I'm happy if you willing to leave a vote or a comment in this chapter :)
Happy Reading!
Sudah tiga minggu berjalan sejak Maudy dan Aksa bersepakat untuk menentukan hari dimana mereka akan melanjutkan menonton episode dari series asal Jerman itu yang kemudian mereka lanjutkan dengan sesi diskusi. Selama tiga minggu berjalan itu, banyak hal yang terjadi dan berubah. Di awali dengan pertanyaan, apakah hari ini sibuk? Pertanyaan yang semula ditanyakan untuk kepentingan menonton bersama kini berubah menjadi sebuah rutinitias. Pertanyaan yang awalnya hanya satu macam, kini berubah menjadi bermacam-macam. Tidak hanya pertanyaan "apakah hari ini sibuk atau tidak?" saja, tetapi juga perlahan bergerak ke pertanyaan-pertanyaan lainnya, seperti "hari ini ngapain aja?" atau "hari ini kerjaan banyak atau enggak?" atau "hari ini ada kerjaan yang bikin kesal enggak?" atau "hari ini ada kerjaan yang bikin senang enggak?". Pertanyaan-pertanyaan yang awalnya ditanyakan sebagai sebuah pelengkap atau sambungan dari pertanyaan lainnya, kini berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan yang setiap hari rutin ditanyakan. Pertanyaan-pertanyaan itu mengawali sesi curhat di setiap sore atau malam hari sepulang Aksa dan Maudy dari bekerja. Sesi curhat yang sudah mereka jalani selama beberapa hari terakhir ini—tepatnya untuk menggantikan sesi diskusi series yang episodenya sudah mereka rampungkan minggu lalu.
Sesi curhat yang membahas begitu banyak hal, tidak hanya soal pekerjaan saja, tetapi juga soal rekan kerja, soal keseharian mereka di hari itu, soal kondisi jalanan Jakarta yang tidak kunjung membaik, soal rekomendasi tempat makan, soal rekomendasi film atau series, soal politik, soal ekonomi, soal hal-hal yang sedang menjadi pembicaraan di masyarakat, hingga soal hal remeh seperti menu makan siang apa yang mereka santap atau menu makan malam apa yang hendak mereka santap. Sesi curhat yang tanpa pernah mereka sangka akan menghabiskan waktu hingga berjam-jam. Terkadang jika jari sudah lelah mengetik pesan, maka sesi curhat akan berubah menjadi panggilan telepon dan tidak jarang juga berubah menjadi panggilan video.
Maudy dan Aksa sama-sama merasakan kenyamanan ketika bercerita tentang keseharian mereka kepada satu sama lain. Bercerita dengan selayaknya bercerita—di dengarkan dari awal hingga akhir, tanpa adanya intervensi dari si pendengar. Maudy dan Aksa juga sama-sama merasakan kelegaan yang luar biasa ketika sudah menceritakan keluh kesah mereka di hari itu kepada satu sama lain. Hal yang sayangnya sama-sama juga tidak bisa mereka dapatkan dari pasangan mereka masing-masing. Hannah yang tidak terlalu suka jika Aksa hanya bercerita tentang dirinya sendiri dan Yuta yang tidak selalu bisa mendengar keluh kesah Maudy karena harus bekerja dan perbedaan waktu yang cukup jauh di antara mereka. Maka dari itu, Maudy dan Aksa senang luar biasa ketika bisa memiliki teman berbagi keluh kesahnya. Rasanya seperti menemukan tempat untuk pulang.
Meskipun demikian, baik Maudy ataupun Aksa, tidak sedikit pun mengurangi komunikasi mereka dengan pasangan masing-masing. Maudy masih rutin berkomunikasi dengan Yuta, begitu pula dengan Aksa yang masih rutin berkomunikasi dan bertemu dengan Hannah. Seharusnya akhir pekan ini adalah jadwal Aksa bertemu dengan Hannah, seperti biasanya, sebab terhitung sudah tiga minggu berlalu sejak kali terakhir Aksa bertemu dengan Hannah. Aksa dan Hannah memiliki jadwal rutin bertemu, setiap dua minggu sekali—entah Aksa yang berkunjung ke Bandung atau Hannah yang ke Jakarta. Jarak antara Jakarta dan Bandung yang hanya terpisah kurang lebih seratus lima puluh kilometer, tentu bukan masalah besar jika harus ditempuh setiap dua minggu sekali bukan?
Tetapi sayangnya akhir pekan ini jadwal itu tidak dapat terlaksana, sebab Aksa harus pergi ke Johor Bahru untuk menghadiri pernikahan sepupunya yang menikah dengan gadis daerah setempat. Aksa bersama dengan keluarganya tidak mungkin tidak menghadiri pernikahan anak dari Bude Ratna—Kakak Ibunya Aksa—itu. Sehingga mau tidak mau, Aksa harus menunda pertemuan rutinnya dengan Hannah.
Pada awalnya Aksa pun mengajak Hannah untuk turut serta menghadiri pernikahan sepupunya—Akmal, sebab hal ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi Hannah untuk dapat berkenalan dan bertemu secara langsung dengan kedua orang tua Aksa dan bahkan dengan seluruh keluarga besar Aksa. Hubungan Aksa dan Hannah memang sudah berjalan selama sembilan bulan, bahkan pembicaraan mengenai pernikahan pun sudah pernah mereka bahas, tetapi Hannah belum pernah sekalipun bertemu secara langsung dengan orang tua Aksa. Pertemuan yang terjadi hanya melalui panggilan video saja. Hannah yang sibuk bekerja dan belum memiliki waktu libur yang panjang, membuatnya belum memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Surabaya. Sama halnya dengan orang tua Aksa yang sibuk mengurus usaha furniturnya, belum memiliki kesempatan untuk juga berkunjung ke Bandung atau sekedar menemui Aksa di Jakarta. Intinya waktu belum mengizinkan mereka untuk bertemu.
![](https://img.wattpad.com/cover/318555293-288-k747285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Logika & Rasa
ChickLitIni cerita tentang Maudy yang bertemu dengan seorang laki-laki di waktu yang tidak tepat. Laki-laki yang memiliki kehidupan berbeda dengan dirinya, tetapi mampu memberikan apa yang selama ini Maudy inginkan. Laki-laki yang membuat Maudy merasakan ke...