I'm happy if you willing to leave a vote or a comment on this chapter :)
Happy reading!
Tubuh Maudy menegang ketika melihat Fathan dan Wendy keluar dari kafe. Matanya memancarkan ketakutan yang begitu jelas, hingga melepaskan lengan Aksa yang sedari tadi melingkar di bahunya secara paksa. Gelagat ketakutan jelas tercipta. Fathan memang terkadang menjahili Maudy—sering bahkan—tetapi Fathan yang marah adalah hal yang sangat Maudy hindari.
Maudy merasa tatapan marah dan kecewa Fathan begitu menelanjangi dirinya, membuat Maudy ketakutan setengah mati. Fathan menemukan Maudy sedang bersama dengan Aksa, bahkan lengan Aksa melingkar di bahu nya. Padahal selama bertemu dengan Aksa, Maudy sebisa mungkin mencari berbagai cara dan alasan agar pertemuannya itu tidak diketahui oleh Fathan. Karena Maudy sangat takut jika Fathan mengetahui pertemuan diam-diamnya dengan Aksa. Lebih dari jika Yuta yang mengetahuinya. Tetapi sore hari ini, Fathan mengetahuinya dengan jelas, dengan mata kepalanya sendiri. Memergoki Maudy yang tengah jalan dengan Aksa. Maudy lupa dengan fakta, bawa kebohongan yang ditutupi lama-lama akan terbongkar juga.
Maudy tidak bisa berkutik, sekalipun Aksa yang berdiri di sebelahnya kebingungan dengan tingkah Maudy yang terlihat seperti seorang penjahat yang ketahuan sudah melakukan tindak kejahatan. Maudy semakin tidak berkutik ketika Fathan berkata, "Mod. Pulang."
Bulu kuduk Maudy meremang mendengar suara Fathan yang begitu dingin, penuh amarah, dan mengintimidasi. Tidak ada pilihan lain yang terbaik selain mengikuti perintah Fathan dengan tunduk.
Maudy berjalan mengikuti Fathan yang sudah berjalan terlebih dahulu setelah sebelumnhya melemparkan tatapan membunuh kepada Aksa yang sampai saat ini masih kebingungan. Sementara Wendy masih di posisi semula, menunggu Maudy untuk pergi mengikuti Fathan. Namun, langkah Maudy terhenti ketika lengannya dicekal oleh Aksa. "Mod, kenapa kamu harus nurut sama Fathan terus sih? Kenapa kamu rela hidup kamu diatur oleh Fathan? Ini hidup kamu Mod, kamu boleh enggak nurutin apa kata Fathan. Dia enggak berhak atas hidup kamu!" kilatan emosi jelas tercipta dalam tatapan Aksa kepada Maudy. Suaranya pun menyiratkan kesal yang begitu mendalam. Wajar, karena selama dekat dengan Maudy tiga bulan terakhir ini, Aksa dapat merasakan jika hidup Maudy terpaku kepada Fathan. Seringkali Maudy berkata jika Fathan tidak suka Maudy melakukan A atau Fathan tidak memberikan izin atau Maudy takut jika Fathan mengetahui affair yang terjadi di antara mereka. Aksa heran, mengapa Maudy bersikap seperti itu? Fathan tidak lebih dari sepupu Maudy.
"I'm sorry, I have to go, Mas. Aku enggak mau bikin Fathan tambah marah."
"Dia enggak berhak atas hidup kamu Mod! Dia enggak berhak atur kamu! Dia enggak berhak marah!"
"Kamu enggak ngerti Mas. I really-really have to go. Safe flight untuk penerbangan ke Jakarta nya malam nanti."
Maudy sudah akan melanjutkan langkahnya mengejar Fathan, tetapi pergelangan tangannya masih dicekal dengan begitu kuat oleh Aksa. Wendy yang menyaksikan itu akhirnya betindak. "Mas Aksa, maaf, tapi bukan pilihan yang baik kalau Maudy enggak ikutin perintah Fathan. Amarahnya enggak akan mereda yang ada justru semakin menjadi." Wendy melepaskan paksa cekalan tangan Aksa dipergelangan Maudy, lalu menarik Maudy untuk segera meninggalkan kafe.
Aksa benar-benar diliputi kekesalan yang mendalam terhadap Fathan yang seolah-olah mengatur hidup Maudy. Fathan terlalu ikut campur dalam hidup Maudy dan Maudy pun terlalu penurut kepada Fathan. Aksa merasa bertemu dengan secara tidak sengaja dengan Fathan ketika Maudy tengah bersamanya bukan sebuah tindak kejahatan bukan? Mereka hanya berteman saja. Iya berteman—sebab Fathan tidak mengetahui isi hati Aksa yang sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan berteman bukan? Tidak ada yang salah juga dengan teman yang merangkul bahu temannya sendiri bukan? Lantas mengapa Fathan harus marah. Aksa benar-benar tidak paham.

KAMU SEDANG MEMBACA
Logika & Rasa
ChickLitIni cerita tentang Maudy yang bertemu dengan seorang laki-laki di waktu yang tidak tepat. Laki-laki yang memiliki kehidupan berbeda dengan dirinya, tetapi mampu memberikan apa yang selama ini Maudy inginkan. Laki-laki yang membuat Maudy merasakan ke...