14 - SEBUAH FAKTA

7.5K 637 726
                                    

Mumpung luang lagi jadi up deh

Vote komennya kakak, gua benci sama orang yang nggak ngehargain effort orang lain

Tandai kalau ada typo yahh

~~~

Tubuh Alger tersungkur setelah mendapat bogeman keras untuk kesekian kalinya di rahangnya. Entah seperti apa bentukan wajahnya sekarang, karena Arga terus memukulnya tanpa henti sejak tadi.

"LO TAU KALAU CLEO ITU SIAPA HAH?!" bentak Arga menatap nyalang Alger yang masih tak membalas apapun di bawah kakinya.

Alger mendongakkan wajahnya, membuat Arga sedikit ngeri melihat banyaknya lebam dan luka di wajah pria itu karena dirinya.

"Saya hanya melakukan apa yang menurut saya harus lakukan," jawab Alger tanpa takut sama sekali.

Arga kembali maju kemudian menarik kerah kemeja Alger dengan kasar. "Lo berbuat hal nggak senonoh sama adek gue dan menurut lo itu bener?! Denger, dia adek gue, anak dari pemilik perusahaan ini, dan lo cuma babu yang kerja di sini!"

Mendengar kata babu membuat harga diri Alger langsung tersentuh. Ia tak terima jika dikatakan seperti itu dari pria di hadapannya. Alger berusaha melepaskan diri dari cengkraman Arga, lalu membalas tatapannya tanpa takut.

"Dengar Arga, jangan kira kau pemimpin perusahaan, kau bisa menghinaku sesuka hatimu. Saya bukan babu siapapun, dan saya tidak pernah bekerja untukmu." Alger memukul wajah Arga keras, tanpa memikirkan dua bodyguard yang sejak tadi berdiri di belakangnya.

Tubuh Arga langsung teruduk, membuat dua pengawal Arga hendak kembali menahan tubuhnya. Tapi Alger langsung berdiri tegap, membenturkan kepala mereka berdua satu sama lain sebelum berhasil menyentuh tubuhnya.

"Bangsat lo! Gue salah terima lo kerja di sini," umpat Arga sambil mengusap hidungnya yang mengeluarkan darah.

Senyuman Alger terbit, lebih tepatnya seringaiannya. "Jangan menilai latar belakangku, Arga. Kau tidak tau siapa aku, dan tujuanku kemari."

"Maksud lo? Lo sudah punya rencana selama ini? Mengincar adikku?"

Alger tertawa garing mendengar itu. "Adikmu memang cantik, lemah lembut, ya...sedikit cuek juga. Jika aku tidak waras, aku bisa saja membuatnya untuk mejadi milikku sejak kemarin. Tapi tujuanku bukan itu. Aku juga bukan pria yang tidak mengingat jasa seseorang."

Arga diam, semua jawaban Alger benar-benar ambigu. Ia kemudian berdiri, membenarkan sedikit jasnya yang tadi sempat berantakan, berjalan mendekati Alger yang tampak misterius di matanya sekarang.

"Ngelihat keberanian lo tadi, lo bukan orang sembarangan. Tapi gue tau lo bukan orang besar." Arga memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya. "Siapa yang ngirim lo kesini?"

Karena seni untuk mengenal seseorang Arga sudah mempelajari itu dari Ednan langsung. Jika Alger memang hanya pegawai biasa, maka dia tak akan berani membalas pukulannya, bahkan pasrah ketika bodyguardnya akan membuatnya berlutut lagi.

Melihat Arga yang mulai mengenalinya, membuat Alger langsung tersenyum penuh sambil menyugar rambut badainya yang menutupi mata. "Kau tak perlu tau siapa aku. Tapi yang jelas, tugasku akan selesai. Adikmu akan segera bertemu dengan belahan jiwanya tak lama lagi."

Alger menyatukan kedua tangannya di depan Arga sedikit membungkuk untuk berpamitan. "Saya pergi, terima kasih kau sudah menerimaku di sini dan membuat tugasku lebih mudah. Selamat sore."

REYNAND : AFTER HE LEFT ME [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang