★ D.A - S3 - 15 ☆

10.3K 1.5K 281
                                    

"KAKEEEK!"

Delon yang turun dari gendongan Argon langsung berlari keluar begitu melihat sosok Zinc yang berdiri di depan lift. sosok pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kakak dari Zirco itu berdiri menatapnya tanpa berkedip. bahkan, dia yang kini sudah memberi pelukan, tidak mendapat balasan.

"Kakek?!"

Argon yang baru melangkah keluar dari dalam lift, mengerjap bingung begitu menatap Kakak dari Ayah kandungnya yang tidak bereaksi sama sekali. dia bahkan tidak tahu kedatangan Zinc hari ini. setelah kegagalannya untuk kembali ke Swiss tiga hari yang lalu, dia belum sempat mengabari. karena, Gala sudah mengatakan jika dia yang sudah memberitahu Kakak dari Ayah kandung mereka itu.

"Papi?!"

Zinc mengerjap, lalu kembali mendongak untuk membalas tatapan Argon. dia yang sejak tadi menunduk begitu melihat remaja yang berlari keluar dari lift, dan langsung memeluknya erat, tidak bisa mengatakan apapun. mulutnya seolah terkunci dengan rapat. helaan napas panjangnya juga terdengar beberapa kali. meskipun sekarang dia sudah berhadapan dengan anak sulung dari adiknya itu, dia masih memasang raut tidak percaya.

"Papi?" Panggil Argon untuk kedua kali. posisi mereka yang berdiri di depan lift khusus, membuat setiap pasang mata yang berjalan hilir mudik menoleh sesaat sebelum menunduk dan melanjutkan langkah. Logan yang berdiri di belakangnya juga tidak mengangkat kepala sejak tadi. alasannya.. karena selain Zirco, Zinc juga cukup disegani. meskipun kehadirannya di kantor bisa dihitung dengan jari. terlebih, dia yang pagi ini memarahi seluruh divisi karena pekerjaan selama setahun ini tidak ada yang membuatnya puas sama sekali. "---Dia Delon, Papi. putra Archy.."

Zinc menahan napas. dia yang masih berdiri, kini berlutut di hadapan Delon yang menatapnya dengan raut kesal. "I--ini.. ini De---delon, Archy?" tanyanya dengan telapak tangan yang menangkup kedua pipi anak angkat dari keponakannya itu. "Ke---kenapa dia semakin kecil?" lanjutnya yang sontak dibalas pukulan pelan di pipinya oleh Delon.

Sementara Argon hanya mengangguk sebagai jawaban. dia juga tidak mengira jika sosok remaja yang menjadi anak angkatnya itu, kini menyusut, meskipun di raga orang lain. namun, jiwanya tetap jiwa putranya yang nakal.

"Kakek, tuh, ya. udah tua, malah makin-makin!"

Zinc terpaku menatap wajah Delon yang semakin terlihat lucu ketika sedang kesal, bibir remaja itu mencebik seraya menatapnya dengan garang. "De---delon?"

"Apa?!" sentak Delon seraya berjalan melewati Zinc. namun, kakinya justru berjalan di tempat saat kerah baju bagian belakangnya ditarik oleh pria yang dia panggil Kakek itu. "Kek, mati nih aku. pake nyekek-nyekek segala!" dumelnya dengan mendengus kecil. "Ayaaah.." lanjutnya yang merujuk pada sosok Ayah angkatnya itu saat tubuhnya di dekap terlampau erat.

Zinc justru terkekeh, tubuh Delon dia dekap se-erat mungkin. perasaannya me-lega. seolah-olah ada beban yang terangkat. setahun terakhir ini cukup berat bagi mereka. Argon yang selalu terlihat terpuruk, dan menjadikan pekerjaan sebagai kesibukan. parahnya, keponakannya itu selalu duduk setelah pulang dari kantor sampai larut malam di makam Delon yang ada di taman.

Zinc yang masih mendekap tubuh Delon mengulas senyum haru dengan kepala mendongak. pandangannya mengabur karena ada air mata yang dia tahan agar tidak tumpah, saat ini. rasanya.. dia masih tidak percaya dengan keajaiban yang sudah terjadi. keajaiban yang membuatnya bisa kembali mendengar kata-kata ajaib dari remaja yang berstatus sebagai anak angkat dari keponakannya itu. kepalanya yang sudah menunduk, kini membalas tatapan Argon yang menatapnya dengan tersenyum kecil, kemudian Logan yang terlihat menunduk. dan terakhir, tatapannya mengedar ke sekeliling kantor yang terlihat lumayan sibuk.  "Archy, Delon akan pulang ke Swiss bersama Papi?"

Different, D.A || Selesai ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang