Logika & Rasa

| bab 27 |

I'm happy if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)

Happy reading!!

Nampaknya semua mata pecinta balap motor di dunia memang sedang tertuju pada sirkuit Twin Ring Motegi, tidak terkecuali Hannah dan keluarganya. Sejak duduk di bangku SMP—kurang lebih sudah delapan tahun—olahraga balap motor paling bergengsi itu menjadi perhelatan olahraga kesukaan Dzikri. Mulanya Dzikri hanya penasaran mengapa motor yang dilihatnya di boot—Jakarta Fair—salah satu brand motor asal Jepang tidak pernah dia lihat di jalan raya. Saat itu ayahnya, menjelaskan jika motor yang dipamerkan tersebut hanya dapat digunakan di sirkuit khusus, ban dan mesin yang digunakan oleh motor tersebut tidak bisa digunakan di jalan raya. Dikarenakan hal tersebut lah, ayah Dzikri—Handi—mengajak Dzikri untuk menonton balapan MotoGP di Sepang kala itu. Sejak saat itu, Dzikri mendeklarasikan diri jika dia sangat menggemari olahraga balap motor tersebut dan tidak pernah sekalipun melewatkan kesempatan untuk menontonnya, meski seringnya melalui layar kaca televisi.

Kegemaran Dzikri ini menular kepada seluruh anggota keluarganya. Mulanya hanya karena terpaksa ikut menonton—sebab tv diambil alih oleh Dzikri—tetapi lama-kelamaan mereka menikmatinya. Terlebih lagi ketika enam tahun yang lalu, Maudy memperkenalkan kekasihnya yang ternyata seorang pembalap Moto2 kala itu kepada keluarga besarnya. Dzikri yang saat itu sedang tergila-gila kepada pembalap rookie di kelas MotoGP—Xavier—langsung mengalihkan perhatiannya kepada Yuta Takahashi yang lama kelamaan menjadi idolanya juga. Setiap balapan berlangsung, terlebih ketika Yuta sudah naik ke kelas MotoGP, dukungan Dzikri hanya ditujukan kepada mereka berdua. Hari ini pun sama, bedanya khusus hari ini dukungan Dzikri lebih besar untuk Yuta, sebab Dzikri sangat mengharapkan jika Yuta berhasil meraih gelar juara dunia di tahun ini. Kebanggaan pasti akan menyelimuti Dzikri sebagai penggemarnya, juga sebagai sepupu dari kekasih Yuta Takahashi.

Sama seperti balapan sebelumnya, hari ini pun Dzikri menonton balapan bersama keluarganya. Namun, ketegangan dan kegelisahan dengan hasil akhir balapan sangat jauh berbeda dari balapan-balapan sebelumnya, sekalipun di saat yang bersamaan juga terasa jauh lebih mendebarkan dan lebih bersemangat. Suara Hannah yang berkata jika kedai yang menjual Es Oyen sedang tutup terdengar ketika balapan baru berjalan setengahnya. Ketika balapan Moto2 masih berlangsung tadi, Hannah dan Aksa pamit untuk membelikan Mie Yamin dan Es Oyen. Iya, ada Aksa. Pagi tadi baru saja tiba dari Surabaya, berniat menemui Hannah sekaligus memberikan buah tangan titipan dari Yuniar.

Hannah dibantu dengan Aksa menyajikan Mie Yamin di atas meja untuk kedua orang tua Hannah, Dzikri, dan Bagas yang duduk lesehan mengitari meja kopi di ruang keluarga. Sambil mengaduk Mie Yamin miliknya, Aksa menatap sejenak ke arah layar televisi, acara apa yang membuat keluarga Hannah nampak begitu fokus. Balapan motor merupakan cabang olahraga yang paling asing di telinga Aksa. Mendengar namanya tentu pernah, tetapi Aksa tidak sekalipun tertarik untuk mencari tahu lebih tentang olahraga itu. Oleh sebab itu, Aksa tidak mengerti bagaimana aturan dalam olahraga tersebut berjalan, atau Aksa tidak tahu siapa-siapa saja pembalapnya, atau Aksa sangat asing dengan istilah-istilah dalam olahraga balap tersebut. Maka dari itu, Aksa tidak menaruh minat yang besar untuk ikut memperhatikan balapan yang tengah berlangsung tersebut, lebih baik Aksa fokus memakan Mie Yamin yang menjadi favoritnya setelah mengenal Hannah.

Namun hal itu hanya berlangsung sesaat saja, sebelum telinga Aksa mendengar sebuah nama disebutkan oleh komentator dalam balapan tersebut. "Oh my god! What race is it?! The race has only two laps left and Andrea Belluci can overtake Yuta Takahashi because he lost his balance on the third corners! It is a really-really unpredictable race."

Selanjutnya Aksa tidak lagi memperhatikan lebih jauh pembicaraan komentator tersebut. Fokusnya tertuju hanya pada nama yang baru saja disebut, Yuta Takahashi. Entah mengapa nama tersebut terdengar tidak asing. Rasanya Aksa pernah mendengar nama itu, tapi dimana? Dia tidak memiliki kenalan orang Jepang.