| bab 15 |

25 2 0
                                    

I'm glad if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)

Happy reading!!


Maudy baru saja kembali setelah bekerja seharian di rumah sakit. Beberapa hari belakangan ini—tepatnya setelah kejadian Fathan memergoki dirinya sedang bersama Aksa—Maudy jadi tidak bersemangat untuk bekerja. Kerjaan tentu banyak sekali, semuanya memang dapat Maudy selesaikan dengan baik, tetapi rasanya jiwa Maudy tidak ikut mengerjakannya. Menyelesaikan pekerjaan hanya sekedar kewajiban saja, sementara hatinya tidak ikut menyelesaikan pekerjaannya itu.

Maudy hendak masuk melangkah ke dalam lift, namun langkahnya itu terhenti tiba-tiba. Ada Fathan dan Wendy di dalam lift, sepertinya mereka naik dari basement, sebab Maudy hari ini tidak membawa mobil jadi menaiki lift dari lobi. "Hai Mod, baru pulang?"

"Iya Wen."

Rasanya canggung sekali berada di dekat Fathan, terlebih Fathan yang tidak menyapanya atau bahkan hanya sekedar melihat ke arahnya. Sepertinya di mata Fathan kesalahan yang Maudy lakukan sudah benar-benar keterlaluan. Maudy jadi kesal sendiri, terlebih ketika lift yang dinaikinya tidak kunjung sampai di lantai sepuluh tempat unit apartemennya berada.

Maudy melangkah keluar lift terlebih dahulu, kecanggungan yang terjadi harus benar-benar diakhiri, sebab rasanya tidak enak sekali. Namun, pergerakan Maudy yang memasukan password pada smart key di unit apartemennya, dihentikan oleh perkataan Wendy. "Fathan, malam ini aku makan malam bareng Maudy, ya?"

Maudy terdiam di tempatnya, tetapi matanya bergerak melirik Wendy dan Fathan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, tepat di depan unit apartemen Fathan yang berada di sebelah unit apartemennya. Maudy bertukar pandang sesaat dengan Fathan sebelum Fathan memutus pandangannya. Setelah itu Fathan mengusap puncak kepala Wendy sebelum berkata dan berlalu ke unit apartemennya. "Oke."

Maudy cukup terkejut Fathan mengizinkan Wendy untuk makan malam bersamanya. Belum sempat Maudy selesai memproses informasi yang diterima, Wendy sudah melingkar tangannya di lengan Maudy yang tidak menggantung di kenop pintu.

Maudy dapat melihat Wendy yang tersenyum ke arahnya dengan sangat bersahabat. Aneh sekali, mengapa Wendy bersikap biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa? Padahal Wendy juga memergoki dirinya saat sedang bersama Aksa. "Makan malam bareng ya Mod?"

Tersenyum canggung, hanya itu yang bisa Maudy lakukan kepada Wendy. "Boleh, Wen."

"Masuk Wen." Suara kecanggungan jelas sekali terasa dari perkataan Maudy dan hal itu tidak luput dari pendengaran Wendy.

"Apaan sih Mod. Canggung banget. Santai aja!"

Maudy justru semakin heran ketika Wendy berkata demikian. Sikap siaga dan melindungi diri langsung muncul begitu saja.

"Santai aja Mod. Aku cuma pengen makan malam bareng kamu aja. Janji enggak aneh-aneh. Kan enggak enak kalau makan malam sendiri."

"Aneh aja Wen. Pasti Fathan cerita kan ke kamu soal pembicaraan kami hari minggu kemarin?"

"Iya, Fathan cerita."

"Terus kamu enggak marah dan benci atau bahkan jijik sama aku gitu?"

Maudy terheran ketika tawa Wendy mengudara di unit apartemennya. Mengapa Wendy tertawa memangnya ada yang lucu dari pertanyaan Maudy barusan?

"Enggak lah Mod. Fathan juga enggak berpikir kaya gitu. Dia cuma kecewa aja. Buat apa dia marah atau jijik sama kamu? Begitu pun aku. Aku setuju sama Fathan kalau yang kamu lakuin itu sebuah kesalahan, tapi bukan berarti aku marah dan jauhin kamu Mod. Jangan berpikir seakan kita bakal jauhin kamu Mod."

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang