| bab 50 |

17 3 0
                                    


Hello everyone! sorry for being late update again. I have a new routine in my real life, so I've struggling to balance my time and my task. Here a new chapter for you!

Happy reading!!!


"Apa kabar?"

Rasanya kalimat sederhana yang diucapkan Yuta itu menjadi terdengar sangat asing di telinga Maudy. Ternyata memang benar adanya, jika kalimat yang dulu terbiasa untuk didengar, lantas perlahan kita tidak mendengarnya lagi, maka ketika kalimat itu kembali terdengar, rasanya akan sangat-sangat asing. Sebenarnya tidak ada yang aneh dari kalimat itu, tetapi karena kita yang pernah tidak mendengarnya kini kembali mendengarnya lagi, dari orang yang pernah menjadi sangat istimewa di dalam hidup kita.

"Aku baik. Alhamdulillah." Sebenarnya Maudy ingin bertanya juga tentang kabar Yuta, hanya saja melihat Yuta yang duduk di depannya saat ini, memainkan sumpitnya sembari menunggu pesanan sushi mereka tiba, tentu dapat dengan mudah disimpulkan jika Yuta juga dalam keadaan baik. Tidak mungkin jika Yuta sedang tidak baik-baik saja, dia akan terbang jauh dari Barcelona ke Tokyo.

Restoran teppanyaki di salah satu hotel bintang lima di wilayah Akasaka, Tokyo sengaja Yuta pilih sebagai tempat untuk berbicara dengan Maudy hari ini. Alasannya sederhana. Tempat ini lebih privat dan lebih netral, tanpa adanya konfrontasi dari pihak keluarga Maudy ataupun Yuta.

"Kita bicara setelah makan saja, ya?"

Maudy tahu jika pertanyaan yang diberikan oleh Yuta hanya semacam konfirmasi persetujuan semata saja. Karena bagaimanapun, pesanan steamed fresh whole rock lobster yang mereka pesan sudah selesai dimasak oleh Chef nya. Jadi, memang lebih baik menyantap makan siang mereka terlebih dahulu sebelum berbicara. Lagipula sepertinya memang dibutuhkan energi yang lebih untuk memulai pembicaraan mereka hari ini.

Maudy dan Yuta sama-sama menyantap hidanganyang mereka pesan dalam diam. Maudy yang memang masih ragu untuk membuka percakapan dengan Yuta—karena perasaan bersalah itu kembali muncul ketika melihat Yuta di depan gedung fakultas tadi—dan Yuta yang tidak tahu harus membuka percakapan dari mana, sebab tidak banyak hal yang Yuta ketahui tentang kehidupan Maudy selama enam bulan terakhir ini. Hanya Maudy yang pulang ke Tokyo dan bekerja sebagai asisten praktikum di Fakultas Kedokteran tempat Ginardi mengajar. Itu saja. Hanya kehidupan karir Maudy, selebihnya Yuta tidak mengetahuinya.

Bukannya Yuta tidak mencari tahu, hanya saja perasaan kecewa dan emosi yang sempat menyelebungi dirinya membuat Yuta enggan untuk mencari tahu tentang kehidupan Maudy. Yuta hanya bermodalkan unggahan media sosial Maudy atau Fathan atau kedua orang tua Maudy, yang sayangnya justru tidak memberikan info apapun. Kembalinya Maudy ke Tokyo seakan menutup semua akses bagi Yuta untuk mengetahui tentang bagaimana kehidupan Maudy berjalan setelah Yuta memutuskan untuk pergi sejenak dari hidup Maudy,

Awalnya Yuta merasa tidak adil, Maudy yang masih bisa mengetahui tentang kehidupan Yuta melalui berita atau media sosial, sementara dirinya sama sekali tidak dapat mengetahuinya. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu Yuta tersadar, jika selama ini memang seperti itulah kehidupan Maudy, jauh dari pemberitaan. Kehidupan Maudy yang selalu diberitakan justru terbentuk karena Maudy bersama dengan Yuta. Jika tidak maka tidak akan seperti itu. Pantas saja jika Maudy pernah merasa khawatir apabila hubungan mereka diungkapkan ke publik.

Yuta terlonjak ketika mendengar dehaman dari Maudy. Pertanyaan yang selanjutnya dilontarkan Maudy justru malah membuat Yuta tersedak. Ada apa dengan dirinya? Mengapa bertemu dengan Maudy sampai gugup seperti ini? Mengapa fokus Yuta bisa hilang dengan mudahnya? Tolong salahkan pikiran Yuta yang justru melayang memikirkan hal yang tidak seharusnya Yuta pikirkan lagi. Kehidupan Maudy yang terekam kamera sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Bukan itu yang harusnya Yuta pikirkan, melainkan bagaimana kelanjutan hubungan mereka saat ini.

Logika & RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang