| bab 49 |

19 1 0
                                    

Happy reading!!!


Waktu terus berjalan. Hidup pun tentu harus terus berjalan. Pernah berada di masa menyia-nyiakan waktu dengan perasaan bersalah dan kekecewaan terhadap diri sendiri membuat Maudy tersadar untuk kembali menjalani kehidupannya dengan sebaik mungkin. Tidak mendapatkan apapun selain keterpurukan pada waktu itu, membuat Maudy semakin tersadar ketika satu hal dalam hidup tidak sedang berjalan dengan baik, maka bukan berarti hal lain pun harus tidak berjalan dengan baik. Hidup terlalu berharga untuk disia-siakan. Terlalu banyak hal hebat di dunia ini yang sayang untuk dilewatkan. Maka dari itu, menerima tawaran Ginardi untuk menjadi asisten praktikum di Fakultas Kedokteran tempat Ginardi mengajar menjadi titik balik Maudy untuk kembali menjalani hidupnya dengan lebih baik setelah kehidupan percintaannya diambang kehancuran, masih bahkan hingga saat ini.

Awalnya terasa berat. Melupakan permasalahan yang terjadi, bersikap seakan tidak terjadi apa-apa, bahkan memilih untuk sejenak melupakan kesalahan yang telah dilakukannya kepada Yuta agar dapat lebih fokus dengan pekerjaan barunya, tentu tidak mudah untuk dilakukan. Tetapi empat bulan menjalaninya, Maudy mulai merasakan kenyamanan untuk bekerja sebagai asisten praktikum. Bertemu dan bercengkrama dengan banyak orang, mulai dari sesama asisten praktikum, para mahasiswa, bahkan hingga para professor di Fakultas Kedokteran ini membuat kehidupan Maudy yang semula redup kini perlahan hidup kembali. Hari-hari yang dilaluinya mulai terasa lebih ringan. Rasanya beban perasaan bersalah yang begitu besar itu perlahan mulai memudar. Mungkin, Maudy sudah mulai berdamai dengan perasaan bersalah dan kekecewaan terhadap dirinya sendiri itu.

Berbicara soal Yuta, tidak banyak yang Maudy ketahui. Informasi tentang Yuta yang Maudy ketahui masih bersumber dari berita, media sosial, dan sesekali dari Austin atau kedua orang tua Yuta. Iya, Austin sudah mengetahui jika hubungan Maudy dan Yuta sedang tidak baik-baik saja, tetapi hanya sebatas itu, Austin tidak mengetahui secara spesifik tentang masalah yang sedang terjadi. Sementara kedua orang tua Yuta, memang sesekali mereka menghubungi Maudy untuk bertanya kabar, bahkan dua minggu yang lalu Maudy menghabiskan akhir pekannya bersama dengan mereka. Tidak ada yang berubah, Perlakukan kedua orang tua Yuta terhadap Maudy masih tetap sama. Bahkan ketika Maudy meminta maaf karena telah menyakiti Yuta, mereka hanya membalasnya dengan senyuman lalu memeluk Maudy. Mereka memang mengungkapkan kekecewaannya, tetapi tidak dengan nada bicara tinggi, tidak dengan emosi yang meledak-ledak. Mereka menyampaikannya dengan lembut dan tidak menghakimi, sama seperti apa yang Yuta lakukan kepada Maudy bulan Januari kemarin. Tolong selalu ingatkan Maudy untuk bersyukur karena memiliki calon mertua seperti mereka—jika memang hubungannya dengan Yuta masih dapat diselamatkan.

Maudy memijat lehernya yang kaku. Sejak pagi tadi hingga matahari sudah mulai berjalan ke ufuk barat, Maudy dan Haruka—sesama asisten praktikum untuk mata kuliah anatomi—belum juga selesai memeriksa jurnal praktikum para mahasiswa yang jumlahnya tidak banyak, enam puluh orang. Hanya saja memeriksa jurnal praktikum mahasiswa untuk merekap nilai praktikum mereka pada mata kuliah anatomi tidak mudah dilakukan. Iya, semester genap ini akan segera selesai, maka dari itu seluruh tenaga pendidik di Fakultas Kedokteran dan juga fakultas lainnya di Universitas ini sedang sibuk-sibuknya merekap dan mengolah nilai para mahasiswa.

Maudy merasakan getar di ponselnya. Sebuah notifikasi muncul pada layar ponselnya. Terdapat satu pesan singkat yang baru saja masuk ke ponselnya. Melihat nama pengirim pesan singkat tersebut seketika membuat senyum bahagia terbit di wajah lelah Maudy. Pesan itu seperti oasis, seperti mata air yang tiba-tiba ditemukan di tengah padang pasir, memberikan kesejukan.

Haruka yang melihat hal itu tentu merasa heran. Hal sebahagia apa yang Maudy dapatkan melalui ponselnya itu, sampai-sampai seperti dapat mengobati rasa lelah dari memeriksa jurnal praktikum—terlihat dari senyum Maudy yang begitu lebar dan bersemangat itu. "Ada ap—"

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang