| bab 01 |

164 5 0
                                    

Hari ini Maudy kembali menginjakan kakinya di Kota Kembang. Kota di mana hampir seluruh keluarga besar dari pihak Mami nya berada. Rencananya Maudy akan mengunjungi rumah Uwa nya—Kakak dari Mami nya—yang tinggal di daerah Pasteur. Ini adalah kunjungan Maudy yang kelima kalinya. Maudy memang jarang mengunjungi rumah Uwa nya ini, hanya jika ada keperluan maka baru Maudy akan datang mengunjungi. Seringnya ketika berkunjung ke Bandung, Maudy akan ke rumah Kakek dan Nenek nya yang berada di daerah Dago. Fathan menemani kunjungan Maudy ke Bandung kali ini, seperti biasa. Di mana pun Maudy berada, pasti ada Fathan bersamanya.

Kunjungan Maudy kali ini ke rumah Uwa nya adalah untuk mengantarkan popcorn pesanan sepupunya. Ketika mengetahui Maudy akan wisata kuliner ke Bandung selama dua hari, sepupunya itu langsung memesan popcorn yang memang tidak bisa di dapatkan di Indonesia, kecuali membelinya melalui jasa titip. Sekedar informasi, Maudy tinggal di Singapura sejak delapan tahun yang lalu. Selepas lulus dari sekolah menengah atas, Maudy memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di negeri singa itu, tentu bersama dengan Fathan juga. Mereka belum berencana untuk meninggalkan negeri Singapura meskipun telah lulus kuliah.

Kedatangan Maudy dan Fathan disambut oleh sepupu mereka yang bernama Dzikri. "Halo A Dzikri!." Dari segi usia, Dzikri berada jauh di bawah Maudy dan Fathan, perbedaan usia mereka sekitar enam tahun. Tapi dikarenakan silsilah keluarga, di mana Mama nya Dzikri—Uwa Anggita—adalah Kakak dari Mami Maudy—Sarah, maka panggilan itu harus diberlakukan, meskipun Dzikri sering mengomel ketika dipanggil seperti itu. Merasa lebih tua katanya.

"Rumah sepi banget. Pada kemana?"

"Mama sama Bapak lagi pergi ke undangan. Teh Hannah lagi jalan sama pacarnya."

Kalimat yang baru saja keluar dari mulut Dzikri secara otomatis menghentikan aktivitas Maudy dan Fathan yang sedang menurunkan oleh-oleh dari dalam bagasi mobil. Mata mereka saling beradu pandang. Memancarkan tatapan tidak percaya. Hannah memiliki seorang pacar.

"Pacar?" Nada terkejut jelas kental sekali dalam pertanyaan yang dilontarkan Fathan.

Namun sepertinya, Dzikri tidak menangkap nada terkejut itu. "Iya, Teh Hannah punya pacar. Udah jalan setengah tahun loh! Sahabatnya Kakak tingkat Teh Hannah waktu kuliah dulu."

Maudy dan Fathan masih mencerna informasi yang disampaikan Dzikri tersebut, tetapi pemuda dua puluh tahun itu terlanjur melanjutkan perkataannya. "Mau nikah tahu mereka, siap-siap kosongin jadwal lagi ya buat nikahannya Teh Hannah."

Maudy tidak tahu harus merespon bagaimana. Informasi yang baru saja di dengarnya benar-benar mengejutkan. Bukan. Bukan karena informasi itu tidak masuk akal. Tetapi justru informasi itu sangat membahagiakan hingga membuat Maudy sangat terkejut. Maudy sempat terdiam beberapa detik, sebelum lamunannya itu disadarkan oleh Fathan. "Ayo, masuk Mod!"

Maudy dan Fathan membongkar oleh-oleh dari dalam koper yang mereka bawa. Dzikri sangat-sangat excited memperhatikan satu persatu oleh-oleh yang dibawa oleh mereka. Padahal ini bukan kali pertama Maudy dan Fathan membawa oleh-oleh dari Singapura ketika berkunjung ke Bandung. Namun, Dzikri selalu excited dengan semua oleh-oleh yang dibawa Maudy dan Fathan, dari negara mana pun itu.

Setelah membongkar oleh-oleh, ketiganya larut dengan film Harry Potter and The Goblet of Fire yang ditayangkan di salah satu saluran TV berlangganan. Maudy dan Fathan adalah pecinta garis keras film-film Harry Potter. Seluruh alur cerita dari film pertama hingga film terakhir mereka hapal di luar kepala. Bahkan terkadang dialog selanjutnya yang akan diucapkan pemain saja mereka bisa mengikutinya, saking sudah berulang-ulang kali mereka menonton film Harry Potter.

Film baru saja mulai menampilkan credit scene ketika suara pagar rumah bergeser terdengar. Dzikri yang berbicara. "Itu kayanya Teh Hannah pulang deh."

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang