| bab 05 |

36 3 0
                                    

I'm glad if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)

Happy Reading!!

Senja sudah menyapa Singapura sejak dua jam yang lalu. Gelap perlahan semakin menyelimuti langit. Maudy baru saja bangun. Sesampainya di apartemen pukul empat sore tadi Maudy langsung tidur, lelah dan mengatuk luar biasa. Biarlah nanti malam Maudy kesulitan tidur, tidak masalah yang terpenting jangan sampai menahan kantuk saja. Itu lebih menyiksa daripada tidak bisa tidur. Perutnya sudah keroncongan. Makanan terakhir yang masuk ke dalam perutnya adalah ketika masih di pesawat, itu berarti sekitar tujuh jam yang lalu. Pantas saja perutnya sudah meronta meminta diisi. "Fathan? Udah bangun?"

Maudy menelepon Fathan, terlalu malas menghampiri unit apartemen Fathan yang terletak persis di sebelahnya. Padahal belum lama sejak terakhir kali Maudy melakukan penerbangan jarak jauh, hanya sekitar tiga bulan yang lalu, tetapi rasa lelahnya kali ini seperti sudah satu tahun tidak melakukan penerbangan jarak jauh.

"Aku lagi di restoran bawah." Ah, restoran China di lobi apartemen mereka.

"Beli makan apa?"

"Aku pesan kwetiaw sama sapo tahu, oke with that kan?"

Maudy mengangguk sekalipun Fathan tidak dapat melihatnya. Dua makanan yang disebutkan oleh Fathan semakin membuat perut Maudy bersuara lebih keras. Uh, menjijikan.

"Oke. Makan di unit kamu atau aku?"

"Kamu aja."

Maudy memutuskan sambungan telepon setelah menyetujui jika unitnya akan dijadikan tempat makan malam bagi mereka. Maudy bergerak keluar dari kamar tidurnya untuk menyiapkan peralatan makan dan memotong buah, agar ketika Fathan tiba mereka bisa langsung makan. Ah, Maudy lupa bertanya apakah Fathan membeli serta nasi atau tidak? Ya jika pun tidak, tidak masalah, Maudy bisa memanaskan nasi instan di microwave. Nasi instan asal negeri ginseng ini sangat-sangat membantu Maudy yang jarang makan dan memasak di rumah. Menanak nasi untuk sendiri atau untuk Fathan sekalipun, rasanya terlalu banyak dan ribet. Mereka jarang makan di rumah, lebih tepatnya jarang memasak. Tidak ada yang bisa memasak di antara mereka berdua. Masakan yang bisa mereka masak hanyalah masakan-masakan instan.

Suara dari kunci otomatis di unit Maudy terdengar dan sudah pasti itu Fathan. Aroma kwetiaw dan sapo tahu langsung menyebar ke penjuru unit Maudy. Perutnya semakin keroncongan saja. "Kamu mau kwetiaw atau sapo tahu?"

Maudy si penggila segala bentuk mie, pasti akan memilih kwetiaw.

"Aku udah panasin nasi di microwave, ambil aja kalau mau. Kamu kan enggak bisa makan kalau enggak ada nasi."

"Kalau enggak nasi, bukan makan itu namanya." Fathan memang seperti itu, tidak bisa jika waktunya makan tidak memakan nasi.

Maudy dan Fathan makan sambil duduk lesehan di karpet ruang tv unit apartemen Maudy, punggung mereka bersandar pada kaki sofa. Makan malam mereka diliputi keheningan, hanya denting sendok yang beradu dengan piring dan suara Chris Evans dan Robert Downey Jr. saja yang terdengar. Iya, mereka tengah menonton film Captain Amercia Civil War untuk kesekian kalinya. Awalnya Fathan dan Yuta yang menyukai kisah superhero dari Marvel Cinematic Universe ini, tapi lama-lama Maudy juga jadi menyukainya.

"Mod, may I ask you?."

"Sure, tanya apa?"

"Teman kamu yang titip cokelat dengan susu unta, itu siapa?"

Ah, benar Maudy lupa memberi tahu Aksa jika cokelat pesanannya sudah dia belikan. Maudy menemukan cokelat itu di pusat oleh-oleh yang berada di bandara. "Pesanan Mas Aksa."

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang