I'm glad if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)
Happy Reading!
Yuta Takahashi merupakan seorang pebalap MotoGP asal Jepang. Lahir di Kota Kyoto dan menghabiskan masa remajanya di Kota Tokyo. Yuta panggilan akrabnya, mengawali karir internasionalnya sejak usia 17 tahun di kelas 125cc. Sejak kecil Yuta sangat senang dan dekat dengan dunia balap, serta seluk beluknya. Ayah nya—Akihiro Takahashi—merupakan seorang mekanik dari tim balap pabrikan asal Jepang. Akihiro senang mengajak Yuta kecil ke tempatnya bekerja, memperkenalkan dunia kerjanya. Kali pertama Yuta jatuh cinta dengan dunia balap adalah ketika melihat pembalap asal Italia, Valentino Rossi juara di sirkuit Sizuka, Jepang pada tahun 2001, ketika usianya baru menginjak enam tahun.
Yuta kecil terkesima dengan cepatnya laju motor yang dikendarai Rossi, berbelok dengan mulus di tikungan tajam, saling adu cepat dengan pembalap lawan untuk meraih posisi yang lebih baik, itu semua sangat indah dan menakjubkan di mata Yuta kecil. Saat selesai balap, Akihiro mengajak Yuta kecil bertemu dengan Rossi dan saat itu Yuta kecil berkata, jika dia ingin menjadi pembalap MotoGP seperti Rossi. Sejak saat itu, Akihiro mulai mengarahkan Yuta agar dapat menjadi pembalap profesional. Akihiro memasukan Yuta ke berbagai akademi di Jepang untuk menyokong cita-cita anaknya tersebut. Hingga pada usianya yang ke empat belas tahun, Yuta berhasil membalap secara profesional dalam Japanese Road Race Championship pada kelas 125cc. Selang tiga tahun, Yuta bergabung ke dalam akademi MotoGP untuk dapat berkompetisi dalam level internasional pada kelas 125cc. Yuta membalap bersama dengan tim asal Spanyol dan itu mengharuskan Yuta untuk menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di Spanyol melalui home schooling. Namun, berkat waktu sekolahnya yang fleksibel, Yuta dapat lebih berfokus kepada karir balapnya. Hingga akhrinya, di tahun keduanya di kelas 125cc, ketika usianya menginjak sembilan belas tahun Yuta berhasil meraih gelar juara dunia pertamanya pada kelas tersebut.
Juara dunia pada kelas 125cc itu membuka kesempatan bagi Yuta untuk naik kelas ke Moto3 atau kelas 250cc. Tawaran untuk naik ke kelas Moto3 datang dari tim balap asal Spanyol—negara yang sama dengan tim balapnya untuk kelas 125cc. Di awal karir pada kelas Moto3, Yuta cukup kesulitan untuk beradaptasi dengan motor barunya, seringkali Yuta terjatuh dari motor dan tidak dapat menyelesaikan balapan. Tetapi untungnya itu hanya bertahan hingga pertengahan musim saja, di paruh kedua musim balap, Yuta mulai merasa nyaman dengan motor barunya dan berhasil menempati posisi ke tujuh di klasemen pada akhir musim balap.
Kesalahan yang Yuta lakukan di awal musimnya di kelas Moto3 tentu Yuta perbaiki dan tentu Yuta juga berdiskusi dengan timnya untuk dapat menghasilkan balapan yang lebih baik, hingga akhirnya di tahun kedua Yuta di Moto3, Yuta dapat berhasil meraih posisi ketiga saat musim berakhir. Hasil yang baik itu jelas sangat membakar semangat Yuta, balapannya menjadi sangat baik, tidak ada kesalahan yang dibuat sendiri, dan pada akhirnya di sisa dua balapan sebelum musim berakhir, ketika usianya menginjak dua puluh dua tahun, Yuta berhasil mengukuhkan diri sebagai juara dunia Moto3 pertama asal Jepang setelah kali terakhir adalah tujuh belas tahun yang lalu.
Berkat prestasinya yang terus menjanjak di Moto3 itu, membuat Yuta mulai disejajarkan dengan pembalap kelas atas lainnya pada kelas yang sama, hingga membuat banyak pihak yang meyakini bahwa tidak mungkin di masa yang akan datang Yuta mampu menjadi juara dunia MotoGP pertama asal benua Asia, sebab selama ini juara dunia MotoGP di dominiasi oleh negara-negara Eropa, Amerika, dan Australia. Banyak pihak juga yang menawarkan diri untuk menjadi sponsor bagi Yuta. Tentu dalam dunia balap sponsor berperan penting unruk kelancaran karir pembalap. Hal itu dikarenakan butuh biaya yang sangat besar untuk dapat turun dalam sebuah ajang balapan.
Tawaran untuk naik kelas kembali datang saat gelar juara dunia Moto3 baru saja Yuta raih. Tawaran yang berasal dari sebuah tim balap asal Italia. Yuta senang bukan main. Yuta merasa semakin dekat dengan mimpinya yang ingin membalap di MotoGP bahkan membalap bersama dengan Valentino Rossi, idolanya. Jika tawaran itu diambil, maka Yuta harus pindah ke Italia, ke tempat tim itu bermarkas. Tetapi tidak masalah, sebab Yuta sudah tidak sekolah lagi, baik itu homeschooling atau belajar di akademi bahasa inggris. Itu semua berakhir ketika Yuta mulai membalap di kelas Moto3. Dan tentu saja, tawaran itu Yuta ambil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Logika & Rasa
ChickLitIni cerita tentang Maudy yang bertemu dengan seorang laki-laki di waktu yang tidak tepat. Laki-laki yang memiliki kehidupan berbeda dengan dirinya, tetapi mampu memberikan apa yang selama ini Maudy inginkan. Laki-laki yang membuat Maudy merasakan ke...