I'm glad if you are willing to vote or comment for this chapter :)
Happy reading!
Maudy suka sekali terbang. Bepergian menggunakan pesawat merupakan kegiatan yang selalu menyenangkan bagi Maudy, sejak kali pertama naik pesawat saat usia satu tahun hingga kini berusia dua puluh enam tahun. Entah sudah kali ke berapa Maudy naik pesawat, mungkin sudah seratus kali lebih Maudy naik pesawat. Iya sesering itu dan Maudy tidak pernah bosan. Jika diingat kembali, terdapat hal spesifik yang membuat Maudy menyukai bepergian dengan menggunakan pesawat. Pertama, Maudy dapat melihat dengan jelas kumpulan awan-awan yang membentang luas layaknya samudera. Kedua, Maudy dapat menyaksikan dengan begitu detail bagaimana perubahan warna langit yang terjadi pada setiap pergeseran waktu. Ketiga adalah hal yang menakjubkan sekaligus indah bagi Maudy, yaitu ketika menyaksikan matahari terbit atau tenggelam, semburat jingga dan biru atau gelapnya langit yang mewarnai putihnya awan. Ketiga hal itu tentu hanya dapat Maudy saksikan ketika ia mendapatkan kursi persis di sebelah jendela, oleh karena itu, Maudy selalu mengusahakan diri untuk mendapatkan kursi tepat di sebelah jendela, bahkan Maudy pun rela jika harus membayar lebih untuk mendapatkan kursi di sebelah jendela itu. Karena seringkali selama perjalanan Maudy tidak tidur dan memilih sibuk memandang langit—terlebih ketika ketiga hal yang Maudy sukai dari naik pesawat akan segera disaksikannya.
Sama seperti hari ini, Maudy mendapatkan kursi di dekat jendela. Tetapi jadwal penerbangan dini hari tidak pernah Maudy sukai, sekalipun ini bukan kali pertamanya melakukan penerbangan di hari. Selain harus menunggu hingga larut malam untuk boarding, juga ketika masuk ke dalam pesawat dan lepas landas tidak ada yang dapat Maudy saksikan. Tidur pun bukan pilihan yang baik, sebab Maudy tidak pernah bisa tidur nyenyak di dalam pesawat, sekalipun berada di business class atau first class.
"Tidur Mod, sampai Doha pagi hari, biar enggak jet lag."
"Iya, aku usahain untuk tidur."
Iya, Maudy sedang dalam perjalanan menuju Doha, bersama dengan Fathan tentunya. Ini kali pertama Maudy dan Fathan mengunjungi Doha dengan tujuan bukan untuk sekedar transit. Tetapi memang Doha menjadi tempat yang mereka kunjungi di akhir pekan kali ini. Maudy dan Fathan berangkat hari Sabtu dini hari dari Singapura dan diperkirakan mereka sampai di Doha pada Sabtu pagi hari waktu setempat.
Kunjungan Maudy ke Doha bukan hanya untuk liburan semata, tetapi dalam rangka untuk melepas rindu dengan seseorang yang kali terakhir Maudy temui bulan Desember lalu ketika mereka berlibur ke Dubai. Tugas Fathan tentu untuk menemani dan mengawal Maudy saja. Awalnya pacar Fathan—Wendy—akan ikut juga, tetapi tidak jadi dikarenakan terdapat pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
Perjalanan selama delapan jam menuju Doha terasa begitu lama, seperti perjalanan ke Amerika yang memakan waktu sehari penuh. Hal itu dikarenakan Maudy tidak bisa tidur dengan nyenyak. Maudy sudah dapat memastikan bahwa hari pertamanya di Doha akan diwarnai dengan dirinya yang mudah sekali mengantuk.
"Ngantuk?"
"Iya."
"Masa mau pacaran malah ngantuk? I told you before to go slept."
"I did kok, but not for a long time aja."
Fathan hanya geleng-geleng kepala mendengar pembelaan Maudy. Fathan heran dengan kebiasaan Maudy yang satu itu. Maudy sering bepergian menggunakan pesawat, bahkan cukup sering juga bepergian ke tempat yang zona waktunya cukup jauh dengan zona waktu dari tempat keberangkatan Maudy, tetapi hingga saat ini jika diharuskan untuk tidur demi terhindar dari jet lag, Maudy masih saja kesulitan.
Kedatangan Maudy dan Fathan di Doha International Airport disambut oleh seseorang yang mereka kenal bernama Austin Rener.
"Hai guys! It's has been long time since in Germany last year!" Austin memberikan pelukan selamat datang kepada Maudy dan Fathan secara bergantian. Iya, terakhir Maudy dan Fathan bertemu dengan Austin adalah di Jerman bulan Juni tahun lalu, sebab di Desember tahun kemarin baik Fathan dan Austin tidak ikut bergabung bersama Maudy ketika pergi berlibur ke Dubai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Logika & Rasa
Chick-LitIni cerita tentang Maudy yang bertemu dengan seorang laki-laki di waktu yang tidak tepat. Laki-laki yang memiliki kehidupan berbeda dengan dirinya, tetapi mampu memberikan apa yang selama ini Maudy inginkan. Laki-laki yang membuat Maudy merasakan ke...