I'm glad if you willing to give a vote or a comment on this chapter!
Happy reading!
Senja sudah mulai menyapa. Semburat jingga mulai terlihat. Hannah masih berdiam diri di kursi kerjanya, menyandarkan punggung yang seharian ini belum juga beristirahat. Beberapa rekan kerjanya ada yang sudah pulang, dari total enam orang yang berada di departemen HR ini, hanya menyisakan tiga orang saja—Hannah dan dua orang lainnya—yang memang hendak rapat selepas jam kantor selesai. Besok terdapat agenda untuk tes psikotes calon pekerja di perusahaan dan dikarenakan ada perubahan materi tes psikotes secara mendadak, alhasil mereka harus rapat setelah jam kantor selesai.
Pak Januar—atasan Hannah yang menjabat sebagai Manajer dari Tim Rekrutmen—memberikan waktu istirahat sekitar lima belas menit sebelum rapat dimulai. Hannah menggunakan waktu itu untuk memakan camilan yang dia pesan melalui ojek online sebelum jam kerja selesai tadi. Sembari makan tangan Hannah sibuk menggulirkan layar ponselnya yang menampilkan laman dari aplikasi Instagram. Namun, setelah beberapa detik berlalu bahkan menit berlalu, Hannah tidak kunjung menggulirkan kembali layar ponselnya. Tampilan layar ponselnya berhenti pada foto yang diunggah oleh Aksa, tiga puluh menit yang lalu.
Sepintas, tidak ada yang aneh dengan foto itu. Hanya kumpulan foto-foto rekapan perjalanan Aksa, Diana, dan Hafizh di Singapura akhir pekan kemarin, total terdapat tiga foto yang Aksa unggah. Foto pertama adalah foto mereka yang sedang duduk di dalam café termasuk Maudy di dalamnya. Foto kedua adalah foto mereka di depan venue konser yang menampilkan poster konser yang berukuran besar, termasuk di dalamnya ada Maudy, Fathan, dan Wendy juga. Foto terakhir adalah foto mereka berenam di depan bola dunia di pintu masuk Universal Studios. Tidak ada yang aneh bukan dengan foto-foto itu? Tentu jika orang yang lain yang melihatnya tidak akan melihat ke janggalan di dalam foto-foto itu. Tetapi berbeda dengan Hannah. Rasanya seperti ada perasaan janggal yang menyusupi diri Hannah ketika melihat foto-foto itu, terlebih foto kedua dan ketiga yang menampilkan posisi Aksa dan Maudy yang berdiri berdekatan. Selain itu, senyuman Aksa di dalam foto itu baru Hannah lihat untuk kali pertama. Senyuman yang luar biasa lebar dan lepas, seakan menyiratkan bahwa hari itu adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidup Aksa.
Tetapi tentu Hannah tidak boleh mempertahankan perasaan janggal ini bukan? Hannah harus berpikiran positif dan tidak boleh berpikiran negatif. Tidak mungkin ada sesuatu hal yang terjadi di antara Maudy dan Aksa selama dua hari mereka di bertemu di Singapura bukan? Maudy sangat mencintai Yuta dan Aksa pun bukan tipe laki-laki yang akan dengan mudahnya bermain api. “Enggaklah, enggak mungkin. Apaan sih enggak usah overthingking deh.”
Pemikiran buruk Hannah semakin menjadi ketika melihat Instagram Story yang di unggah oleh Diana. Unggahan itu berisi foto yang menampilkan punggung Wendy, Fathan, Aksa, dan Maudy yang sedang berjalan di dalam area Universal Studios. Foto yang Hannah yakini diambil secara candid. Seharusnya pemikiran buruk Hannah itu tidak semakin menjadi, jika saja Aksa yang di dalam foto itu tidak menatap ke arah Maudy. Seakan tengah memperhatikan Maudy dengan intens.
Hannah kesal dengan diri sendiri yang dengan mudahnya berpikiran negatif dan menuduh yang tidak-tidak terhadap Aksa dan Maudy. Kemana perginya rasa percaya Hannah terhadap Aksa? Jika hanya melihat foto Aksa dengan perempuan lain saja—yang mana itu adalah sepupunya sendiri juga—Hannah bisa dengan mudahnya menuduh yang macam-macam. Pemikiran negatif ini harus segera diakhiri, Hannah harus mengalihkan pikirannya terhadap hal lain, mungkin dengan bermain games.
Tetapi itu sia-sia saja. Pikiran negatif Hannah tentang Aksa dan Maudy tidak kunjung hilang, justru malah semakin berkembang. Asumsi Hannah tentang mereka semakin liar. Hannah jadi kesal sendiri. Hannah paling tidak suka berasumsi. Hannah lebih suka kejelasan daripada ketidakjelasan yang dibuat seakan-akan menjadi jelas oleh diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Logika & Rasa
ЧиклитIni cerita tentang Maudy yang bertemu dengan seorang laki-laki di waktu yang tidak tepat. Laki-laki yang memiliki kehidupan berbeda dengan dirinya, tetapi mampu memberikan apa yang selama ini Maudy inginkan. Laki-laki yang membuat Maudy merasakan ke...