| bab 18 |

21 2 0
                                    

I'm glad if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)

Happy reading!!

Kalian pernah mencintai seseorang yang tidak pernah kalian duga sebelumnya? Mendambakan kehadirannya di dalam kehidupan kalian. Berharap bisa menghabiskan sisa hidup kalian bersama dengan dia. Itu adalah hal yang Aksa rasakan terhadap Maudy. Aksa tidak pernah sekalipun menduga akan jatuh cinta kepada sepupu dari pacarnya sendiri, hingga memilki harapan untuk menghabiskan hidup bersama dengannya. Harapan yang sangat ingin Aksa realisasikan hingga rela untuk perlahan melepas Hannah dan berniat mengakhiri hubungannya dengan Hannah, tanpa mempedulikan cacian yang mungkin akan Aksa terima. Aksa sama sekali tidak peduli. Semua Aksa lakukan demi dapat bersama dengan Maudy. Perempuan yang sangat Aksa dambakan dan Aksa cintai. 

Tapi ternyata, harapan itu hanya milik Aksa seorang. Kepercayaan dirinya yang terlalu tinggi hingga meyakini jika Maudy juga memiliki perasaan yang sama, ternyata malah membuat Aksa harus merasakan sakit hati. Terlebih lagi Maudy menganggap jika kebersamaan mereka selama ini tidak berarti apa-apa. Kalah sebelum berperang itu terlalu menyakitkan. 

Aksa mengusap kasar wajahnya berkali-kali. Aksa tidak menyangka jika kebersamaannya dengan Maudy tidak berarti apa-apa bagi Maudy. Selama ini Aksa mengira jika Maudy yang selalu menerima ajakan Aksa untuk bertemu, bahkan terkadang menawarkan diri untuk bertemu itu, karena memang Maudy sangat suka menghabiskan waktu dengan Aksa dan menganggap hal itu berarti. Tetapi ternyata tidak. 

Aksa tidak yakin sebetulnya jika pernyataan Maudy tentang kebersamaan mereka yang tidak berarti itu benar adanya. Karena jika hal itu benar, maka Maudy tidak akan mau repot-repot menghabiskan waktu libur bekerjanya—yang jelas bisa Maudy gunakan untuk istirahat—dengan menghabiskan waktu bersama Aksa. Maudy juga tidak akan menerima ajakan Aksa untuk bertemu, mengingat Aksa adalah pacar Hannah, sepupunya sendiri. Tetapi pada kenyataannya justru Maudy melakukan hal yang sebaliknya, bukankah justru janggal jika Maudy berkata bahwa kebersamaan mereka tidak berarti apapun?

Aksa yakin jika Fathan berperan dalam keputusan yang Maudy ambil. Tampaknya Fathan tidak menyukai kedekatan yang terjalin di antara Aksa dan Maudy. Aksa yakin jika Fathan mempengaruhi Maudy untuk mengakhiri kedekatan mereka. Aksa tahu jika Maudy sangat dekat dan seakan tunduk kepada Fathan, sehingga bukan hal yang tidak mungkin jika Maudy menuruti apapun perintah Fathan bukan?

Aksa merasakan sesak yang begitu hebat akibat perasaannya yang tidak berbalas, juga tentang fakta yang baru diketahuinya malam ini—Maudy yang tidak menganggap kedekatan mereka tiga bulan terakhir ini istimewa. Namun, sebagian dari diri Aksa percaya jika perasaannya kepada Maudy itu berbalas. Kepercayaan diri yang entah memang nyata adanya atau justru kepercayaan diri itu datang karena Aksa yang terlalu berharap? Tetapi Aksa tidak peduli. Hal yang saat ini Aksa pedulikan adalah mengikuti keinginan Maudy saja. Mewujudkan keinginan seseorang yang di sayangnya adalah sebuah keharusan bagi Aksa. Apapun itu.

Aksa tidak akan menghubungi dan menemui Maudy lagi. Aksa akan pergi dari kehidupan Maudy dan kembali ke dalam kehidupan Hannah, seperti yang Maudy inginkan. Tapi jangan harap Aksa akan menghilangkan perasaannya untuk Maudy. Menghilangkan perasaan karena keinginan diri sendiri saja susah, apalagi dengan paksaan. Saat ini Aksa akan mengambil langkah mundur dari harapannya untuk menjadikan Maudy sebagai pasangan hidupnya. Langkah mundur yang diambil untuk mempersiapkan diri dan menyusun rencana agar bisa melangkah lebih jauh lagi, hingga akhirnya Aksa bisa mendapatkan Maudy. 

“Aku enggak akan menyerah begitu aja Mod. Aku akan pastikan jika keputusan yang kamu ambil malam hari ini adalah sebuah kesalahan. Aku akan pastikan jika kamu menyesal mengakatan bahwa kebersamaan kita itu tidak berarti apa-apa.”

*****

Aksa masih berkutat dengan pekerjaannya sekalipun jam makan siang belum berakhir. Aksa butuh mengalihkan pikiran agar tidak memikirkan Maudy terus-menerus, sebab Aksa khawatir jika terus memikirkan Maudy maka Aksa akan nekat menghubungi Maudy. Ketika sedang menuliskan poin-poin penting yang akan disampaikannya di rapat rutin besok, sebuah panggilan masuk ke dalam telepon di meja kerjanya. Kening Aksa berkerut, siapa yang menghubunginya di jam makan siang. Seberapa pentingkah panggilan itu, mengingat seluruh karyawan di perusahaan ini mengetahui jika Aksa paling tidak suka diganggu saat makan siang, terkecuali ada urusan yang sangat-sangat mendesak. 

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang