| bab 42 |

21 1 0
                                    

Happy reading!!!


Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda untuk melampiaskan emosinya. Ada yang memilih berteriak, marah-marah, menangis, melemparkan barang, memukul, memakan makanan dengan porsi besar, atau bahkan hanya sekedar diam sambil mengatur napas. Yuta termasuk ke dalam kategori terakhir. Jika emosinya terpancing, maka Yuta akan diam sembari mengatur napasnya. Jika hal itu belum cukup untuk meluapkan emosinya, maka Yuta akan menangis dalam diam, tanpa orang lain perlu tahu. Maka dari itu, sejak tadi mendengar pengakuan dan penjelasan dari Maudy, sekalipun emosinya begitu terpancing, Yuta hanya diam saja, mengatur napasnya. Sebab hanya hal itu yang bisa Yuta lakukan agar emosi sesaatnya tidak menguasai dirinya.

Sejak kecil Yuta sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk tidak mudah terpedaya oleh emosi sesaat. Mereka berkata, jika emosi sesaat yang menguasai dirinya itu dapat menghancurkan hidup Yuta, bahkan mungkin dapat melukai orang lain. Mereka juga berkata, jika jangan sampai emosi sesaat yang menguasainya itu berhasil menciptakan penyesalan di kemudian hari. Hal tersebut terus tertanam di dalam diri Yuta hingga saat ini. Siapapun yang berhasil memancing emosinya, tidak pernah Yuta balas atau layani. Yuta akan diam mendengarkan. Jika sudah sendirian dan dalam kondisi tidak sanggup menahan emosi, maka Yuta akan menangis.

Mungkin sebagian orang akan berkata jika sikap Yuta yang seperti itu justru malah akan membuat Yuta diinjak-injak. Pada awalnya mungkin iya. Tetapi lama kelamaan, tidak. Sikapnya yang diam, juga ketus, akan cenderung membuat orang yang membuatnya emosi tidak banyak tingkah. Karena Yuta yakin terkadang, akibat yang kita peroleh—sebuah pukulan misalnya—berasal dari emosi kita yang tidak terkendali dan bukan tidak mungkin kita menjadi pelampiasan emosi orang lain akibat emosi kita sendiri yang tidak terkendali itu. Yuta tidak ingin itu. Bersikap diam dan tenang adalah cara terbaiknya untuk mengendalikan dan melampiaskan emosinya. Terlebih lagi jika orang yang memancing emosinya adalah orang-orang yang Yuta sayangi, sudah dapat dipastikan Yuta hanya akan diam saja.

Tetapi malam ini tidak. Setelah lima tahun yang lalu, mantan kepala teknisinya saat di Moto2 berhasil memancing emosi Yuta dengan begitu hebat hingga membuat Yuta menangis. Malam hari ini Yuta kembali menangis dan Maudy lah yang menjadi penyebabnya. Perempuan yang teramat sangat Yuta cintai dan hormati.

Sejak berbicara dengan Maudy tadi, emosinya sudah hampir tidak terbendung. Tetapi Yuta berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Yuta tidak ingin menangis di depan Maudy, apalagi sampai dirinya benar-benar lepas kendali, memaki atau memukul Maudy bahkan. Yuta tidak ingin itu. Memaki dan memukul seseorang yang berhasil memancing emosinya adalah hal yang sangat Yuta hindari. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah pelampiasan emosi terbaik, tetapi tidak bagi Yuta. Sebab bukannya dapat menyelesaikan masalah yang terjadi, tetapi malah menambah masalah baru. Bukannya emosi dapat mereda, tetapi malah semakin menjadi. Yuta tidak ingin itu. Masalah tidak akan cepat selesai jika kedua pihak atau bahkan salah satu pihak terpancing emosi.

Maka dari itu, ketika akhirnya Yuta sampai di kamar hotelnya, Yuta menatap pantulan wajahnya di cermin. Membaca ekspresi wajahnya yang tengah emosi dan kecewa. Raut wajahnya tidak bisa tertutup dengan baik, terlalu kentara bahwa dirinya tengah emosi dan kecewa berat. Yuta tidak ingin emosi dan kekecewaan itu terus menyelubunginya. Yuta harus segera menjernihkan pikirannya dari emosi dan kekecewaannya ini. Yuta tidak ingin jika keputusan dan sikap yang diambilnya untuk menghadapi Maudy terjadi saat dirinya sedang gelap mata. Yuta tidak ingin keputusan itu merugikan siapapun. Dan Yuta pun tidak ingin menyesali keputusan dan sikap yang diambilnya itu. Terlebih lagi, Yuta yakin jika tidak lama lagi Austin akan kembali ke kamar hotel mereka untuk beristirahat. Emosi dan kekecewaannya ini harus segera ditutupi atau bahkan dihilangkan, jangan sampai Austin mengetahuinya.

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang