| bab 06 |

22 3 0
                                    

I'm glad if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)

Happy reading!

Malam sudah larut, terpantau sudah menjelang pukul dua belas malam, namun orang-orang yang baru saja selesai menyaksikan konser Coldplay perlahan berhamburan keluar dari venue. Tidak terkecuali dengan Maudy, Fathan, dan Wendy yang juga baru keluar dari venue. Akses keluar mereka berbeda dengan penonton lainnya, sebab tiket yang mereka beli adalah tiket vip, jadi mereka memiliki akses masuk dan keluar yang berbeda dengan penonton reguler. Oleh karenanya, ketika mereka sudah sampai di luar dan menunggu selama hampir dua puluh menit, Aksa, Diana, dan Hafizh baru terlihat. 

"Maaf jadi harus lama nunggu." Aksa benar-benar tidak enak membuat Maudy dan Fathan menunggu di tengah malam seperti ini. Oh, permintaan maaf itu juga termasuk untuk perempuan asing yang berdiri di sebelah Fathan yang Aksa tebak sebagai pacarnya Fathan. 

"Belum terlalu lama kok, untungnya juga kemarin udah saya kasih nomor ponsel saya, jadi bisa langsung kasih tahu posisi meeting point-nya dimana, lebih cepat juga."Kemarin sebelun Maudy kembali ke RS, Maudy sempat memberikan nomor ponselnya kepada Aksa agar lebih mudah untuk berkoordinasi di hari konser. Lagipula jika berkoordinasi melalui pesan di Instagram tidak jarang notifikasinya telat masuk dan itu tentu akan menghambat koordinasinya. 

"Oh iya, Mas Aksa, Diana, dan Hafizh, kenalin ini Wendy pacar Saya." Fathan tidak lupa memperkenalkan Wendy—pacarnya—yang dikenalnya sejak bangku kuliah. Mereka berbeda jurusan, tetapi karena sama-sama sering mengikuti kajian jumat di salah satu masjid di Singapura, jadi mereka kenal dan seiring waktu memutuskan untuk bersama. 

"Gimana konsernya?" Maudy benar-benar penasaran dengan kesan dan reaksi dari Aksa, Diana, dan Hafzih tentang konser yang baru saja mereka tonton. Menurut cerita mereka kemarin, ini kali pertama mereka menonton konser Coldplay. 

"Keren abis sih Mbak! Harga tiket agak pricey, tapi enggak masalah untuk konser yang luar biasa keren itu!"

"Jadi mau lagi nih Di?"

"Jelas Mbak. Mas Aksa sama Mas Hafizh juga setuju untuk nonton konser mereka lagi."

"Next stop, Australia, wanna join?" Fathan bertanya bersungguh-sungguh. Mengingat Yuta yang hari ini tidak bisa menemani Maudy pergi menonton konser, Fathan memberikan saran kepada Yuta untuk menonton konser Coldplay di negara lain saja. Australia adalah negara dengan jadwal terdekat. Yuta menyetujuinya, tapi belum bisa memastikan apakah Yuta bisa atau tidak, maka dari itu baik Yuta dan Fathan belum menceritakan rencana ini kepada Maudy. Ajakan Fathan ini tentu bukan dalam rangka membocorkan rencana Yuta, lagipula Maudy tidak tahu kalau menonton konser Coldplay di Australia adalah ide dari Yuta. 

"Kapan?" Aksa menyambut ajakan Fathan dengan baik. Tentu saja, Aksa tidak akan melewatkan satu pun kesempatan yang bisa membuat dirinya bersama-sama dengan Maudy.

"Dua bulan lagi, ticketing dibuka pertengahan bulan depan."

"Intersting, nanti saya cek jadwal saya dulu."

"Maklum Mas Fathan, Mas Aksa ini suka sok sibuk."

"Saya paham kok, konsultan jelas sibuk, nanti berkabar aja kalau memang bisa."

Aksa mengangguk. Jelas bukan mengecek jadwal yang hendak Aksa lakukan, tetapi meluangkan jadwal agar bisa pergi menonton konser bersama Maudy. Jika nantinya Maudy, Fathan, dan Wendy kembali membeli tiket VIP, maka Aksa tidak akan mempermasalahkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan, sebab yang terpenting adalah Aksa bisa pergi menonton konser dengan Maudy di area yang sama.

Pertemuan mereka malam ini selepas menonton konser adalah untuk makan malam bersama. Rencana awal adalah di restoran yang terdekat dengan venue. Tetapi sepertinya tidak bisa terealisasi, sebab restoran di sekitar venue sudah dipenuhi banyak pengunjung yang hendak makan malam selepas menonton konser seperti mereka—terlihat dari atribut-atribut Coldplay yang mereka kenakan. Dikarenakan hal itu, Fathan memberikan usul untuk makan di apartemennya saja. Lebih nyaman, tidak berisik, dan tidak takut di usir juga jika kelamaan—maklum sudah hampir dini hari—pasti tidak bisa makan dengan santai. 

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang