| bab 43 |

14 1 0
                                    


Happy reading!!!


Maudy sudah kembali ke Pedralbes satu minggu yang lalu. Tidak ada kegiatan yang berarti yang Maudy lakukan selama satu minggu itu. Hanya diam di rumah, tidur, makan, menonton, dan membaca. Kegiatan olahraga yang tidak pernah terlewatkan pun, kini sengaja dilewatkan. Gairah Maudy untuk beraktivitas menghilang begitu saja seiring dengan tidak eksisnya Yuta di kehidupannya. Seharusnya Maudy merasa biasa saja. Toh selama ini pun mereka menjalin hubungan jarak jauh, bukan hal yang aneh ketika satu sama lain tidak hadir secara fisik di dalam kehidupan masing-masing. Hanya saja kali ini rasanya jelas berbeda. Absennya Yuta di dalam kehidupan Maudy saat ini tidak hanya sebatas fisik saja, tetapi memang benar-benar menghilang, tanpa ada satu kabarpun yang tersisa.

Rasa kehilangan itu semakin nyata ketika selama satu minggu ini—di setiap harinya—Maudy selalu duduk di window seat yang tepat mengarah ke rumah Yuta. Memperhatikan lekat-lekat ke pekarangan dan pintu masuk rumah Yuta. Menunggu adanya aktivitas yang dilakukannya oleh sang pemilik rumah. Maudy mungkin sudah terlihat seperti penguntit. Tetapi hanya itu yang saat ini bisa Maudy lakukan untuk mengetahui kabar Yuta dan untuk mengetahui jika Yuta dalam keadaan baik dan sehat.

Seperti pagi hari ini, di hari Sabtu, Maudy dengan segelas cokelat panas di tangannya menunggu Yuta yang terbiasa keluar rumah di pagi hari buta—pukul enam—untuk berlari pagi. Jika dulu sebelum pengakuan pengkhiantan itu, Maudy akan berlari keluar rumah, menyapa Yuta atau terkadang ikut berlari pagi juga bersama Yuta, dan kemudian setelah selesai mereka akan sarapan bersama di rumah Yuta dengan menu sarapan yang hampir selalu sama, sereal dan susu untuk Maudy, serta salad dan ayam panggang untuk Yuta. Namun tidak dengan hari ini—dengan seminggu ini—setelah selesai berlari selama dua jam, Yuta akan kembali ke rumahnya, bahkan tanpa sedikit pun melirik ke arah rumah Maudy.

Apakah hati Maudy merasa sakit? Tentu saja. Melihat Yuta yang benar-benar mengabaikan kehadiran Maudy dan memilih untuk pergi dari hidup Maudy, bohong jika Maudy tidak merasakan sakit hati. Hanya saja, ini semua adalah konsekuensi yang harus Maudy tanggung bukan? Maudy sendiri yang memilih untuk berkhianat. Maudy sendiri yang memilih untuk mengakui pengkhianatan itu kepada Yuta. Maka sudah sepantasnya Maudy menerima apapun konsekuensinya, sudah sepantasnya Maudy tidak protes tentang sikap yang ditunjukkan oleh Yuta. Suka atau tidak, Maudy harus menerimanya.

Terkadang Maudy berpikir, akan kemanakah Yuta membawa langkah untuk hubungan mereka, akankah berlanjut atau berakhir. Jika dilihat dari besarnya kesalahan yang Maudy lakukan, rasanya berakhirnya hubungan mereka merupakan pilihan yang paling masuk akal. Sulit untuk mengembalikan kepercayaan yang sudah pernah hancur. Sulit untuk menyakinkan diri jika tidak akan ada lagi pengkhianatan di dalam hubungan mereka nantinya. Walaupun jelas Maudy tidak akan mengulanginya lagi. Pengkhianatan itu adalah yang pertama dan terakhir kalinya akan Maudy lakukan. Maudy tidak akan mengulanginya lagi. Hanya saja itu merupakan keyakinan yang muncul dari sisi Maudy, tetapi jika dari sisi Yuta? Tentu tidak akan semudah itu.

Maudy merasakan getaran dari tempatnya duduk. Ternyata ponselnya bergetar. Nama Camilla muncul sebagai penyebab dari ponselnya yang bergetar. "Halo!"

"Halo Mod! I heard that you were back in Pedralbes a week ago."

Darimana Camilla mengetahuinya? Seingat Maudy, dia tidak memberitahukan kepada siapapun tentang kepulangannya ke Pedralbes minggu lalu, termasuk tidak memberikan pengumuman di media sosialnya. Seakan tahu Maudy tengah dilanda kebingungan, Camilla melanjutkan kalimatnya.

"I heard from Sergio, yesterday. He is catch up Yuta at the office and he said that you were in Pedralbes since a week ago."

Maudy terdiam. Jadi, Yuta mengetahui bahwa Maudy sudah kembali ke Pedralbes satu minggu yang lalu. Jika seperti itu, artinya Yuta mengetahui keberadaannya. Lantas, mengapa Yuta seakan menganggap jika Maudy belum kembali, melewati rumah Maudy setiap pagi tanpa sekalipun pernah melirik ke rumah Maudy.

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang