I'm glad if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)
Happy reading!!
Akhr pekan ini Aksa kembali mengunjungi Hannah di Bandung setelah selama satu bulan terakhir ini Aksa lebih memilih mengunjungi Maudy di Singapura. Berbicara tentang Maudy, Aksa sama sekali tidak mendengar kabar sedikit pun dari Maudy sejak hari minggu kemarin ketika Fathan menangkap basah mereka yang tengah jalan bersama. Segala cara dilakukan Aksa agar dapat mengetahui kabar Maudy, tetapi sayangnya tidak ada satupun kabar tentang Maudy yang Aksa dapatkan. Rasa ingin bertanya tentang kabar Maudy melalui Fathan atau Wendy tentu ada, tetapi Aksa tahu dengan pasti jika itu tidak mungkin dilakukan. Aksa khawatir jika Fathan semakin marah terhadap Maudy. Lagipula, kejadian hari minggu kemarin tidak murni sepenuhnya kesalahan Maudy, Aksa juga turut berperan. Itu mengapa ketika Fathan meminta Maudy untuk ikut bersamanya, Aksa melarangnya. Seharusnya, jika Fathan hendak memarahi Maudy atau berbicara dengannya, maka Fathan juga harus turut memarahi Aksa dan berbicara juga dengan Aksa.
Selain ingin mengetahui kabar Maudy, Aksa juga sudah sangat merindukan Maudy. Tidak bertukar pesan bahkan hingga tidak mengetahui kabar Maudy sama sekali membuat Aksa hampir gila. Pekerjaan yang menumpuk pun tidak mampu mengalihkan pikiran Aksa untuk barang sejenak saja tidak memikirkan Maudy. Di tambah lagi di akhir pekan seperti sekarang, di saat tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan, membuat Aksa tidak henti-hentinya memikirkan Maudy. Tubuh Aksa memang berada di rumah Hannah, akan tetapi pikiran dan fokus Aksa hanya tertuju kepada Maudy seorang.
Aksa tidak mempedulikan sedikit pun pertandingan sepakbola klub lokal yang sedang di tonton Hannah dan keluarganya. Kehadiran Aksa ke rumah Hannah hanyalah sebagai sebuah bentuk formalitas saja. Rasanya Aksa tidak dapat lagi membuat alasan untuk menolak berkunjung ke rumah Hannah. Sudah cukup selama satu bulan ini Aksa terus beralasan. Terlebih lagi, minggu ini Aksa tidak dapat bertemu dengan Maudy, jadi tidak masalah jika Aksa pergi menemui Hannah. Lebih baik daripada hanya berdiam diri di rumah saja.
Getar di ponsel Aksa menghentikan tatapannya yang tertuju pada layar televisi. Mata Aksa membulat sempurna ketika melihat notifikasi pesan di ponselnya. Pengirim pesan itu adalah Maudy. Jika tidak sadar bahwa dirinya sedang berada di rumah Hannah, mungkin Aksa sudah berteriak senang.
"Nah, aku izin ke teras dulu bentar ya. Ada urusan kerjaan bentar."
Hannah yang sejak semula memang duduk di sebelah Aksa, mengangguk mengizinkan. "Oh iya Mas, take your time aja."
Aksa mengangguk dan tidak lupa Aksa juga izin kepada kedua orang tua Hannah.
Aksa membawa langkahnya cukup cepat agar segera sampai di teras depan rumah Hannah. Jarak yang di rasa Aksa cukup jauh untuk Hannah dan keluarganya tidak mendengar percakapan. Iya, Aksa berniat untuk melakukan panggilan telepon setelah membaca pesan dari Maudy. Dada Aksa berbedar cukup kencang ketika akan membuka isi pesan tersebut—notifikasi di ponsel Aksa memang tidak menampilkan isi dari pesan yang masuk ke ponselnya.
Mata Aksa berbinar, senyumnya pun merekah ketika mengetahui jika Maudy mengajaknya bertemu hari minggu besok. Sepertinya rindu yang Aksa miliki untuk Maudy bersambut. Tidak sabar, Aksa langsung melakukan panggilan kepada Maudy, tetapi sayang setelah beberapa kali dicoba panggilan itu tidak kunjung diterima oleh Maudy. Aksa merasa heran mengapa Maudy tidak mengangkat panggilannya. Tidak ada opsi lain, Aksa akhirnya memilih membalas pesan itu saja.
Me
Oh my good Mod! I miss you damn much!
Kamu kemana aja? Everything all right, kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Logika & Rasa
Literatura FemininaIni cerita tentang Maudy yang bertemu dengan seorang laki-laki di waktu yang tidak tepat. Laki-laki yang memiliki kehidupan berbeda dengan dirinya, tetapi mampu memberikan apa yang selama ini Maudy inginkan. Laki-laki yang membuat Maudy merasakan ke...