita ajak keluar bentar cari makan."
Galen yang mendengar itu pun langsung bangkit dan mencengkeram kuat kerah Hanif.
"BRENGSEK LO ANJING..."
Arjuna pun lantas dengan cepat menarik tangan Galen dan membawanya pergi dari sana sebelum ia membuat keributan.
"Bang." Galen menundukkan kepalanya masih dengan air mata yang mengalir di pipinya.
Arjuna menepuk bahu pria yang setahun lebih muda dari dirinya itu.
"Emosi ga bikin Bina sadar gitu aja Len, banyakin doa, dan jangan mikir yang engga engga."
Apa yang ia katakan sangat jauh dari apa yang ia rasakan.
Ia pun merasakan apa yang Galen rasakan, ia bahkan mengutuki dirinya sendiri karena hal ini.
Ia pun sama kacaunya dengan Galen hanya saja ia memilih untuk tak memperlihatkannya.
✧ 𝗟𝗜𝗠𝗘𝗥𝗘𝗡𝗖𝗘 ✧
Arjuna menutup kembali pintu kamarnya dengan membantingnya.
Ia menatap pantulan dirinya di cermin.
*PRAANGGG....
Ia menonjok cermin itu dengan tangan kanannya hingga mengeluarkan darah.
Kakinya melemas bersamaan dengan tubuhnya yang merosot jatuh ke lantai.
Ia menjambak kuat rambutnya dan menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangannya.
Ia menangis.
Seorang Arjuna.
Menangis.
Ketahuilah ini pertama kalinya ia menangis karena seorang gadis.
Ia terus memaki maki dirinya dalam hati, tangan kirinya meremas kuat pecahan beling tadi.
Mengabaikan tangannya yang sudah berlumuran darah sekalipun.
Ia mendongak menatap langit langit kamarnya, apakah tuhan sedang menghukumnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 𝗟𝗜𝗠𝗘𝗥𝗘𝗡𝗖𝗘 ➕ Junkyu - Lia ✔️
Fanfiction[ Treasure series Book 01 ] Lim·er·ence /ˈlimərəns/ The state of being infatuated or obsessed with another person, typically experienced involuntarily and characterized by a strong desire for reciprocation of one's feelings but not primarily for a s...
![[1] 𝗟𝗜𝗠𝗘𝗥𝗘𝗡𝗖𝗘 ➕ Junkyu - Lia ✔️](https://img.wattpad.com/cover/307857140-64-k272000.jpg)