I'm glad if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)
Happy reading!!
Kereta Argo Parahyangan mengakhiri perjalanannya ketika badan kereta sudah tiba di Stasiun Gambir. Hannah yang mengambil tempat di kelas eksekutif bersiap untuk turun dari kereta. Pukul sembilan pagi ini Hannah sudah tiba di Jakarta. Hari ini Hannah akan pergi menemui Aksa setelah hampir satu bulan tidak bertemu. Rasanya rindu sekali. Menghabiskan waktu bersama dengan Aksa menjadi kegiatan yang paling membahagiakaan dalam hidup Hannah. Aksa selalu bisa membuat Hannah nyaman. Aksa dan segala ceritanya selalu membuat Hannah penasaran jika tidak mendengarnya. Aksa adalah seseorang yang senang bercerita banyak hal, dari mulai hal yang Hannah tahu sampai hal yang tidak Hannah tahu. Hannah tentu senang mendengarnya, bahkan rasanya Hannah tidak akan pernah menemui kata bosan jika mendengar cerita Aksa. Tetapi ada kalanya, Hannah bingung harus merespon seperti apa. Hannah adalah tipe pendengar, namun dia kurang responsif terhadap cerita orang lain. Hannah akan cenderung hanya mendengarnya saja dan berusaha memahaminya, tanpa sering meresponnya, terlebih lagi jika topik yang diceritakan itu tidak Hannah sukai atau Hannah ketahui.
Kaki Hannah melangkah menuju pintu kedatangan dan matanya bergerak kesana kemari untuk mencari keberadaan Aksa yang pagi ini memang datang menjemputnya. Senyum Hannah mengembang ketika sosok yang dicarinya berdiri tidak jauh dari pintu kedatangan. Disana Aksa berdiri sembari memainkan ponselnya. Tampilan Aksa hari ini kasual seperti biasanya jika sedang libur bekerja, hanya menggunkan celana jins dan kaos saja. Penampilan yang Hannah jauh lebih sukai dibandingkan dengan penampilan Aksa yang menggunakan kemeja dan jas, rasanya lebih terasa seperti rumah, tempat untuk pulang.
"Mas Aksa!" Hannah memberikan senyum terbaiknya ketika menyapa Aksa.
"Hai, Nah! Gimana perjalanannya? Melelahkan?"
Hannah menggeleng. Bangun dan bersiap pergi ke stasiun sebelum adzan shubuh berkumandang untuk bertolak ke Jakarta dan bertemu dengan Aksa jelas bukan sesuatu hal yang melelahkan, tetapi menyenangkan. Jika Aksa sudah resmi menjadi muhrimnya, mungkin Hannah akan berlari memeluk Aksa karena rindu yang menyesakan ini.
"Udah sarapan?"
"Tadi pesan teh hangat aja di kereta. Mas Aksa udah sarapan?"
"Belum. Kita sarapan dulu aja ya."
Hannah mengangguk bersemangat. Jujur selama hampir sembilan bulan hubungan Hannah dan Aksa berjalan, Hannah sangat jarang menemui Aksa di Jakarta. Hari ini adalah kali kedua. Seringkali Aksa lah yang menemui Hannah di Bandung. Padahal Hannah sudah beberapa kali mengatakan kepada Aksa jika dia sama sekali tidak keberatan untuk ke Jakarta menemui Aksa, karena Hannah tahu pekerjaan Aksa yang jauh lebih sibuk dibandingkan dirinya pasti seringkali membuat Aksa lelah jika harus pergi ke Bandung setiap dua minggu sekali. Hannah meyakini jika Aksa ingin sesekali berdiam di Jakarta saja tidak bepergian. Tetapi jawaban yang diberikan Aksa justru malah membuat Hannah terpaku dan semakin mengagumi sosok Aksa.
"Aku enggak tega lah biarin kamu berangkat ke Jakarta buat ketemu sama aku. Perjalanan Jakarta-Bandung itu melelahkan dan aku enggak mau kamu kelelahan. Mana hari Senin nya kamu udah harus kerja lagi. Biar aku aja yang lebih capeknya. Aku udah biasa dan terlatih untuk pindah dari satu kota ke kota lain untuk kerja, jadi ke Bandung di akhir pekan dan Senin nya langsung kerja, bukan masalah yang besar buat aku."
Namun, jadwal pertemuan rutin yang biasanya terlaksana tanpa memandang sesibuk apapun Aksa dengan pekerjaannya, dua bulan terakhir ini tidak terlaksana dengan baik. Biasanya dalam kurun waktu dua bulan maka Hannah akan bertemu dengan Aksa setidaknya paling sedikit empat kali. Tetapi pada nyatanya, Hannah hanya bertemu dua kali dengan Aksa. Pertemuan yang semula dua minggu sekali, kini berubah menjadi satu bulan sekali. Hannah berusaha memahami jika Aksa sibuk dan Hannah juga berusaha mengerti jika Aksa membutuhkan waktu liburnya sendiri dan juga waktu libur bersama dengan keluarga atau temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Logika & Rasa
أدب نسائيIni cerita tentang Maudy yang bertemu dengan seorang laki-laki di waktu yang tidak tepat. Laki-laki yang memiliki kehidupan berbeda dengan dirinya, tetapi mampu memberikan apa yang selama ini Maudy inginkan. Laki-laki yang membuat Maudy merasakan ke...